Chapter 16: Bandara (2)

83 6 0
                                    

"Dirimu adalah segalanya bagiku. Kalau aku mengkhawatirkan dirimu, jangan larang aku. Karena aku tidak mau kamu terluka. Karena aku tidak mau kehilangan kamu."
-A&J-

Setelah menerima telepon dari Jeremy, Aurel terduduk lemas di tangga menuju taman. Aurel menatap nanar layar handphone-nya yang sudah menggelap. Ia beralih menatap kakaknya yang sibuk dengan handphone.

   "Kak," panggil Aurel.

   "Kenapa?"

   "Jeremy nggak jadi datang. Katanya mama Jeremy nelepon dia disuruh pulang,"

   "Iya, bagus dong. Masa iya sih dia keluar tengah malam gini terus mamanya nggak suruh pulang," ucap Cika.

   "Tapi..."

   Aurel tidak meneruskan ucapannya ketika mendengar suara berisik dari sebelah kiri. Dengan rasa penasaran yang tinggi Aurel menoleh dan terkejut mendapati Jeremy dan Rico yang sedang tertawa melihatnya.

   Aurel tidak tahu dengan wajahnya yang saat ini bisa dibilang jelek. Ia tidak peduli. Karena yang ia pedulikan saat ini bagaimana detak jantungnya kembali normal dan tidak terdengar sampai di telinga Jeremy.

   "Kalian?!"

   Jeremy dan Rico semakin tertawa melihat reaksi Aurel.

   Jeremy dan Rico berpikir Aurel akan mendatangi mereka dan terharu karena mereka berada di depannya. Di luar dugaan Aurel malah datang menghampiri Jeremy dan memarahi Jeremy.

   "Kenapa datang? Gue udah bilang kan tadi buat nggak datang! Bikin khawatir tahu, nggak?!" tanya Aurel kesal.

   "Gue takut terjadi apa-apa sama lo. Ini juga, pakai ngajak Rico segala lagi. Anak orang ini Jeremy, lo bawa lari tengah malam! Lo nggak pikirin gimana cemasnya orangtua lo dan Rico, hah?" lanjutnya dengan dada yang naik turun.

   Jeremy dan Rico diam.

   Jeremy mendengus kesal lalu menarik Aurel mendekat.

   "Gue udah datang dan lo malah omelin gue, gimana sih?"

   Aurel menghela nafas panjang.

   "Iya, maaf. Tapi mau gimana lagi? Gue udah terlanjur marah karena khawatir," ucap Aurel.

   "Ciee yang khawatir. Jangan khawatirin gue mulu. Khawatirin tuh diri lo sendiri. Masa iya sih ke bandara pakai baju tidur?"

   Aurel terdiam lalu melangkah mundur.

   Jeremy tersenyum menahan tawa.

   Aurel menekuk wajah kesal.

   Rico hanya diam melihat keduanya.

   Dalam benaknya, Rico yakin mau perdebatan apapun pasti yang menang Jeremy. Karena Rico tahu Jeremy tidak pernah dikalahkan dalam hal berdebat.

   "JEREMY NYEBELIN!" pekik Aurel kesal.

   Jeremy dan Rico sontak menutup telinga mereka karena terkejut.

   "Lagian kan gue nggak tahu kalau lo bakalan datang ke sini temuin gue, sama Rico lagi! Demi Tuhan, ini udah malam Jeremy! Rico juga pasti udah tidur kan terus lo bawa dia ke sini?"

   Jeremy tertawa mendengar ocehan Aurel. Baginya ocehan Aurel adalah penyalur rasa tawa untuknya. Setiap mendengar ocehan Aurel, pasti Jeremy akan tertawa. Berbeda jika Aurel menatapnya serius. Jeremy akan serius juga.

   Rico menganggukkan kepalanya mendengar ocehan Aurel. Apa yang diucapkan Aurel benar. Jeremy dengan tega membangunkan dirinya yang sedang bermimpi indah dan membawanya ke bandara tanpa rasa bersalah. Bahkan tadi Jeremy menyalahkan Rico karena terlalu lama mencari Aurel.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang