3

76 19 2
                                    


 
    Selesai dari upacara termenggenaskan di dunia tadi, mereka kembali ke kelas masing2, tidak ada yang berbicara, hanya memasang tampang muram, sepanjang perjalanan ke kelas tentu banyak sekali manusia yang membicarakan Yordie, tapi mereka masih diam, hanya Sherin yang sesekali menegur mereka yang menurutnya berlebihan.

     Tapi ada juga beberapa siswa yang memuji Yordie bilang kalau caranya tadi sangat romantis atau bilangin dia keren, bahkan ada juga yang memberi dia coklat, tapi Yordie malah membalas dengan tampang suram, semua orang tua atau muda, kecil atau besar malah jadi imbas dari penolakan Nindy yang ke sekian kalinya.

   Ketika bel istirahat berbunyi, Sherin, Nadira, dan Mahardika yang berada di kelas yang sama, berjalan menuju kelas Yordie dan yang lainnya, sesampainya di sana mereka sudah berkumpul seperti sebuah rapat konstitusi.

   "Jujur, gaya Nindy tadi itu memang udah gak banget! Mungkin kalau cuman lo jauhin, kesannya lo nyerah yor!" Ujar Nadira, membuka rapat mereka kali ini, karna sudah 20 menit berlalu, semua hanya diam.

   "Trus kita balas dendam? Gue cowok nad! Gak mungkinlah main dendam2an sama cewek! Apalagi sampe perang dingin, atau diam2an!" Bantah Yordie.

   "Please singkirin perasaan lo dulu disini! Lo gak bisa gunain hati lo terus untuk hidup yor! Semua orang belum tentu baik ke elo!" Tambah Inne.

    "Gue kira Yordie benar, gak mungkinlah kita main perang2an, kayak anak kecil aja!" Tambah Willy.

     "Lagian lo kenapa bego banget sih yor?! Udah tau si Nindy gak suka sama lo, malah pake rencana gila lagi, sekarang kan jadinya semua orang tau kalau lo di tolak mentah2!" Teriak Sherin.

   "Perasaan kemaren lo ngedukung gue? Kok sekarang malah marah2? Dasar aneh!" Ujar Yordie yang beranggapan bahwa Sherin emang labil banget.

   "Ya, terus kenapa? Masalah buat lo? Urusin aja hidup lo yang penuh penolakan itu, belajar-" ucapan Sherin di potong cepat oleh Mahardika

     "Rin lo nangis?" Ujar Mahardika sambil terus memperhatikan wajah Sherin.

    "Gak. Siapa yang nangis, sotoy lo! Atau jangan2 nenek lo tukang jual soto ya dik? Makanya lo so-" lagi2 ucapan Sherin terpotong karna sekarang air mata itu sudah jatuh membasahi pipinya, dan Sherin tidak punya alasan apapun untuk mengelak.

   Ia menghapusnya dengan cepat, sekarang semua pandangan tertuju pada Sherin, mereka sama2 mempertanyakan kenapa Sherin menangis? Tidak mungkin ini di sebabkan oleh Yordie, mereka baru kenal sebentar, dan Sherin bukanlah tipe orang yang lebay atau mudah menangis.

   Tiba2 Mudrika datang dengan napas ngos2an sambil membawa sekantong gorengan dan sekantong minuman yang mereka pesan tadi. Mudrika menghempaskan semuanya di meja.

   "Kenapa mud?" Tanya Inne

    "Nindy, bener2 -kele-watan!" Ujar Mudrika dengan napas putus2.

    "Maksud lo?"tanya Mahardika.

    "Ke mading sekarang!" Ajak Mudrika, Nadira berjalan paling depan.

   Sesampainya di mading, siswa sudah membuat kerumunan sesak, sangat sulit di terobos, Mahardhika mengambil posisi paling depan sekarang, sedikit2 siswa mulai berkurang, mulai takut karna orang yang mereka bicarakan sejak tadi sudah di depan mata, ada yang sengaja mengeraskan suaranya untuk menyindir Yordie, dan ada juga beberapa siswa yang beranggapan bahwa Nindy kelewatan dan bener2 gak punya pri kemanusiaan

   Setelah mereka tepat berada di depan mading, barulah mereka bisa melihat apa yang ditertawakan orang2.

    Disitu terpampang jelas wajah Yordie saat pertama kali menembak Nindy, kelas 3 SMP dengan baju yang di coret "Nindy I love u". Saat itu memang acara coret2 baju kelulusan SMP. Dengan keterangan "pertama kali di tolak", kebawahnya berjejerlah foto2 Yordie ketika dia dipermalukan Nindy lainnya, terakhir adalah, ekspresi Yordie ketika flower corn itu mendarat tepat di wajahnya.

YordieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang