19

16 5 1
                                    

   

     "Rin?" Ujar Mahardhika bingung, ada sedikit rasa perih yang menjalar di hatinya, ya si pengirim bunga itu adalah Mahardhika.

    Perlakuan Sherin beberapa detik yang lalu benar2 di luar kendalinya, entah kenapa sejak kemarin tangis keperihan milik Mudrika selalu menghantui Sherin, dia tidak bisa melihat Mudrika tersakiti seperti ini, karna dia juga pernah merasakannya saat Yordie menembak Nindy beberapa bulan lalu.

     Sherin berjalan cepat memasuki rumah, di ambilnya karung berisi bunga lalu di serahkan Sherin secara kasar ke Mahardhika, yang mengakibatkan beberapa bunga jatuh tercecer ke tanah.

    "Pergi dik!!" Ujar Sherin.

   "Gue sayang lo rin!!" Ujar Mahardhika berusaha meraih bahu Sherin.

    Dengan cepat Sherin mengelak, dan menepis kasar tangan Mahardhika

    Mata perempuan itu memanas, kenapa semuanya menjadi terasa serba salah.

     Sherin tidak mungkin menerima Mahardhika, dan Sherin juga tidak mungkin bersikap kasar kepada pria itu hanya untuk menghilangkan rasanya, cinta Mahardhika terlihat sangat tulus untuknya.

     "Rin, kenapa??" Ujar Mahardhika lirih.

     tekad Sherin sudah bulat, dia harus merubah Mahardhika untuk tidak mencintainya lagi, cinta laki2 itu sama sekali tidak boleh ada untuknya.

     "Gue benci lo!! Pergi dik!!!" Teriak Sherin lagi.

    Matanya sudah berkaca2, ini sangat berat, melihat Mahardhika seperti ini, melukai sahabat sendiri, sejujurnya Sherin tidak sanggup.

     "Apa salah gue??" Tanya Mahardhika, hanya kata2 itu yang sanggup ia ucapkan, perasaannya sekarang sangat sulit untuk di jelaskan.

    "Mudrika suka lo!!!!! Lo terlalu gak peka dik, seharusnya lo sadar semua yang Mudrika ceritain tentang orang yang dia suka, menuju ke lo!!" Ujar Sherin frustasi.

     Mahardhika diam, mencerna kata2 Sherin, Mudrika menyukainya?? Bertahun2  Mudrika memendam semuanya? Apa sebegitu tidak pedulinya dia?.

    "Coba aja lo tau, gimana senangnya dia waktu lo nyanyiin lagu itu, Mudrika berfikir bahwa lagu itu untuk dia dik!!"

   "Tapi lo dengan santainya menghancurkan hati Mudrika, Mudrika yang selalu ada untuk lo, dia yang selalu ngebela lo!! Otak lo dimana hah??" Sherin makin berapi2, semua rasa sakit yang Mudrika tanggung sendiri sangat bisa ia rasakan, dia sangat mengerti.

    "Gue cuman gak mau terlambat, apa gue salah??" Ujar Mahardhika lirih.

    Mahardhika berusaha untuk mengerti apa yang Sherin ucapkan, berusaha untuk memahami apa yang Mudrika rasakan, tapi entah kenapa hatinya memilih untuk masih memperjuangkan cinta, jangan bilang Mahardhika egois kalau lo gak pernah di posisi dia.

    "Apa Lo gak bisa bayangin gimana sakitnya Mudrika saat tau gue nerima lo?? Kita pacaran, dia menderita!!"

    "Dari dulu dia udah berusaha dik, dia selalu bawak in lo bekal, kadang2 kalau lo dapet hukuman dia bantuin, dia satu2nya orang yang gak pernah mau ninggalin lo, jangankan Ninggalin untuk ikut ngebully lo aja dia berat!!!"

   "jujur memendam rasa sendiri, bertahun2 lebih sakit dari pada ngejar terang2an!!"

    "Gue gak pernah ketemu orang se bego elo, se gak peka elo, se jahat elo dik!!! Gak ada orang yang mau untuk sekedar nyakitin hati sahabatnya, apalagi sahabat perempuannya!!"

    Lalu bagaimana dengan dirinya sendiri, Sherin sudah menyakiti Mahardhika dengan hanya dalam hitungan menit, bukan kah Mahardhika sahabatnya?

    "Maaf, mungkin emang gue yang gak peka, emang gue yang bego!! Gue salah!!" Ujar Mahardhika, belum ada satu nada tinggi pun yang keluar dari mulut pria itu, cintanya benar2 tulus.

YordieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang