Keseokan harinya mereka kembali sekolah seperti biasa, dengan tidak semangat menyimak guru menjelaskan pelajaran demi masa depan yang gemilang, saat jam istirahat tiba mereka kembali berkumpul di kantin di meja yang sama seperti hari2 lainnya, inilah mereka, tipe2 orang setia, yang gak pernah mau ngubah kebiasaan mereka, walaupun itu hanya tukaran tempat duduk."Sumpah perut gue kosong banget nih!! Gak sarapan tadi pagi!" Rutuk Sherin sambil meletakkan mangkuk sotonya di meja.
"Perut lo kosong rin?" Tanya Yordie
"Banget!!" Sherin sibuk menuang saos ke mangkuknya.
"Kontrakin aja!" Ujar Yordie garing.
Sherin hanya pura2 tertawa sambil memegang perutnya "lucu banget yor!! Sumpah!!" Cemooh Sherin.
Yang lain hanya tertawa sambil menggelengkan kepala pelan, tanpa banyak bicara mereka langsung melahap makanan dengan rakus.
"Masih suka dikirimin bunga rin?" Tanya Inne
"Hmmm!" Sherin mengangguk kencang dengan pipinya yang penuh.
"Bunganya lo simpan?"
Tambah Mudrika.Sherin mengangguk lagi.
"Di dalam lemari?" Kali ini Mahardhika yang bersuara.
"Gak! Di karung! Lemari gue penuh sama album EXO!" Ujar Sherin setelah menelan makanannya.
Lagi2 semuanya di buat tercengang oleh Sherin.
"Dasar bego!" Ujar Mudrika.
"Hehehe kata nyokap sih, biar hemat!" Balas Sherin dengan senyum lebar.
"Itu mah bukan hemat! Tapi pelit!" Tambah Yordie terlihat frustasi.
Lihat? Nadira tak sedikitpun berkutik, entah kenapa sekarang Nadira merasa benar2 canggung, entah tidak enak dengan Sherin atau senyum manis Yordie sudah benar2 mengalihkan dunianya!! Terkutuklah dia kalau memang diantara ribuan laki2 di dunia ini hatinya hanya memilih Yordie, sahabatnya, dan harus menghancurkan hati Sherin, wanita polos yang berusaha selalu ada dan mudah bergaul dengannya, walaupun baru mengenal Sherin, tapi Nadira merasa bahwa mereka sudah satu.
🐚Sepulang sekolah, mereka memilih untuk langsung nongkrong di cafe biasa, kecuali Yordie, dengan alasan rapat osis, dan Mahardhika yang kehabisan uang.
Setelah teman2nya pergi dan Yordie memasuki ruang OSIS Mahardhika tidak memilih langsung pulang, tetapi membawa tubuhnya menuju ruangan basket, dia berkali2 mencoba memasukkan bola ke ring, entah kenapa dia merasa galau, ada yang kurang, maklum Mahardhika masih labil.
30 menit bermain sendiri tanpa ada yang menemani, tubuh Mahardhika sudah basah oleh keringat, tiba2 saja ada bunyi sepasang kaki berjalan mendekati Mahardhika, otomatis dia memutar kepalanya ke sumber bunyi tersebut.
"Udah selesai yor?" Tanya Mahardhika sambil melempar bola terakhirnya sebelum berjalan menuju pinggir lapangan.
Yordie hanya tersenyum gaje.
"Kenapa lo? Demen sama gue?" Tanya Mahardhika beranjak ke tribun penonton membongkar tasnya dan meminum habis air yang di bawanya dari rumah, tradisi dari bocah kalau ke sekolah bawa minum, sudah di jelaskan bukan bahwa mereka tipe orang yang susah move on alias setia?.
"Amit2!" Tambah Yordie mengikuti langkah Mahardhika dan duduk di samping laki2 itu.
"Sekarang kenapa lo bisa senyum2 gak jelas kayak monyet lepas itu?" Tanya Mahardhika sambil menopangkan tubuhnya kepada ke 2 tangan yang diposisikan di belakang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yordie
General FictionDengan melihat ke dalam cerita ini, kalian akan mengerti betapa sakitnya yordie, kalian akan mengenal sherin beserta ketegaran hatinya, kalian akan paham akan mahardika, dan mudrika yang sangat setia, mungkin rasa penasaran Nadira yang sangat tinggi...