Six: Dating

689 151 90
                                    

Dear my Raina, I want you to be happy because you deserve it. I want you to be happy because it also makes me happy when I see you. But then I realized something, could I be the reason of your happiness?




Orion




Sabar.

Hanya satu kata itu yang bisa gue pakai sekarang karena udah setengah jam jalan dari rumah Ina, tapi kita berdua masih kejebak macet di jalan Dago Bawah. Untungnya dari tadi Ina nggak berhenti nyanyi-nyanyi nggak jelas. Semua lagu radio yang dia dengar pasti dia nyanyiin. Dia bahkan udah galak nyuruh gue untuk nggak ganti-ganti stasiun radio.

"Kenapa sih nggak nge-play lagu dari media player aja?"

"Lagunya itu-itu mulu. Bosen." Jawabnya santai sambil kembali ngelanjutin nyanyi lagu yang dibawakan Calvin Harris sama Dua Lipa. Kepalanya dia goyang-goyangkan ke kanan dan ke kiri, bahkan kalau nggak gue ingetin, dia hampir aja melepas sabuk pengaman saking semangatnya nyanyi.


One kiss is all it takes
Fallin' in love with me
Possibilities
I look like all you need
one kiss is all it takes
Fallin' in love with me
Possibilities
I look like all you need


"Ina, jangan dilepas." Semprot gue galak sambil menatap tajam ke arahnya.

"Yon, kamu suka nyadar nggak sih pakai sabuk pengaman itu sesak?"

"Tapi kan aman."

"Berarti kamu takut ya kalau aku nggak aman?" tanyanya yang mau nggak mau bikin gue noleh ke arah dia. Terus gue cuma balas pakai deheman kayak biasa.

"Cieeeee Iyon, aku kan jadi makin sayang sama kamu." Dan udah gue duga kalau respon dia bakal mendekat untuk mengalungkan tangannya di lengan atas gue. jadi, gue udah sigap untuk menjauh, mendekati pintu mobil dan menghindar. Saat gue melirik dia, mukanya langsung cemberut dengan bibirnya mengerucut beberapa senti.

"Hahahahahaha." Entah kenapa gue tiba-tiba ketawa kencang yang bikin dia makin berdecak sebal.

"Ih Iyooon!"

Baru aja gue mau duduk normal, tapi Ina kembali mepet-mepet gue sampai akhirnya gue menghindar lagi—menempelkan badan gue ke pintu mobil—dan berhasil membuat Ina ngambek lagi.

"Hahahahahaha, itu bibir udah ngalahin hidung pinokio tau nggak?"

"Masa?" tanyanya sambil diam mematung.

"Iya, gak usah dimaju-majuin. Kalau lagi sama Vio pasti kamu udah dicium." Balas gue sambil kembali duduk normal. Padahal di jalanan belum ada tanda-tanda mobil-mobil di depan ini bakal maju.

"Ih najis banget. Mending sama kamu." Tanpa bisa gue cegah, Ina dengan sigap langsung mengalungkan tangannya ke lengan gue dan bersandar di sana.

"Aw." Ina meringis ketika tiba-tiba gue sentil keningnya.

"Apa sih Yon? Sakit."

"Otak kamu udah keracunan Vio deh pasti."

"Kenapa emang?"

"Udah deh, nggak usah kebanyakan gaul sama Vio. Nanti otak kamu kebawa mesum juga." Jawab gue dingin tanpa melirik dia dan tanpa melepaskan gandengan tangan Ina di lengan atas gue.

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang