I may not be able to tell you this everyday but I just want you to know that you mean the world to me. I may not be the first girl in your life but I want to be the last girl you ever loved. –Raina
.
.
.
.
Raina
"Veeeel, Veeel, ini ada Iyon!" gue yang lagi memasang earphone dengan volume tinggi langsung sensitif waktu nyokap gue menyebut nama Iyon. Gue bengong beberapa detik sambil mengernyitkan dahi. Iyon? Ke rumah? Dalam rangka apa?
Tapi karena hari ini nyokap gue kayaknya lagi nggak dalam mood bagus buat becanda, jadi gue langsung bangun dari acara tengkurep-tengkurep manja di atas tempat tidur, lalu berjalan malas-malasan sambil masih terpasang earphone di kedua telinga. Gue lagi pakai baju santai, celana pendek di atas lutut, kaos tangan panjang big size yang bikin badan gue yang mungil ini kelelep. Udah gitu, rambut gue beneran berantakan karena habis dicepol tapi rambut pinggirnya mulai turun-turun berjatuhan. Pokoknya gue lagi ada di kondisi enggak banget buat ketemu Iyon.
Gue menuruni satu per satu anak tangga sambil tetap waspada, takutnya nyokap gue beneran iseng. Tapi mata gue langsung membola waktu ngelihat Iyon lagi duduk di ruang tengah sambil ngobrol bareng nyokap gue. Dan karena posisi Iyon langsung menghadap ke arah tangga, otomatis gue cengo di tengah tangga sambil saling bertatapan.
"Ngapain sih Na? turun." Ujarnya sambil ngasih gue kode untuk ikut gabung.
"Duh maafin ya Yon, dari tadi pagi kerjaan Velin cuma tidur-tiduraaan terus. Mama suruh sapu-sapu aja nggak mau."
Gue berjalan dengan muka kusut lalu memilih duduk di sebelah Mama, sementara Iyon duduk di sofa yang bersebrangan dengan posisi gue.
"Kamu kok ke sini Yon? Ada apa?"
"Hus, masa pacarnya mau nemuin malah ditanya gitu." Mama menyenggol bahu gue yang dibalas sama cengiran kikuk dari Iyon.
"Jalan yuk?"
Mata gue sontak membola. Untuk beberapa detik bahkan mulut gue ikut-ikutan menganga karena nggak percaya kalau Iyon ngajak gue jalan. Ini anak kesurupan setan apa sih?
"Ayo!" meskipun gue heran ditodong kehadiran Iyon tiba-tiba di rumah, tapi waktu Iyon ngajak jalan ya gue semangat lah. Sejak kapan coba cowok yang dingin melebihi kutub utara ini mau ngajak jalan gue duluan. Meskipun gue juga enggak tau dia mau ajak jalan ke mana, tapi, ya nggak ada salahnya juga kan nerima ajakan dia?
"Dih, giliran diajak jalan aja langsung semangat."
"Apa sih ah Mama nyinyir aja." Gue sewot lalu kembali menatap Iyon. "Btw kita mau jalan ke mana Yon?"
Iyon lagi-lagi cuma nyengir bego sambil ngusap-ngusap tengkuk belakangnya. Gue udah tau kalau gini pasti dia bingung kasih usul.
"Ya udah, aku yang tentuin tempat ya?"
***
Cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remorseful [SKY]
Teen FictionKalau ada satu kesempatan untuk mengulang masa lalu, satu-satunya masa yang pengin gue ulang adalah masa putih abu-abu. Masa saat gue menyia-nyiakan cinta seseorang, mengabaikan perhatiannya yang berlebihan, dan bahkan meninggalkannya tanpa perasaan...