Thirty Three: Tentang Hujan

645 150 154
                                    

I hope you play the song on the media above, please:)



After everything is done, late at night

My footsteps quicken at the end of a long day

I'm holding a plastic bag in one hand

In it, is the comfort of a drink






Raina  



"Makasih, Mbak." Gue keluar pintu minimarket sambil menenteng sebuah kresek berisi beberapa camilan dan minuman dingin. Langkah gue sudah beralih menyusuri jalan sepi di Teuku Umar. Earphone masih terpasang di kedua telinga, memutarkan lagu yang belakangan ini lagi gue suka. Selain karena nadanya yang melantun lembut, artinya yang mirip gue banget, serta pembawaannya yang bikin gue bisa mengembuskan napas lega berkali-kali sambil menatap langit yang kelam.

Gue berhenti sebentar. Memandangi lingkungan sekitar yang cukup sepi. Mungkin karena hujan baru reda setengah jam lalu kali ya. Ketimbang menembus dinginnya udara malam ditambah setelah hujan, orang-orang mungkin lebih senang diam di rumah. Bergelung dengan selimut sambil menikmati secangkir susu hangat.

Tapi, sayangnya itu nggak berlaku buat gue.


Masih banyak hal-hal sedih yang terpendam di dalam dada tanpa gue tau bagaimana cara untuk mengeluarkannya. Bahkan gue udah terlalu lelah menangis. Karena, sejauh ini, hanya cara itu yang gue pikir ampuh untuk melepaskan kesedihan gue yang masih tertahan. Tapi nyatanya, hal itu nggak benar-benar membuat gue lepas dari kesedihan.

Terkadang, masih ada beberapa potongan momen di masa lalu yang berkelebat di otak gue. Bergerak sangat cepat seperti sambaran petir, tapi memberikan efek luar biasa hebat. Gue bisa menangis lama, merutuki diri karena sedikit menyesal, atau bahkan jadi melamun seharian.

Yon, gue udah mencoba belajar ikhlas. Tapi, kenapa kenangan kita sesulit ini untuk dilupakan?



Gue memasukkan tangan ke dalam saku jaket dengan kantung kresek yang bertengger di pergelangan tangan kiri. Kepala gue mendongak, menatap langit gelap yang sedikit-sedikit masih menjatuhkan tetesan air ke bumi. Gue menggembungkan pipi dan mengembuskan napas panjang, berharap beban yang masih bersarang dalam pikiran dan hati gue ikut lenyap bersama embusan angin malam.


I don't hate it, even when I feel alone
Give me some time to rest in my exhausted heart
Even if I can't say it, even if I can't hear it
This silence doesn't make me lonely
Because I'm not alone


Dulu, gue adalah tipe orang yang nggak bisa sendirian. Ke mana pun harus ada temen. Vio lah, Iyon lah, bahkan Rachel atau Mine yang harus selalu antar gue meski sekedar ke toilet. Tapi, beberapa hari ini, nggak tau kenapa gue mulai suka sendirian. Karena apa ya, rasanya kayak healing time. Gue bisa menenangkan diri, ngobrol sama diri sendiri, nangis sendiri, melepas penat sendiri, serta... menyembuhkan luka sendiri.

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang