Ten: Another Secret

622 147 63
                                    

"No person will make you happy unless you decide to be happy. Happiness will not come to you, but only come from you." -Raina




Raina




Dear, Pad.

Ini chapter kelima yang gue tulis di sini sebagai ungkapan perasaan gue. Pad, lo tau nggak betapa senangnya gue hari ini? Karena cowok gue akhirnya mau terima hadiah gue dengan kasih senyum tulus. Maniiis banget sampai rasanya gue mau mimisan. Hehe, alay ya?

Tapi serius, gue juga nggak ngerti kenapa cowok gue bisa seganteng itu. Dan yang lebih gak gue ngerti, kenapa cowok kayak dia mau sama gue ya? gue kan anaknya blangsakan abis. Pecicilan. Bacotannya nggak jelas. Pokoknya 70% sifat di diri gue itu jelek semua.

Kemarin gue tidur di rumahnya karena diajak sama Mbaknya. Gue bersyukur banget meskipun cowok gue kebilang dingin, tapi keluarganya—Mbak dan Mamanya—sangat menerima gue di sana. So that's why, gue nggak pernah ngerasa sedih kalau cueknya dia lagi kumat. Lagian, kayaknya zaman sekarang cowok kalo nggak cuek itu nggak kekinian ya? iya nggak sih?

Well, intinya sih di postingan kali ini gue cuma mau bilang, kalau kayaknya, penantian dua tahun gue mulai berakhir. Cowok gue udah mulai membuka hatinya sama gue karena pertama, dia udah mau bawa helm—bahkan dia ngebeliin gue loh—cuma biar bisa pulang bareng. Kedua, untuk pertama kalinya dia mau memeluk gue, yang kalau sebelumnya, skinship dikit aja kayak alergi:(. Dan ketiga, dia juga udah mulai mau cerewet sama gue. Mulai kepo soal kehidupan gue, mulai banyak ketawa dan senyum kalau kita lagi berdua. Ini suatu kemajuan yang sangat pesat buat gue.

So gue berharap, besok-besok akan ada kemajuan lagi dari dia yang bisa gue share di sini ya :)




Gue baru aja menerbitkan sebuah cerita di platform Wattpad yang baru gue bikin sekitar 5 bulan lalu. Sebenarnya, gue buat WP ini hanya untuk sharing kesedihan gue aja, sih. Karena jujur, gue lama-lama nggak tahan buat memendam kesedihan gue ketika diabaikan Rion. Tapi yang gue heran, kok ada aja orang yang mau baca cerita gue? Mana ada yang komentar segala lagi. Kan, gue bingung.

Lagi asik-asiknya melamun di meja belajar depan macbook, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Gue langsung menoleh dan menemukan Bang Kugi udah berdiri di sana dengan tangan kanannya masih memegang handle pintu.

"Eh, Bang? Ada apa?"

"Boleh masuk nggak?"

"Ya masuk aja kali. Nggak ada jebakan batman kok, tenang." Gue terkekeh saat mengingat kejadian masa kecil gue yang saking nggak mau diganggu Bang Kugi kalau lagi di kamar, gue sering pasang jebakan di pintu kamar. Air di gayung lah, tepung terigu, alarm yang bunyinya nyaring banget, pokoknya apa pun gue taruh di pintu biar Bang Kugi kapok masuk kamar gue.

Doi mulai melangkah masuk dan menutup pintu kamar. Langkahnya berjalan perlahan menghampiri gue yang masih duduk di depan laptop, terus dia memilih duduk di sofa 1 dudukan tepat di pinggir meja belajar.

"Lagi ngapain lo?"

"Habis... nulis." Gue panik dan langsung cepat-cepat tutup laptop yang layarnya masih menampilkan halaman Wattpad.

Bang Kugi menatap gue dengan sedikit mengerutkan keningnya. "Lo udah nentuin mau lanjut ke mana, Na?"


Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang