Forty Nine: Last Page

660 124 173
                                    

Hi, readers!

Before you read this chapter, please tighten your seat belt. Use earphone to hear the song on multimedia above. And enjoy!




*****

I tried to find it
but there was no answer
at the end of the last conversation






Raina



Akhirnya tur untuk talkshow gue berakhir hari ini. Karena ada beberapa hal yang membuat kota terakhir ini tertunda, akhirnya baru bisa terlaksana sekitar satu bulan lebih dari jadwal yang seharusnya. Tapi nggak apa, sih. Gue jadi punya beberapa waktu lebih untuk menyiapkan buku gue selanjutnya yang mulai ditagih-tagih Mbak Karin.

Selama sebulan ini nggak banyak hal yang berubah. Hubungan gue dengan Vio dan Iyon masih gitu-gitu aja. Belum ada kemajuan ke salah satunya karena kebodohan gue. Iya, empat puluh dua hari lalu gue memang ingin memastikan sesuatu dari Iyon. Tapi, nggak tau kenapa gue masih belum juga bisa tegas. Kalian boleh kalau mau menghujat gue, toh kalau lagi berpikir tengah malam pun gue kadang suka menghujat diri sendiri. Sekarang masalahnya bukan ada di Iyon atau Vio. Gue udah yakin sama perasaan mereka ke gue gimana. Sekarang masalahnya cuma di diri gue sendiri. Gue yang masih ragu sama hati gue sendiri. Gue masih takut untuk memilih, padahal kalau dari segi logika, gue udah tau jelas siapa yang harus gue pilih.



Gue menghela napas panjang sambil berjalan menenteng koper menuju konter check in. Kali ini gue pulang ke Jakarta sendiri tanpa Mbak Karin karena setelah acara talkshow, gue meminta izin untuk liburan dulu 2 hari. Lombok loh, siapa juga yang mau menyia-nyiakan waktu di tempat ini tanpa berlibur. Sebenarnya, liburan hanya wacana semata karena dua hari ini gue cuma duduk di cottage, memandangi hamparan laut biru yang luas, berpikir tentang ini dan itu, merenenung dan healing time.



Orion Pratama: oke Na, aku tunggu kamu di Husein nanti ya. Aku tadi landing di CGK jam setengah 3 siang, terus ini lagi otw ke Husein buat jemput kamu. Ini lagi kena macet parah, Bekasi.


Raina Evelin: I'll wait, Yon. Jangan telat ya.


Orion Pratama: for sure. Just wait.



Dan sesingkat itu chat kita berakhir. Gue tersenyum menanggapinya.

Sementara cowok satu lagi, udah seminggu ini dia benar-benar sibuk sama kerjaannya, katanya. Nggak tau juga dia sibuk apa sampai gue hubungi berkali-kali dia nggak angkat. Dia baru mengabari gue dua hari kemarin, dan setelah itu hilang lagi. Nggak tau sih, dia memang bener-bener sibuk atau mau menghindar dari gue. Di satu sisi gue sadar kalau gue memang udah jahat banget sama mereka berdua. Tapi, apa ya. Gue kayak masih belum rela aja kehilangan mereka. Katakan gue egois karena memang begitu.

Gue berhasil check in dan kembali berjalan menuju ruang tunggu tanpa koper. Perasaan gue gelisah, entah kenapa. Seminggu tanpa Vio bikin gue jadi berpikiran semakin kacau. Seminggu tanpa dia rasanya kehilangan, jelas. Apalagi biasanya dia selalu ngerecokin gue setiap hari. Adaaa aja telepon pagi atau chat pagi yang bikin gue semangat buat menjalani hari. Tapi setelah seminggu ini Vio hilang, atau lebih tepatnya sibuk, gue ngerasa nggak bersemangat. Bahkan kemarin-kemarin pas talkshow aja gue mikirin dia mulu. Heran.

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang