Thirteen: Which One?

601 140 94
                                    

"I don't care what they say. I'm in love with you. They try to pull me away but they don't know the truth." -Raina.




Raina




Menurut lo, apa yang bakal lo lakukan ketika seseorang memaksa untuk menjauhkan lo dari sumber kebahagiaan lo sendiri? Apa yang bakal lo lakukan ketika orang terlalu menilai bahwa sumber kebahagiaan lo itu semu? Nggak nyata?


Gue benci ketika sahabat-sahabat gue selalu menilai bahwa gue sangat tersiksa akan hubungan ini dengan Iyon. Gue benci ketika Vio berkali-kali meminta gue berhenti karena nggak bisa liat gue terluka. Sayangnya, gue udah kecanduan dengan luka yang Iyon buat. Dan lagi, sebenarnya, luka itu adalah sumber kebahagiaan gue.


Buat gue, Iyon memang luka. Tapi sialnya, gue bahagia karena luka itu.


Iyon itu luka buat gue. Tapi sialnya, gue kecanduan untuk terus terluka.


Iyon itu memang luka. Dan gue bahagia bisa memiliki luka itu.


Gue udah nggak peduli sesering apa Vio nyuruh gue buat berhenti memperjuangkan hubungan ini dengan dalih peduli dan nggak tega liat gue masih terus menangis beberapa hari belakangan ini gara-gara Iyon. Emang kalau gue berhenti, Vio mampu buat gue bahagia?

Kalopun memang iya, rasanya nggak akan sama karena itu bukan Iyon.



Jadi, malam ini ketika kami berdua pulang les, di mobil Vio, gue menyanyikan lagunya Leona Lewis berkali-kali. Gue berteriak pada lirik tertentu cuma buat menyadarkan Vio bahwa gue nggak bisa diatur-atur. Apalagi ini masalah hati, loh. Gak ada yang boleh ngatur gue harus suka si A atau si B.


"Iya aku pulang sama Iyo ya, makan dulu kayaknya kita."

'Ya udah hati-hati ya.'

"Kamu nggak mau bilang Vio gitu biar nggak ngerebut aku dari kamu?" Tanya gue dengan suara sok dibuat manja dan menye-menye.

'Kayak anak kecil aja. Udah ya, aku mau belajar lagi.'

"Oke deh Iyonku sayang. Selamat belajar ya. Nanti aku kabarin kalau udah sampe rumah."

'Siap. Take care.'


Belum sempat menunggu jawaban gue, Iyon udah lebih dulu menutup panggilan membuat gue untuk kesekian kalinya menghembuskan napas panjang sambil menatap jalanan dengan tatapan kosong.


"Lagi?"

Gue sadar dengan pertanyaan Vio, maka gue menoleh sambil mengangguk.


"Kenapa gak putus aja sih? Gak capek emang?"

Gue menghela napas lebih dulu sebelum menjawab lesu. "Capek, sih. Tapi gue sayang."



Hening untuk beberapa saat.

Lalu, tiba-tiba pertanyaan itu muncul secara mendadak di kepala gue. "Lo pernah gak sih ngerasain sayang sama orang sampe banget banget, tapi di satu sisi lo capek?"

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang