Thirty Two: Goodbye, 11:59

665 144 104
                                    

Would you mind to repeat the song until you finish read this chapter? I'll recommend it to you, my readers. Happy reading!

.

.

.

.

.

.

Things haven't been easy for us lately. But I'm proud of myself for holding on. I know we'll be okay in the end. No matter we'll be okay together or with our own way. Each of us. –Rachel





Rachel



Lagi, hujan mengguyur Bandung malam ini.

Dan lagi, untuk kesekian kalinya di awal musim penghujan, gue hanya bisa memandangi butiran air itu jatuh dengan deras membasahi tanah. Sebagiannya hinggap di kaca jendela kamar, yang ketika gue saksikan secara lamat-lamat, malah bikin hati ini semakin sendu.

Beberapa hari ini, banyak hal-hal yang berkelebatan di otak tanpa gue harapkan. Semuanya datang dengan tiba-tiba, secara serentak. Menyeret ingatan gue kesana-kemari, tentang hal ini dan hal itu. Sampai rasanya kepala gue sakit kalau semua memori itu datang bersamaan.

Gitu juga sama malam ini. Nggak tau sejak kapan mulainya, tiba-tiba ingatan gue terlempar pada masa bahagia waktu nyokap bokap masih ada di sisi gue. Ah, iya, tadi Keyla tiba-tiba minta bantu buat kerjain PR sama tante karena tante gue kerja di bagian accounting, dan Keyla ngambil jurusan IPS di sekolahnya. Dan gue jadi berpikir, kapan ya terakhir kali gue minta tolong nyokap untuk bantu ngerjain PR? Kenapa gue tiba-tiba kangen nyokap ya? Dan, untuk kesekian kalinya gue menghela napas panjang..., lagi.



Untuk mengalihkan fokus, gue menatap ponsel dan masih belum menemukan notifikasi chat balasan dari Vio. Padahal, gue berharap dia mau untuk ngecek handphone-nya sebentar aja cuma buat balas chat gue. Atau mungkin dia jalan sama Raina ya hari ini?

Semenjak beberapa minggu ini, setelah Raina putus dari Rion, keliatan jelas kalau Vio bersikap seperti sahabat yang sangat peduli. Nggak, maksud gue, pedulinya Vio ke Raina itu kadang keliatan beda. Gimana ya, dulu, gue juga pernah ada di posisi kayak Raina. Waktu almarhum Om gue meninggal, Vio adalah orang yang selalu ada untuk gue. nggak peduli mau pagi, siang, sore atau malem, dia bakal tanya kondisi gue. kadang dia datang ke rumah cuma untuk beli makanan dan nengok gue. Kadang juga sengaja jemput gue untuk berangkat sekolah bareng. Tapi, ketika gue nangis di depan dia, ketika gue menumpahkan semua kesedihan gue di depan dia, ketika gue cerita semua keresahan gue ke dia, rasanya beda seperti yang dia lakukan ke Raina.

Waktu ketiga cowok Tripdate Squad bolos, dan Raina datang sama Vio ke kelas, gue bisa ngeliat sekhawatir apa tatapan Vio ke Raina. Rasanya beda sama tatapan yang dia kasih ke gue. Memang sih, gue bukan anak psikolog. Tapi sepertinya feeling gue memang nggak pernah salah soal Vio. Kenapa ya?



"Chel... kamu belum tidur kan?"

Gue gegas menoleh ke arah pintu kamar. "Belum Tante, masuk aja."

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang