He was bad, he was lazy, he was mischievous and he was terrible.
Then now, I'm finding him, looks so gentlemen, smart, handsome, well-organized and a bit cool. I'm just wondering, is there someone who changed his mind?
-Rachel
Rachel
Setau gue, Orion dulu nggak kayak gini. Gue inget banget, zaman SMP dulu dia bandel kebangetan. Sekongkolan sama Vio kalo mau ngebolos jam pelajaran. Hobinya keluar masuk BP karena ketauan bolos lah, ketauan malakin adek kelas lah, bahkan waktu itu yang paling parah, mereka berdua ketauan manjat pagar sekolah dan langsung diskors tiga hari.
Dulu, gue beneran kesel banget sama mereka berdua. Ya gimana enggak, kadang mereka usil banget sama anak-anak kelas. Banyak anak-anak cewek yang selalu ngomel dan komplain ke gue karena alat-alat tulis mereka hilang setelah dipinjem Rion dan Vio. Ada juga yang komplain karena mereka nggak pernah piket kelas. Dan ada juga yang komplain karena mereka nggak pernah mau ikutan kerja kelompok.
Males, katanya.
Tapi yang gue heran, seusil-usilnya Rion ke anak-anak lain, dia nggak pernah sedikit aja ngusilin gue. Vio sih kadang-kadang suka, meskipun akhirnya kalo gue udah marah beneran, mereka berdua bisa nurut untuk denger omongan gue. mungkin karena saat itu posisi gue emang sebagai ketua kelas kali, ya. Jadi emang Rion nggak pernah berani usilin gue.
Dan akhirnya kita bertiga ketemu lagi di SMA Tarbak, entah kebetulan, atau takdir? Gue nggak ngerti. Yang jelas, saat gue ketemu mereka lagi, kenangan pahit di SMP lalu bikin gue sedikit parno. Meskipun nggak ada satu pun yang tau soal masalah gue, kenapa waktu kelas 3 SMP gue mendadak pindah, kenapa pas SMA gue balik lagi, semuanya gak ada yang tau. Gue nggak seterbuka itu untuk menceritakan masalah gue ke mereka, meskipun setiap hari kita hampir menghabiskan waktu sama-sama.
Kayak hari ini, contohnya.
"Ayo iiih, besok kan kita libur, jalan kali-kali kek!" ketebak gak siapa yang ngomongnya ngerengek kayak gini?
Iya, udah pasti Mine.
"Males ah gue mau main game." Vio udah menyampirkan sebelah gendongan ransel di bahu kanannya. Tapi tangan Raina tiba-tiba mencegat dia gitu aja.
"Dusta. Mau nonton bokep kan lo? Udah sih ikut aja." Terus mata dia beralih ke Rion yang masih asik baca komik sambil duduk, sementara kita semua berdiri di depan mejanya. "Kamu juga ikut ya Yon?"
Cowok itu cuma mengangguk tanpa menoleh.
Ih, sumpah ya. Gue gemes banget sama sikap dia ke Raina. Gue koreksi omongan gue di awal kalo dia a bit cool. He's super cool, even though to her girlfriend. Tapi, gue salut banget karena Raina beneran kuat banget jadi cewek. Mereka udah bertahan dua tahun pacaran, dan gak sedikit yang udah Raina ceritakan ke gue soal pacarnya itu. Mulai dari Rion yang susah diajak telepon, apalagi diajak main atau sekadar nonton. Rion yang keliatan nggak peduli sama Raina, bahkan untuk antar pulang aja, dia memercayakan Vio yang antar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remorseful [SKY]
Fiksi RemajaKalau ada satu kesempatan untuk mengulang masa lalu, satu-satunya masa yang pengin gue ulang adalah masa putih abu-abu. Masa saat gue menyia-nyiakan cinta seseorang, mengabaikan perhatiannya yang berlebihan, dan bahkan meninggalkannya tanpa perasaan...