Eighteen: So Please, Na

754 141 223
                                    

Maybe I have to try harder
Maybe I have to try more often
Maybe I have to try again and over again
Until I can love her as much as I love—another—her
Or maybe, until I give up
-Rion

.

.

.

.

.

.

*play song on the media if you want:)


Rion



Kalau dipikir-pikir, gue pacaran sama Ina udah lama juga, ya. Udah dua tahun lebih. Kadang nggak percaya kita bisa sampai sejauh ini. Tapi, kadang heran juga, gimana bisa, Ina bertahan sama gue yang sebenernya setengah hati buat pacaran sama dia? Nggak, gue sama sekali nggak nyesel pacaran sama dia. Yang gue sesali, kenapa gue harus bikin dia terluka terus? Yang gue sesali, kenapa gue baru bisa baik sama dia beberapa bulan ini? Setelah tragedi sarapan bubur pagi itu?

Gue nggak pernah bisa bayangin dia bakal seterluka apa kalo gue nyerah untuk berjuang dan akhirnya berujung dengan ucapan putus. Nggak, gue nggak bisa liat dia nangis lagi karena gue. Cukup kemarin-kemarin aja, enggak lagi sekarang. Meskipun perasaan gue belum sepenuhnya nerima dia karena jujur aja, masih ada sebagian hati gue yang lain yang masih simpan nama dia. Nama cinta pertama gue.

Kayak yang pernah Ina bilang kalo tempat cinta pertama itu memang nggak pernah terganti. Cinta pertama itu udah punya tempatnya sendiri yang gak bisa dijangkau oleh siapa pun. Selain karena tempatnya terlalu spesial, gue sendiri pun nggak mengizinkan siapa pun untuk dateng ke sana. Biarlah, kalo memang gue nggak bisa mengejar apa yang pernah gue perjuangkan setengah mati sejak dulu, seenggaknya biarkan gue menyimpan dia di tempat paling spesial di hati gue.

Karena seperti yang pernah Ina bilang di tengah percakapan nggak sengaja di rumah gue beberapa hari lalu, kalo kamu nggak bisa ngejar dia, nggak papa kok kamu simpan dia di tempat spesial di hati kamu. At least, kamu bisa ngenang dia sebagai seseorang yang pernah kamu perjuangkan, dulu.

Dulu.

Iya, dulu.


Bahkan kalo inget ucapan Ina beberapa hari lalu, gue ngerasa semakin jadi cowok paling brengsek yang ada di dunia ini. Lo tau nggak sih Na, dulu itu kapan? Sepuluh tahun lalu? Atau lima tahun lalu? Atau satu tahun lalu? Enggak, Na, bahkan gue masih merjuangin dia beberapa bulan lalu. Merjuangin dalam artian peduli sama dia sebagai seseorang yang lebih dari sahabat. Padahal status pacaran kita udah dari dua tahun lalu.

Gue brengsek ya Na? Kok lo mau sih sama cowok brengsek kayak gue? Gue nggak sebaik yang lo kira, Na. Gue udah menyakiti lo terlalu jauh, udah sering bikin lo nangis, udah bikin lo ngeluapin kekesalan lo ke Rachel, Vio, dan mungkin juga Mine sama Iyan. Gue tau, Na. Gue nggak buta buat ngeliat seberapa dalam luka yang lo simpan di mata lo itu. Gue juga nggak tuli buat ngedenger suara lirih lo tiap kali gue nyuruh lo pulang bareng Vio. Tapi gue nggak tau harus gimana untuk mengobati luka lo itu, Na. dan lagi, kenapa lo masih mau sama gue Na? Kenapa lo mau berjuang sekeras itu sama gue padahal gue udah ngelukai lo sedalam itu?

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang