Thirty Six: Good Bye, My Past

730 142 173
                                    

People go
but how
they left
always stays

.

.

.

.

.

.



Raina



Gue tersenyum memandangi kursi kosong baris ketiga yang ada di deretan tengah. Kursi yang seharusnya kosong karena pemiliknya sudah keluar, bukan karena dia gak hadir.

Tanpa sadar, gue meneteskan air mata lagi. Ini benar-benar nggak mudah untuk dijalani. Hari ini tepat seminggu kepergian Iyon, dan gue masih gak bisa baik-baik aja. Bahkan, gue pikir gue gak akan bisa baik-baik lagi ke depannya.

Yon, bahagia kah udah bikin gue seterluka ini sekarang?


Gue jadi orang terakhir yang keluar dari kelas, ketika semua siswa udah riuh di luar kelas—dan sebagiannya memilih pergi—karena ujian akhirnya selesai. Tripdate Squad udah gue suruh pulang duluan karena gue belum berniat untuk beranjak pergi.

Langkah kaki gue berjalan gontai ke bangku Iyon dan duduk perlahan di sana. Tangan gue terjulur untuk mengusap lembut meja kayu dengan penyangga besi hingga ke kursinya. Hal itu jelas membuat air mata ini tak terbendung lagi. Puas dengan mengelus-elusnya, gue memutuskan untuk menjatuhkan kepala secara perlahan untuk berbaring di sana. Mencium aroma kayu yang samar-samar tercium juga aroma parfum Iyon. Meski gue yakini itu hanya halusinasi.

"Padahal gue yang pengin gak ujian loh, Yon. Kok malah jadi lo sih? Gue... pusing tau Yon ujian sendirian." Sambil masih menempelkan kepala ke meja, dengan tangan yang terus mengelus-elusnya, gue bermonolog sendiri. Gue biarkan air mata membasahi meja ini yang kalau Iyon masih ada, gue yakin dia pasti nggak mau bangku ujiannya dikotori.

"Yon, di luar hujan." Ujar gue lirih sambil mengalihkan pandangan ke luar jendela. "Orang-orang lagi merayakan kelulusan ke luar. Mungkin lagi jalan-jalan, atau hangout, atau nongkrong ke cafe. Sekarang koridor udah mulai sepi." Gue berhenti sejenak untuk mengambil napas.

"Gue jadi inget pertemuan pertama kita loh Yon. Waktu gue lagi nunggu hujan, sendirian, mana sekolah udah sepi. Terus lo tiba-tiba datang sambil ngasih gue payung. Kayaknya kalau momen itu gak pernah terjadi, sampai sekarang gue gak akan kenal lo deh. Kita gak akan bisa menghabiskan waktu hampir 3 tahun dalam status pacaran. Dan... mungkin lo gak akan pergi secepat ini juga ya Yon."

Alih-alih berhenti, air mata gue malah mengalir semakin deras. Seolah hari ini hujan mengizinkan gue untuk kembali berduka karena 4 hari kemarin gue harus fokus belajar. Setidaknya, gue udah menepati janji gue ya Yon, berjuang di ujian nasional meski sendirian.


Lima belas menit.

Gue membiarkan diri gue terlarut dalam tangisan selama itu, mengenang hal-hal manis dan pahit bersama Iyon di sekolah. Gue harap, setelah lulus sekolah nanti, gue bisa lebih bahagia lagi. Gue harap, semua kenangan pahit selama sekolah, bisa gue lepaskan mulai hari ini. Bukannya gue gak mau mengenang lo, Yon. Tapi gue tau hidup gue masih panjang. Gue harus berkembang jadi lebih baik karena gue yakin itu akan membuat lo bahagia di sana. Iya, kan?

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang