Something inside is hurting you--that's why you need cigarettes, or whiskey, or music turned so fucking loud you can't think. -Alvio
Alvio
Gue membuka pintu rumah dengan malas-malasan. Ngedate gue hari ini gagal total. Cewek yang dikenalin Angga seminggu lalu ternyata punya sifat yang bener-bener gila. Boleh gue bilang dia hampir psikopat. Bahkan dia sampai tau pada jam berapa, gue pergi ke mana dan sama siapa. Nah loh, ngeri nggak tuh? Mana pas gue suruh turun dari mobil tadi, dengan kurang ajarnya dia ngelempar sepatu yang dia pakai ke arah Audi kesayangan gue. The kampretest moment ever.
Udah biasa rumah gue sepi jam segini. Udah nggak aneh juga gue selalu sendirian di jam-jam segini. Masih siang untuk ukuran anak remaja cowok, sebenarnya. Tapi gue lagi nggak mood untuk pergi jalan-jalan. Setelah melempar tas ke sofa ruang tengah, gue ikut-ikutan melempar tubuh ke sofa yang lain yang lebih panjang dan empuk.
Iseng lah sambil berbaring, gue scroll home di Instagram. Gak ada yang menarik sama sekali, apalagi waktu liat update-an Iyan yang lagi foto bareng sama Mine. Duh, banyak-banyak ngelus dada aja gue mah. Bukannya sirik, gue malah lebih kepengin banting mobil kalau mereka udah alay. Tapi gue salut banget deh sama Mine yang bisa sabar ngadepin Iyan kalau cowok itu kumat. Di belakang Mine, kadang Iyan emang suka usil buat siul-siulin cewek. Pernah juga doi iseng ngechat cewek random yang dikenalin Angga lewat grup nggak berfaedah anak-anak cowok di kelas. Ya untungnya sih dia pinter aja ngumpetin itu dari Mine. Dan untungnya lagi, itu cuma iseng-isengnya Iyan.
Cuma temen chat sehari doang, kalo kata dia mah.
Lalu foto itu tiba-tiba aja muncul. Instagram update dari Raina yang isinya foto Rion. Kayaknya mereka jadi sih ngerayain anniversary gitu, apalagi gue ngeliat ada Mbak Ferin juga di sana. Dugaan gue mereka ngerayain anniversary di rumah Rion deh, sambil masak ala-ala gitu. Tapi gue heran juga, Raina emang bisa masak? Cewek kayak dia selain bisanya ngejar-ngejar Rion, emang apa lagi?
Lagi asik-asiknya mantengin Instagram, gue mendengar suara pintu utama terbuka. Dan gue lihat di sana ada bokap gue dengan muka kusut dan mata panda sebagai ciri khasnya. Dia berjalan ke arah gue dengan ekspresi yang udah bisa gue tebak. Sebentar lagi dia pasti bakalan ngomong...
"Dari mana aja kamu?"
Dari mana aja kamu?
Nah, see?
"Iyo dari tadi di rumah, nggak ke mana-mana."
"Mobil kamu lecet." Jawab Papa datar, lalu memilih duduk di sofa yang sebelahnya ada tas gue. sementara gue sendiri masih tiduran di sofa panjang dan kembali menatap layar ponsel.
Hening. Gue nggak merespon lagi ucapan bokap karena sekali gue merespon, gue nggak yakin kondisi ruang keluarga masih setenang ini, nanti. Tapi nggak lama dari itu, gue mendengar bokap gue mendesah napas panjang, seolah mengeluarkan beban berat yang nggak gue tau selama ini.
"Dikit."
"Yo, sampai kapan kamu mau terus meremehkan hal-hal kecil gitu sih?"
Gue masih tenang, nggak menanggapi ucapan bokap.
"Yo, cobalah berubah."
"Coba Papa berubah duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remorseful [SKY]
Teen FictionKalau ada satu kesempatan untuk mengulang masa lalu, satu-satunya masa yang pengin gue ulang adalah masa putih abu-abu. Masa saat gue menyia-nyiakan cinta seseorang, mengabaikan perhatiannya yang berlebihan, dan bahkan meninggalkannya tanpa perasaan...