Fifteen: Amour

634 138 124
                                    

There will come a time in life when you want to being alone, forget that you have a friend, family, and many people around you. There will come a time in life when you want to give up on everything, no matter how many people will support you. There will come a time in life, even once, that you think it's better to die than to through the hard life. –Rachel

.

.

.

.

.


Rachel




Bahagia.

Gue lupa kapan terakhir kali merasakan sesuatu yang membuat gue benar-benar bahagia. Dalam ingatan gue, bahagia adalah ketika gue menghabiskan waktu bersama dengan kedua orang tua gue di ruang keluarga sambil nonton TV. Ketika gue bercerita pada mereka bahwa hari itu gue berhasil mengerjakan soal yang paling pertama, sekaligus benar semua. Ketika gue bercerita betapa teman-teman gue ngiri dengan kehidupan gue yang sempurna. Ketika gue mulai merasa kantuk di tengah-tengah cerita seru tentang kehidupan sekolah gue.

Bahagia menurut gue adalah ketika gue mulai memejamkan mata, dan entah sadar atau enggak, gue merasakan kecupan ringan nyokap dan bokap gue di kening, tepat setelah bokap membaringkan gue di tempat tidur.

Gue lupa kapan terakhir kali merasakan kebahagiaan itu.


Tiga hari lalu, saat gue baru pulang sekolah, gue menemukan Tante dan sepupu gue sedang berada di kamarnya sambil mengepak beberapa baju ke dalam koper. Jelas, gue panik akut. Gue gegas menghampiri mereka sambil memeluk sepupu gue yang masih SMP.

"Tante, ada apa?"

"Chel, kayaknya kita harus pindah lagi. Mereka udah tau tempat tinggal kita."



Deg.

Sesuatu menghantam dada gue begitu keras sampai rasanya sakit tapi nggak berdarah. Bayangan-bayangan masa lalu langsung terbayang, berputar-putar dalam gerak cepat di dalam ingatan gue.

Kelam dan sendu. Hanya dua kata itu yang mewakili bayangan masa lalu gue tepat setelah kepergian bokap.

Lalu, ingatan gue langsung beralih pada minggu lalu, saat gue akhirnya mengetahui penyebab om gue meninggal. Sungguh, kenapa Tuhan jahat banget sama gue? Kenapa... gue nggak bisa lagi bahagia kayak dulu?


"Oke, oke. Tante tenang dulu ya, Tante ceritain dulu semuanya, baru kita ambil tindakan." Perlahan, gue mendudukan Keyla—sepupu gue—yang saat itu badannya udah bergetar hebat dengan muka memerah, menahan tangis. Lalu gue dan tante ikut duduk di pinggir tempat tidur.

"Tadi pas pulang sekolah, Keyla diikutin sama 3 laki-laki berpakaian serba hitam, Chel. Dan begitu dia masuk rumah, dia langsung ngintip di depan jendela. Mereka nggak pergi gitu aja. Mereka kayak benar-benar menyelidiki rumah kita. Tante nggak bisa melindungi kalian sendirian, maka dari itu kita harus pindah."

Penjelasan tante gue berhasil membuat jantung gue berdegup semakin cepat. Benar apa yang dia bilang. Sekarang kita hanya tinggal bertiga, cewek semua. Nggak ada lagi yang bisa gue andalkan setelah kepergian om. Nggak ada yang bisa kerja banting tulang mati-matian lagi karena apalah kerja tante gue aja hanya staff biasa di salah satu perusahaan swasta.

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang