Forty Seven: A Home

612 117 112
                                    

Karena yang patah akan tumbuh lagi

Dan yang hilang akan datang lagi

Serupa daun di ranting yang perlu gugur agar bisa bersemi

Mungkin, aku pun perlu terluka untuk tau bahagia

.

.

.

.

.

.

.



Raina



Tapi sayangnya, kita nggak pernah tau apakah yang tumbuh lagi bisa menggantikan sesuatu yang telah patah itu, atau bahkan membuat kita semakin terluka.

Gue mendapati sebuah komentar di dunia oren tepat setelah gue menulis beberapa bait kata-kata random yang tiba-tiba kepikiran malam ini.



Coretantinta: Yang hilang pasti terganti. Dan yang patah pasti tumbuh lagi. Hanya saja, kau perlu percaya bahwa penggantinya mampu menyembuhkan lukamu. Dear my favorite author, selamat berbahagia kembali :)



Gue hanya mampu tersenyum getir di depan layar laptop. Pikiran gue berlarian kesana-kemari, membayangkan apa yang akan terjadi ke depan kalau gue nggak sama Iyon dan memilih Vio. Tapi, di sisi lain hati gue, ada perasaan aneh yang gue rasakan saat lagi sama Vio. Sayangnya gue selalu berusaha menyangkal perasaan aneh itu. Karena apa ya, gue cuma takut. Ketakutan yang biasa menyerang cewek-cewek yang belum nikah. Ada yang bilang sindrom umur 25, padahal umur gue sekarang udah 26. Ada juga yang bilang sindrom cewek tua yang belum nikah. Hell please, umur 26 masih kebilang muda loh padahal.

Tapi ya intinya, dari semua kebingungan gue, alasan utamanya cuma satu. Gue takut salah memilih. Gue cuma takut. Dan setakut itu.



Alvio Adiputra: udah, tidur. Bisa nggak, sehari aja nggak usah mikirin gue dulu? Besok masih harus talkshow loh.



Adakalanya, di satu sisi gue berharap bahwa cowok inilah yang akan menemani sisa umur gue nanti. Meski punya beberapa perbedaan, tapi di lain sisi, kita berdua juga punya banyak kesamaan. Sayangnya, gue nggak tau, perasaan gue ke Vio itu gimana sebenarnya? Apa gue memang sayang dia hanya sebatas sahabat kayak dulu, atau mungkin udah lebih?

Gue memutuskan untuk beranjak dari kursi belajar, menutup laptop, mematikan lampu meja, dan berjalan menghampiri tempat tidur. Vio benar, gue seharusnya tidur. Tapi sialnya, begitu gue merebahkan diri di tempat tidur, tangan gue selalu gatel untuk cari sesuatu yang baru di media sosial. Kebiasaan gue memang sebelum tidur harus selalu cari tau apa aja di medsos. Entah itu Twitter atau Instagram.

Dan, sialnya, kepo gue malam ini berujung menyakitkan. Ibarat gue nekat mencari mawar langsung dari pohonnya, tanpa persiapan mungkin gue akan tertusuk durinya langsung. Di home Instagram, gue menemukan postingan Rachel yang berisi foto Dion dengan boneka teddy bear.

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang