"Your happiness is mine. But I don't want to see you're happy with him." -Alvio
.
.
.
.
.
.
.
Alvio
Beberapa hari lalu, waktu gue baru selesai membagikan undangan ke rumah Iyan, tersisa dua undangan lagi yang harus gue kasih ke Rion dan Raina. Tapi, entah kenapa gue ngerasa ragu dan takut di saat yang bersamaan. Bahkan berkali-kali gue berpikir apa undangan ini benar-benar harus gue kirim ke rumah Rion? Kenapa ya gue ngerasa ragu dan takut saat itu?
Sekarang, gue tau jawabannya.
Gue ragu kalau Rion bakalan datang secara, yang gue tau, dia adalah yang paling sibuk di antara Tripdate Squad sekarang. Profesinya mengharuskan dia untuk terbang ke sana-sini dan jarang di rumah setiap hari. Dan juga, gue ngerti kenapa harus takut saat itu ya karena sekarang, tepat di detik ini. Saat Raina memutuskan untuk berdiri dan memeluk Rion tanpa ragu. Saat Raina yang samar-samar bilang kangen sama Rion dan sialnya gue bisa dengar itu. Saat Rion balas memeluk Raina seerat itu, sama seperti waktu 8 tahun lalu. Saat mereka masih pacaran dulu.
Ternyata, gue tau jawaban kenapa gue takut banget kalau Rion bisa datang di reuni hari ini.
Gue takut kalau Raina tersakiti lagi karena Rion.
"Ehm, misi bapak-ibu, itu pelukannya bisa nanti lagi nggak? Kita pegel ya nungguin." Gue akhirnya berinisiatif untuk menginterupsi mereka. Gak tau deh, makin lama rasanya makin sakit aja gitu liat mereka pelukan di depan gue.
"Ah, maaf maaf." Raina adalah orang pertama yang sadar dan melepaskan. Dia lalu mengusap tengkuknya, kebiasaan kalau dia lagi gugup. "Gue cuma shock aja Iyon bisa dateng." Lanjutnya.
Kita semua maklum, jadi cuma ngangguk-ngangguk aja. Sementara Iyon langsung menyapa semua anggota Tripdate Squad dan memeluknya satu per satu. Begitu giliran memeluk Rachel, mata gue langsung mengarah ke Raina, takut-takut kalau cewek itu masih memiliki luka yang sama seperti SMA dulu. Tapi, gue kaget karena sikapnya biasa aja. Dia bahkan senyum-senyum waktu liat interaksi Rachel dan Rion.
Kok... gue ngerasa seneng ya?
"Woy Sat, kenapa sih lo ngelamun terus?" suara bass Rion tiba-tiba terdengar jelas, menyeret gue dari lamunan sendiri.
"Eh sori Ri. Gimana kabar lo?" gue dan Rion langsung berpelukan ala bro-bro gitu, yang nepuk punggung aja kenceng gila.
"Kayak yang lo liat. Gue baik-baik. Lo?"
Kita ngelepas pelukan terus gue jawab, "gue gak pernah nggak baik-baik aja btw."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remorseful [SKY]
Teen FictionKalau ada satu kesempatan untuk mengulang masa lalu, satu-satunya masa yang pengin gue ulang adalah masa putih abu-abu. Masa saat gue menyia-nyiakan cinta seseorang, mengabaikan perhatiannya yang berlebihan, dan bahkan meninggalkannya tanpa perasaan...