Twenty Four: Storm

701 140 150
                                    

*warning:

-Chapter ini mungkin sedikit nano-nano, maaf kalau nggak ngefeel.
-Mungkin akan banyak harsh word, sorry.
-Too long, just enjoy!:)



And I realize, I'd rather have the darkest parts of him than have nothing. -Raina

.

.

.

.

.

.


Raina


Guru Fisika favorit Iyon baru aja mengakhiri mata pelajaran. Begitu beliau keluar, kelas kembali gaduh. Ada yang langsung ikut keluar-ntah ke kantin atau ke toilet. Ada juga yang langsung nyamperin temennya, keluarin gitar, pasang earphone, baca novel atau komik, dan entahlah. Suasana kelas langsung ribut pokoknya. Gue masih duduk aja di bangku, ngejatuhin dagu ke meja sambil menatapi punggung Iyon seperti biasa. Pengin bangun untuk sekedar gangguin dia yang lagi asik baca komik, tapi mood gue lagi nggak bagus hari ini. Takutnya kalau nanti dimarahin Iyon, gue malah langsung nangis. Kan bisa-bisa bertengkar.

"Minggir dong."

Gue langsung noleh waktu sadar seseorang yang badannya lebih besar dari gue tiba-tiba menggeser duduk gue ke sebelah kanan-bangku Rachel yang lagi kosong karena pemiliknya lagi ke toilet.

"Astaga Nyet, lo kenapa nggak langsung duduk di bangku Rachel aja sih? Kenapa lo mesti gangguin gue?"

Si tersangka cuma cengengesan nggak jelas, yang setelah berhasil menggeser duduk gue, dia langsung duduk di bangku gue. "Ngelamun mulu lo. Jajan yuk?"

"Nggak ah males."

"Kenapa?"

"Ya enggak aja."

"Tumben. Gue traktir deh, mau nggak?"

"Nggak."

"Wow." Vio langsung berekspresi kaget dan suara besarnya spontan membuat semua murid sekelas menoleh ke arah kami. Gue cuma geleng-geleng kepala lalu akhirnya merotasi bola mata dengan malas.

"Apaan sih lo cari sensasi banget. Diem deh, mood gue lagi jelek."

"Lagi dapet ya lo? Nih nih mending lo marah-marah aja, jambak rambut gue kek, tampar kek, pukul kek, kayak yang biasa lo lakuin. Gue nggak bisa liat lo diem begini kayak patung."

Gue cuma ngelirik dia tajam sampai mulutnya berhenti ngoceh. Lalu gue kembali menjatuhkan kepala ke bangku.


"Raina... ngomong dong. Kalau lo nggak ngomong gue gangguin terus sampai ada guru loh."

"Bacot lo ah Yo. Ya udah, mau lo apa?"

"Hehe." Cengiran lebar cowok itu secara nggak sadar mampu mengurangi jeleknya mood gue hari ini. Jadi gue cuma mendesah berat seolah nyerah sama tingkah laku sahabat cowok gue yang udah kelewat nggak waras ini.

"Apa?"

"Temenin ke kantin."

"Ogah ah, ntar ada guru."

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang