Fifty Two: A Glass of Coffee & Hot Chocolate

1K 107 195
                                    

"Because love is so easy
when it's with the right person."

.

.

.

.

.

.

.

.

-Alvio




*Please play song on the media above



Alvio



Dulu banget, waktu gue SMA, gue pernah berdoa untuk bisa seenggaknya punya sedikit aja keberanian untuk mengutarakan perasaan gue sama Rachel. Tapi, sampai detik ini perasaan itu masih adem-ayem aja tersimpan di dalam hati. Bahkan, gue bersyukur sebenarnya perasaan itu gak terungkap. Rachel cukup tau perasaan gue lewat novelnya Raina aja. Karena seperti yang pernah Angga bilang, lo nyesel gak ngungkapin perasaan lo ke Rachel atau lo nyesel kehilangan Raina?

Gue sendiri sejujurnya gak sadar sejak kapan punya perasaan ini ke Raina. Karena dulu, waktu SMA, gue beneran sayang sama Rachel. Gue nyaman sama dia dan bahkan gue sempat ngebayangin untuk bisa menghabiskan sisa hari gue bareng dia.

Tapi, balik lagi. Rencana Tuhan nggak ada yang tau. Benar kata Rachel kalau perasaan seseorang gak ada yang tau dan gak bisa menjamin akan bertahan selamanya. Gitu juga yang gue rasain ke Raina.


"Woy, ngelamun mulu. Tegang banget sih mukanya." Suara ngebass Iyan menyadarkan gue dari lamunan. Begitu Iyan dateng, Rion dan Angga menyusul dari belakang.

"Santai Mas Bro, jangan gugup gitu kenapa sih? Bukan Alvio banget." Kata Angga yang diikuti anggukkan dari Rion.

"Iya, Ina nggak akan gigit kok." Lanjut Rion.

"Emang nggak akan gigit. Tapi jambak." Sahut gue yang langsung disusul tawa ketiga sahabat seperbangsatan gue. "Jangan pada ketawa elah. Bantuin gue. Ini gue udah rapi beneran? Rambut gue gak aneh kan? Mata gue nggak belekan kan?"

"Hahaha Nying. Lo bikin gue jadi ngomong kasar lagi kan! Udah tobat nih padahal." Kata Iyan yang masih ketawa ngeliat kegugupan gue. Gitu juga sama Angga dan Rion yang masih pada puas ketawa. Ya udah, gue diemin aja.

"Ri, maaf." Ucap gue akhirnya setelah suasana kembali hening.

Alih-alih menjawab, Rion malah memajukan langkahnya, dan merengkuhkan tangannya ke punggung gue. Dia tepuk-tepuk pelan.

"Gue geli sebenernya meluk lo kayak gini. Tapi beneran, gue bersyukur Ina sama lo. Maafin gue udah nyakitin Raina-nya elo ya Yo. Maaf udah bikin Raina-nya lo dulu nangis-nangis terus karena gue. Maafin karena gue sangat brengsek udah menyia-nyiakan hati setulus Ina."

Gue senyum bentar sambil balas tepuk-tepuk punggung Rion bagian atas. "Nggak papa, Ri. Makasih udah mau menjaga Raina buat gue. Makasih udah ngelindungi Raina saat gue nggak bisa. Dan makasih, seenggaknya lo membuat masa-masa SMA Raina bahagia."

Remorseful [SKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang