Senja

8.8K 543 39
                                    

Maafkan kalo banyak typo dan ceritanya gaje 😂

Felix's POV

Senja di awal April yang cukup cerah. Masih jingga tak berubah. Senandung semilir angin menerpa lembut daun-daun pepohonan pinggir jalan yang kini menghijau. Udara awal musim semi masih sejuk.

Sang mentari pun belum tenggelam ke peraduannya. Aku yang selalu menyukai langit senja. Dengan pesonanya yang mendamaikan. Memikat siapa saja dengan jingga di ujung cakrawala.

Masih senja. Meskipun kadang memikat sendu untuk hadir lalu menawarkan rindu untuk tidak pergi.

Aku masih di ujung senja menunggunya kembali. Dia yang pergi tiga belas tahun yang lalu disaat aku masih berumur delapan tahun dan dia satu tahun lebih tua dariku.

Meski dia mungkin tak lagi mengingatku. Atau mungkin dia takkan pernah lagi kembali. Hanya harap terhadap dia yang kusebut cinta pertamaku. Mungkin saat itu aku belum mengerti apa-apa. Tapi kini aku sangat merindukannya.

Resah selalu mendekat saat aku merindunya. Bahagia selalu hadir saat mengenang hari bersamanya. Mungkinkah itu benar-benar cinta?

Ada seseorang yang mendekat ke arahku lalu duduk di sampingku. Dia adalah sahabatku sekaligus tetanggaku, Hyunjin.

Aku menyadari kalau dia menyukaiku. Hanya saja aku pura-pura tidak tahu. Aku takut dia menjauh dariku jika dia mengetahui hatiku sudah dimiliki oleh seseorang yang sekarang entah di mana.

Hyunjin selalu ada untukku. Kami tidak sengaja berkenalan saat di pinggir jalan tiga tahun yang lalu. Saat itu dia menolongku dari pencopet.

Dan ternyata dia pindah ke sini, ke kotaku dan rumahnya berada di samping rumahku. Akhirnya kami pun akrab sejak saat itu.

“Hei...ngelamun aja. Lagi mikirin apa?”

Tanya Hyunjin kepadaku yang masih mencoba menepis rindu untuk dia yang semestinya tak kurindukan.

“Oh..bukan apa-apa. Hanya menikmati langit senja. Kamu dari mana? Kok tau aku di sini?” tanyaku dan dia pun tersenyum.

“Aku sudah mengenalmu hampir tiga tahun. Aku sudah hafal kebiasaanmu untuk melihat langit saat senja begini di atap.” Ucapnya sambil melihat matahari yang mulai menenggelamkan dirinya.

Aku hanya tersenyum melihatnya. Bagaimana bisa aku pura-pura menyukainya jika ternyata dia begitu baik. Bukankah itu akan menyakitinya?

“Dari dulu aku ingin bertanya satu hal padamu. Kenapa kamu begitu menyukai langit senja? Apakah ada seseorang yang membuatmu menyukainya?”

Tanya Hyunjin yang membuat aku mengalihkan pandangan dari wajahnya ke mata kakiku.

Apa yang harus aku katakan. Aku sedikit bingung untuk menjelaskan. Bagaimana bisa aku begitu menyukai langit senja yang selalu membawa rindu yang begitu membuat dadaku sesak.

“Warna langitnya begitu damai saat senja. Karena langit siang yang cerah aku tak begitu dapat menikmatinya. Mataku perih saat melihatnya.”

Jelasku. Jawaban yang Sedikit banyaknya memang benar. Meskipun ada alasan lain mengapa aku menyukai langit senja.

“Oh..ntar malam kamu ada acara?”

“Nggak. Kenapa?”

“Kamu mau ikut ke pesta ulang tahun teman kantorku nggak?”

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang