Akhir Penantian

2.6K 289 26
                                    


☆☆☆

Felix's POV

Sudah 5 tahun aku tak bertemu dengannya dan tak pernah mendengar kabar darinya. Karena dia pergi begitu saja tanpa mengucap satu kata pun.

Tiba-tiba hari ini ada telfon darinya. Entah ini kabar baik atau buruk. Aku kira dia sudah tak mengingatku selama ini. Ternyata aku salah.

Namun, ada kenyataan lain yang menyayat hatiku. Dia menelfon hanya untuk memintaku datang ke pertunangannya. Kabar buruk.

☆☆☆


Dengan berat hati aku melangkahkan kaki menuju alamat yang telah dia berikan padaku. Aku memasuki sebuah gedung dengan hiasan putih. Sangat indah.

Dulu aku yang memimpikan ini bersamanya. Tapi aku tidak pernah berani mengatakan perasaanku kepadanya. Sehingga dia pergi begitu saja. Ini memang bukan salahnya. Tapi untuk melegakan hatiku, dengan egois aku menjadikannya kambing hitam.

"Selamat ya."

Ucapku pendek kepada Changbin. Changbin heran melihat raut wajahku yang datar tanpa senyum.

"Makasih kamu sudah datang. Tapi kamu nggak sakit kan?" tanyanya.

"Nggak, aku hanya sedikit capek. Aku pamit pulang dulu."

Ujarku tapi Changbin menahan keinginanku.

"Kamu tunggu disini sampai acaranya selesai ya. Ada yang mau aku ceritakan."

Jelasnya yang membuatku penasaran sehingga salahku memutuskan untuk tidak pulang dan kekacauan sudah tampak di depan mataku. Ini akan membuat hatiku sakit lagi. Yang pada kenyataannya belum sembuh.

Aku menunggu sampai acaranya selesai. Changbin berjalan mendekati tempat aku menunggunya.

Dia masih seperti lima tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah. Hanya saja kini ada cincin di jari manisnya yang menjelaskan kalau aku sudah tak punya kesempatan untuk bersamanya.

Meskipun aku tidak mengerti mengenai perusahaan, tapi sebagai penerus perusahaan, ini adalah pertunangan yang sudah diatur untuk kelanjutan perusahaannya.

Changbin masih diam. Aku juga diam. Hanya gelas anggur yang ada di tanganku yang aku mainkan. Pandangan mata ku, ku buang ke dasar kolam renang. Aku tidak berani menatap mata Changbin.

"Hmm..sudah lama ya kita nggak ketemu. Kamu sekarang kuliah dimana?"

Changbin memecah keheningan ini pada akhirnya.

"Oh...iya..sudah lima tahun. Aku kuliah di jurusan seni di universitas yang aku impikan dulu. Kamu sekarang sudah kayak bos beneran, heheheh."

Aku memaksakan tertawa untuk memecah kehampaan ini.

"Sepertinya kamu melanjutkan hidup sesuai keinginan kamu ya. Aku malah harus terperangkap disini. Karena penjara ini juga aku harus merelakan cintaku tidak pernah tersampaikan pada seseorang yang hingga kini masih dan akan selalu aku cintai. Tapi sepertinya dia baik-baik saja."

Ceritanya membuat aku kaget menyadari ternyata Changbin tidak menginginkan pertunangan ini.

"Jadi kamu terpaksa melakukan pertunangan ini? Kalau gitu kamu jahat dong sama tunangan kamu dan pengecut nggak bisa mengungkapkan perasaan kamu ke orang yang kamu suka."

Ujarku mengalir begitu saja yang membuat aku menyesali kalimatku tersebut. Karena raut muka Changbin berubah makin sendu dan menyedihkan.

"Iya sih. Tapi orang yang aku suka seperti memberi batas kalau aku tidak bisa memilikinya, makanya aku menyerah dan lalu pergi."

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang