Bodoh atau Setia?

2.3K 235 37
                                    

☆☆☆

Laki-laki manis itu mengalungkan syalnya ke leher dan mengeratkannya sedikit. Lalu mengenakan Winter Coatnya. Karena sekarang musim dingin.

Dia memasukkan jurnalnya dan payungnya ke dalam tas. Untuk jaga-jaga jika nanti salju turun dengan lebat.

Setelah semuanya siap, dia melangkahkan kakinya menuruni tangga ke lantai bawah dimana Orangtua dan kakaknya sudah menunggu untuk sarapan di meja makan.

Kakaknya melirik dia sebentar dan tasnya.

"Dek, kamu gak capek apa? Tiap hari bolak balik ke kedai kopi itu."

Laki-laki manis itu - Lee Felix - menggeleng. Lalu tersenyum kepada Kakak dan orangtuanya yang menatapnya miris.

"Aku yakin pasti dia kembali dan nepatin janjinya." Ujar Felix yakin kepada Guanlin, kakaknya.

Guanlin menghela nafas berat.

Ini sudah dua tahun sejak laki-laki yang ditunggu adiknya pergi. Janjinya, mereka akan bertemu tepat satu tahun setelah berpisah. Karena laki-laki itu ada pertukaran mahasiswa keluar negeri.

Namun, sampai sekarang laki-laki itu belum juga datang dan menemui adiknya yang selalu menunggu kedatangannya di tempat yang mereka sepakati setiap hari, sejak satu tahun yang lalu. Sejak laki-laki itu tak datang pada hari perjanjian mereka.

"Tapi dek, ini udah dua tahun. Kalian janjinya cuma satu tahun."

Felix tersenyum lagi. Meyakinkan kakaknya bahwa laki-laki yang dia tunggu akan kembali dan menepati janjinya.

"Guan, sebaiknya kamu berangkat sekarang. Nanti kamu telat masuk kelas."

Luhan berusaha menghentikan perdebatan yang akan terjadi setiap pagi mereka, dengan topik yang sama - Guanlin menyuruh adiknya berhenti menunggu yang tidak pasti.

"Iya Ma, Pa, Guan berangkat dulu. Adek jangan lupa pake baju hangatnya yang bener. Syalnya juga jangan kendor. Nanti masuk angin. Sarung tangannya juga jangan lupa."

Guanlin mengalah lalu merapikan syal yang terpasang di leher adiknya dan memastikan tangan adiknya memakai sarung tangan serta merapikan Winter Coatnya.

Guanlin memang sangat peduli dengan adiknya itu. Felix tersenyum dan mengangguk.

Mama dan Papanya memandang mereka haru. Jarang sekali Guanlin akan secerewet dan sepeduli itu, hanya jika bersama adiknya maka dia seperti itu.

"Iya kak. Kakak jangan lupa nanti makan siang dan kuliah yang bener."
Balas Felix.

Guanlin tersenyum lalu mencium pipi adiknya dan mengusak surai pirang Felix gemas. Lalu dia berangkat.

"Ma, Pa. Adek berangkat dulu."

Pamit Felix sambil mencium pipi Mama dan Papanya setelah beberapa saat kakaknya pergi.



☆☆


Disinilah Felix sekarang, di sebuah kedai kopi yang terletak di persimpangan jalan di tengah kota.

Kedai ini minimalis namun aesthetic. Ada beberapa buku yang terletak di rak di dinding. Dan pajangan lainnya seperti kaktus dalam pot kecil di atas meja dan rak pembatas di tengah ruangan serta beberapa lukisan-lukisan abstrak di dinding.

Felix selalu mengambil tempat duduk di meja pojok dekat jendela. Dari sana dia bisa memerhatikan jalanan yang dilalui orang-orang.

Beruntung jadwal kuliahnya siang hingga sore, jadi Felix bisa setiap hari kesana. Menunggu orang yang entah kapan kembalinya.

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang