Dark and cold! [1]

1.5K 163 10
                                    

Changbin berjalan ke arah meja yang tadi telah diberitahukan oleh gurunya. Saat ini ia sudah duduk di kelas 12.

Pindahan dari luar negeri. Namun ia tidak kesulitan menyesuaikan bahasa dan budaya karena ia juga keturunan Korea.

Pemuda tampan itu tetap diajarkan tentang budaya dan bahasa Korea oleh keluarganya sejak kecil, meski menetap di luar negeri sebelumnya.

Pembawaannya yang tenang, dingin dan wajah yang minim ekspresi, membuat Changbin sulit untuk didekati oleh siapapun di kelas.

Ia hanya berbicara seperlunya, jika ada yang penting seperti tugas atau acara kelas.

Ditambah dia mengambil duduk di kursi pojok belakang. Sehingga, tidak terlalu menarik atensi.

***

"Argh..."

Bukk...

"Aduuh.."

Felix terjatuh. Terpeleset lantai yang cukup licin, yang baru saja selesai dipel oleh petugas kebersihan sekolah.

Karena pemuda mungil itu tidak berhati-hati dan memperhatikan tanda yang telah diletakkan di lorong kelas.

Btw, jam belajar sudah usai. Para siswa yang tidak memiliki kegiatan lagi, telah pulang.

Sedangkan Felix, pemuda manis itu baru saja selesai kelas vocal dengan Miss Bae.

Dan berakhir di lantai. Dikarenakan hari ini ia menggunakan celana pendek, lututnya memar; beradu lantai keramik yang keras.

Masih mengusap pelan lututnya yang memar, seseorang yang belum pernah ia lihat selama satu tahun bersekolah di JYP SHS, melewatinya begitu saja.

Tanpa melirik sedikitpun ke arah Felix.

Ia merengut. Merasa dirinya tidak kasat mata.

"Tunggu..." Pekiknya. Namun pemuda yang diteriaki tidak menoleh atau pun berhenti.

Felix mencebikkan bibirnya kesal. "Apa aku udah kayak setan, gak terlihat dan tidak bisa didengar?" Gumamnya sendu.

Ia berdiri lalu memaksa kakinya berlari kecil, menyusul siswa tadi.


Grep

Felix meraih salah satu tangan siswa itu dengan lancang.

"Kamu bisa liat dan dengar aku, kan?" Tanya Felix cemas, setelah berhadapan dengan pemuda yang memiliki wajah datar namun tampan.

"Bisa." Sahut pemuda itu singkat.

Felix menghela nafas lega. "Tapi tadi kok gak bantuin aku pas jatuh? Pas aku teriakin kok gak berenti?" Tanyanya lagi.

Pemuda itu memperhatikan Felix dari atas sampai bawah.

"Buat apa? Saya gak ada urusan sama kamu." Balasnya.

Felix mencebik. "Kata Mama aku, kalo ada orang yang lagi kesusahan, dibantu. Walaupun gak kenal."

Pemuda itu menatap Felix yang super keterlaluan aneh menurutnya.

"Aku Felix. Kalo lain kali liat aku atau orang lain jatuh, dibantu ya?" Ucapnya dengan tersenyum manis. Cantik dan manis.

Deg!

Pemuda itu mundur beberapa cm.

"Nama kamu siapa? Kelas berapa?" Tanya Felix lagi.

"Saya Changbin, 12A." Felix membungkuk setelah mendengarnya.

"Aku minta maaf udah lancang. Maafin aku ya, kak Changbin." Pintanya dengan wajah merasa bersalah.

"Hm. Saya mau lewat. Minggir." Ucap Changbin, Felix akhirnya memberi jalan.

Setelah Changbin pergi, Felix menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Mama..tadi aku kayak lagi ngomong sama setan es. Dingiiinnn..serem...tapi ganteng. Heheh." Adu Felix ke udara kosong. Lalu dia cepat-cepat berlari ke arah gerbang sekolah, kakaknya sudah menunggu dari tadi.

Felix lupa jika lututnya masih memar.








Tbc

Mungkin nanti cuma 3-5 part 😊
Pendek kok. Ini aku bikin cuma kangen Changlix aja...

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang