Dark and cold! [2]

953 165 14
                                    

Pemuda manis itu tampak begitu senang. Sepanjang perjalanan, senyumnya merekah indah.

"Kok senyum terus dek? Gak gila kan?" Tanya Chan, sang kakak. Menoleh sebentar kepada Felix yang kini duduk di jok penumpang.

Yang lebih muda merengut dan memukul pelan bahu Chan.

"Kok gila, sih. Emang gak bole adek senang?" Berkacak pingggang lalu menghadap Chan dengan ekspresi marah.

Yang lebih tua mengusak surai madu adiknya dengan sayang lalu terkekeh.

Menjawil pucuk hidung mungil sang adik lalu mengecup pelipisnya pelan.

"Lucu banget pas ngambek. Adeknya siapa, sih?" Felix makin mencebikkan bibirnya. Menepis tangan pemuda tampan tersebut. Bersedekap tangan di dada lalu melempar pandangan keluar jendela.

"Senang kenapa, hm? Cerita sini sama kakak jangan senyum-senyum doang."

Felix kembali duduk menghadap Chan yang fokus menyetir. Memperhatikan figur sang kakak dari samping, tampan.

"Ulangan Matematika adek lebih tinggi dari yang sebelumnya. Heheh." Cerita Felix dengan tersenyum lebar dan mata yang tinggal segaris.

Chan gemas. Ternyata adiknya senang hanya karena nilai Matematika-nya meningkat.

Chan akui, adiknya pintar, namun lemah di Matematika.

"Wow. Adeknya kakak emang yang terbaik. Ayo kita rayain. Adek mau apa?" Chan hanya ingin mengapresiasi kerja keras sang adik.

Apresiasi bisa membuat seseorang semakin termotivasi jadi lebih baik lagi...

"Adek mau makan es krim." Ucap si manis.

"Ok." Chan melajukan mobilnya ke arah kedai es krim langganan sang adik.


○○○


Pada istirahat jam makan siang, Felix dipanggil sang wali kelas untuk ke ruangannya.

Felix sedikit cemas, dia takut jika ada masalah.

Menekan kenop pintu ruang wali kelas lalu mendorongnya pelan.

"Selamat siang, Miss." Sapanya sopan dan membungkuk setelah masuk.

Miss Jung mempersilakan pemuda manis itu untuk duduk di sofa yang ada disana.

Dia tidak sendiri, namun Felix enggan menyapa pemuda yang ada di sampingnya. Dia hanya melempar senyum kikuk. Meski tak ada balasan.

"Felix, ini Changbin. Kelas 12A. Dia akan jadi tutor Matematika kamu untuk beberapa bulan ke depan."

Felix mengeryitkan dahinya bingung. "Kak Woojin emang kemana Miss?" Tanyanya kemudian.

"Woojin lagi ikut program pertukaran pelajar, jadi dia gak bisa ngajarin kamu dulu. Gapapa ya?" Miss Jung menjelaskan.

"Hm..aku gapapa Miss. Tapi aku gak tau kalo kak Changbin." Felix melirik takut-takut ke pemuda tampan yang daritadi hanya diam dengan wajah flat.

"Changbin gak keberatan kan? Tenang, orangtua Felix sudah memberikan biaya untuk ini." Lanjut Miss Jung, menoleh ke sosok siswanya yang baru beberapa minggu sudah menarik atensi guru-guru karena kepintarannya.

"Hm. Saya gak keberatan." Jawab Changbin singkat.

Lalu Miss Jung menyerahkan kertas yang merupakan jadwal Felix belajar bersama Woojin, tutor pemuda manis itu sebelumnya.

"Kalian boleh keluar." Lalu keduanya pamit untuk kembali ke kelas masing-masing.

Felix mengekor di belakang Changbin. Dia ingin menyapa dan bertanya lebih lanjut, namun malas.

Changbin terlalu pendiam. Felix tidak suka.

"Kak?" Namun akhirnya dia panggil juga.

Changbin berhenti lalu menoleh ke samping. Dimana Felix sudah bersebelahan dengannya.

"Ayo aku traktir makan di kantin. Itung-itung perkenalan. Heheh." Felix yang memang anaknya ceria, dan supel, langsung saja menarik lengan Changbin untuk ikut dengannya. Tanpa peduli wajah datar dan aura dingin dari yang lebih tua.

Mengabaikan tatapan heran orang-orang di sepanjang koridor. Felix berjalan seolah mereka sudah dekat.


○○○


Semakin hari, Felix semakin sering bersama Changbin di pustaka.

Untuk belajar Matematika tentu saja.

Tapi Changbin tetap seperti itu, datar dan dingin. Bicara seperlunya.

Felix semakin bosan.

Seperti siang ini, Felix menatap Changbin intens dengan wajah serius.

Yang ditatap merasa sedikit heran.

"Kenapa?" Tanya Changbin.

"Kakak kok diem mulu, sih? Sakit giginya belom sembuh? Udah dua minggu lho ini kita bareng." Dengus yang lebih muda.

Changbin makin mengeryit bingung.

"Siapa yang sakit gigi?"

Telunjuk Felix terarah ke wajah datar Changbin.

"Saya gak sakit gigi." Elak Changbin.

"Yaudah, jangan diem dong. Aku kan jadi bosen. Belajar terus, tapi pemandangannya kayak patung." Keluh si manis tanpa beban.

"Kan ini pustaka. Gak bole berisik." Peringat Changbin.

Felix memasang pose berpikir.

"Yaudah, besok Minggu. Ayo jalan-jalan ke taman. Gak terima penolakan. Aku tunggu besok di halte ini." Felix menuliskan nama halte bis yang dekat dengan rumahnya.

Intinya Changbin yang jemput.








Tbc

Menurut kalian bosenin gak sih?
Kok gak ngefeel y kalo di aku.

Apa aku unpub aja? 🤔

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang