Flower🌷 #9

909 173 26
                                    

Sorry for typo.

☆☆☆☆☆

21.17 KST

Felix memalingkan wajahnya ketika bibir Jeongin sudah hampir menempeli bibirnya. Pada akhirnya mendarat di pipi pemuda manis itu.

Jeongin kembali menjauhkan wajahnya, sedangkan sang kekasih kini menunduk.

"Maaf." Cicitnya pelan. Jeongin mengusap lembut punggung tangan pemuda manis itu dengan jemarinya.

Ia kembali menarik dagu Felix agar keduanya kembali bertatapan. Tangan Jeongin terangkat untuk mengelus pelan wajah manis sang kekasih.

Kedua manik kembar mereka saling menyelami satu sama lain.

"Saranghae." Jeongin berujar pelan dan kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah Felix.

Pemuda manis itu menutup matanya seiring jarak mereka yang semakin menipis.

Kedua benda kenyal itu akhirnya menyatu. Jeongin yang merasa tidak ada perlawanan, kemudian melumat pelan bibir atas dan bawah pemuda berfreckles yang merupakan kekasihnya itu.

Lumatan mereka cukup lama sampai saliva keduanya jatuh di sudut bibir pemuda manis itu.

"Gak ada yang boleh nyentuh milik gue."

Felix mendorong tubuh Jeongin ketika kalimat sang kakak tiba-tiba berputar di kepalanya.

Jeongin menaikkan satu alisnya bingung.

"Engap." Ujarnya bohong, lalu menenggelamkan wajahnya ke dada bidang sang kekasih. Jeongin terkekeh pelan lalu mengusap punggung Felix dengan pelan.

Mereka saat ini sedang berada di sebuah kafe. Keduanya duduk di meja pojok dan tidak terlalu menjadi pusat perhatian.

"Abis ini mau kemana?" Tanya Jeongin sembari mengelus pelan pipi gembil kekasihnya.

"Udah capek. Pulang aja ya?" Ajak pemuda manis itu dengan raut sendu.

Jeongin mengusak lembut surai pirang Felix lalu mengangguk.

"Ayo." Jeongin menggenggam tangan Felix lalu berjalan keluar dari kafe tersebut.

Butuh waktu kurang lebih 30 menit agar mereka sampai di mansion keluarga Seo.

Jeongin berjalan memutar untuk membukakan pinth bagi sang kekasih.

Kemudian menggandengnya berjalan ke pintu utama mansion tersebut.

Changbin menarik lepas tangan sang adik dari genggaman Jeongin.

Felix otonatis kaget, namun tak sempat protes karena melihat wajah sangat kakak yang sangat datar.

"Udah sana lo pulang." Usir Changbin kepada Jeongin. Sedangkan Felix merasa serba salah. Karena tidak bisa lepas dari rangkulan sang kakak.

"Makasih buat hari ini. Hati-hati ya." Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulut pemuda manis tersebut.

Jeongin juga membalas tatapan dingin Changbin, kemudian beralih menatap Felix dengan hangat.

"Sampai ketemu besok. Jangan tidur telat." Kemudian Jeongin keluar dari mansion tersebut.

Changbin menarik adiknya masuk ke mansion lalu hingga ke kamarnya. Kemudian mendudukkan Felix di pinggiran ranjang.

"Kemana aja sama dia? Ini jam berapa hah?" Tanya Changbin dengan dingin.

Nyali Felix ciut.

"Maaf." Ia berujar dengan sangat pelan.

"Apa yang dilakuin bocah tadi sama bibir lo?" Felix mendongak saat mendengar pertanyaan kakaknya.

Jemari Changbin masih berada di rahang Felix agar pemuda manis itu tetap mendongak kepadanya.

"Gak diapa-apain kok."

"Ck. Bengkak gini lo bilang gak diapa-apain? Mau bohong?"

Felix menggigit bibir bawahnya khawatir.

"Tadi dicium. Udah kan? Adek mau bobo. Capek." Sahut Felix akhirnya.

Changbin menarik lengan samg adik agar berdiri lalu membawanya ke kamar mandi.

Felix hanya menurut walau tidak tahu apa yang akan dilakukan sang kakak.

Changbin mendudukkan sang adik di atas westafelnya yang cukup lebar lalu mengambil sikat giginya yang belum terpakai.

"Sini gue bersihin." Felix yang awalnya kaget kemudian menurut.

Meskipun sang kakak memasang wajah menyeramkan, Felix sadar jika Changbin peduli padanya.

Setelah menyikat gigi sang adik, Changbin kemidian mencucikan wajahnya juga.

Ia mengambil satu handuk kecil yang tersedia di kamar mandinya lalu mengelap wajah manis Felix.

Tangannya terhenti ketika bertemu tatap dengan Felix yang memperhatikannya dari tadi.

"Biar gue bersihin bekasnya." Changbin berujar datar lalu menghapus jarak antara dia dan sang adik hingga kedua belah bibir mereka menyatu.

Ribuan kupu-kupu menggelitik perut Felix. Hal ini sering ia rasakan saat bersama sang kakak, tapi tidak saat bersama Jeongin.

Tangannya mengalung di leher sang dominan dan suara kecipak basah dari mereka memenuhi kamar mandi mewah Changbin.

"Eungh.." lenguhan halus berhasil lolos dari bibir Felix ketika lidah Changbin sudah turun ke lehernya.

Tangan Felix menahan dada sang kakak lalu menatapnya dengan wajah berantakan.

"Aku kekasih Jeongin, kak. Aku gak boleh jahat sama Jeongin." Lalu ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Changbin yang terdiam mendengar penuturan sang adik.









Tbc

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang