Flower🌷 #1

1.4K 216 44
                                    

"Dasar penyakitan." Felix menoleh ketika mendengar seruan itu yang tertuju kepadanya.

Ia menemui sepasang mata elang yang menatapnya dingin. Lelaki manis itu kembali menunduk. Tidak berani berlama-lama beradu tatap dengan kakaknya.

"Jaga ucapanmu, Seo Changbin!" Peringat sang Mama.

Changbin, pemuda yang tadi menghina adiknya, mendengus lalu duduk di kursinya.

"Emang bener kan dia penyakitan, Ma." Ucapnya tak mau kalah.

"Dia adikmu, kamu ingat?" Tanya Mama Seo yang tidak paham dengan jalan pikir putra sulungnya.

"Ck. Adikku kan udah gak ada, Ma. Mama lupa?" Balas Changbin. Felix, pemuda manis itu hanya diam tidak membalas. Hatinya seperti ditusuk ribuan jarum saat mendengar penuturan dari sang kakak, namun ia harus kuat.

"Dia adikmu. Mama gak mau tau. Kamu harus jaga Felix." Titah Mama Seo.

"Dasar menyusahkan." Dengus Changbin lalu menyantap sandwichnya.

Felix hanya diam dan memakan sarapannya dalam hening.

"Aku sudah selesai." Ucap Changbin beberapa menit kemudian, lalu ia berdiri hendak pamit kepada Mamanya. Btw, Papa Seo sedang bertugas keluar kota.

"Tunggu adikmu selesai. Antar dia sampai depan kelas." Pesan Mamanya. Changbin memutar bola mata jengah.

"Apasih Ma. Dia udah gede. Bisa berangkat sendiri." Ucap Changbin malas.

"Gapapa Ma. Felix bisa naik bus." Balas Felix.

"Gak. Adek berangkat bareng Changbin. Gak ada penolakan Seo Changbin, kalo kamu gak mau semua fasilitas Mama tarik." Ancam sang Mama yang menampilkan sebuah senyum kepada putra sulungnya.

"Ok. Aku bareng dia." Akhirnya Changbin duduk kembali, menunggu Felix selesai sarapan.


☆☆

Changbin menahan tangan mungil Felix sebelum membuka pintu mobil. Pemuda manis itu menoleh untuk bertemu tatap dengan wajah sang kakak.

"Lu ngerepotin." Ucap Changbin dengan datar. Lalu ia membuka pintu mobil dan keluar dari mobil, tinggallah Felix dengan perasaan bersalah.

"Hiks. Hiks. Hiks." Akhirnya dia menangis. Padahal Changbin masih di luar mobil, belum pergi dari sana.

Changbin kembali membuka pintu mobilnya lalu menatap Felix tidak suka.

"Ck. Gak usah nangis. Cepet keluar." Sinisnya. Felix mengusap kasar air matanya, ia sangat malu. Ia kira Changbin sudah pergi ke kelas, ternyata masih disana.

Akhirnya Felix keluar dengan wajah cukup berantakan. Jejak air mata masih ada di pipinya. Setelah Changbin mengunci pintu mobil, ia berjalan ke arah Felix lalu menarik lengan mungil pemuda manis itu untuk ikut dengannya.

Bukan ke kelas, namun ke toilet.

"Dikira gue ngapa2in lu kalo muka lu kayak gini." Changbin membasuh muka Felix dengan air yang ada di westafel lalu mengelapnya dengan tisu. Kemudian merapikan kembali rambut adik angkatnya tersebut.

"Sana lu ke kelas. Bentar lagi bel. Gak usah repotin gue buat antar lu."

Drrtt

Drrtt

Drrtt

Ponsel Changbin bergetar. Yang menampilkan nama Mamanya.

Changbin akhirnya menghela nafas kasar.

"Ck. Ayo jalan, gue antar." Ucap Changbin lagi. Takut jika fasilitasnya ditarik oleh Mama Seo.

Tanpa mengangkat panggilan Mamanya, ia berjalan di belakang Felix untuk mengantar pemuda manis itu ke kelasnya.

Seluruh siswa menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Ya, siapa yang tidak kenal Seo Changbin? Most wanted JYP SHS. Ketua klub rapp dan masuk geng elit yang diisi siswa tampan semua; Changbin, Minho, Hyunjin, Jeno, Sunwoo dan Samuel. Jajaran pewaris perusahaan keluarga masing-masing. Intinya, mereka holkay semua.

Felix? Sebenarnya dia seorang putra dari sahabat Mama Changbin yang meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Kebetulan, Felix tidak diakui keluarga Pamannya yang hanya mengincar harta keluarga Felix, jadi Mama Seo mengangkatnya jadi anak.

Selain itu, Mama Seo juga berusaha mengambil alih perusahaan yang sudah diambil Paman Felix, untuk dikembalikan lagi suatu hari nanti atas nama Felix.

Felix hanya menunduk. Karena ia siswa baru di sekolah elit ini. Dan tidak biasa menjadi pusat perhatian. Selama ini ia dijaga bak permata oleh kedua orangtuanya. Tidak dibiarkan keluar dari istananya dengan bebas.

Karena hal itu Changbin menyebutnya penyakitan. Jika kena panas, dia sakit. Kena hujan, dia juga sakit. Intinya, daya tahan tubuhnya tidak terlalu bagus.

Dan Changbin tidak suka hal itu. Karena mengingatkan kepada adiknya yang sudah tiada. Adiknya juga sering sakit walau hanya terkena hujan rintik.

"Ayo." Changbin menarik lengan mungil Felix pelan agar berjalan lebih cepat ke kelasnya.

Felix sudah menjadi bahan bisik-bisik oleh sebagian besar siswa yang melihatnya berjalan dengan Changbin. Yang dighibahkan hanya menunduk dan mengikuti Changbin dalam diam.

Beberapa bisik-bisik itu diantaranya:

"Manis."

"Dia siapa? Pacar baru Changbin?" Tanya siswa yang lain.

"Manis sekali. Gue gemas." Timpal yang lain.

"Duh, hasrat menikung gue menggebu-gebu. Walau harus ngadepin Changbin." Ungkap yang lain lagi.

"Pokoknya gue harus dapetin dia. Manis banget. Gue ampe diabetes." Kagum siswa satu lagi.

Changbin mengabaikan semua bisikan tersebut dan terus menarij Felix untuk menuju kelasnya.

"Kak." Cicit Felix di tengah jalan menuju kelas. Changbin berhenti.

"Apa?" Sahut yang lebih tua.

"Sakit." Felix menatap tangannya yang digenggam Changbin, sudah sedikit memerah karena ditarik.

Changbin melepas pegangannya terhadap tangan putih Felix yang sudah memerah. Lalu berjalan ke samping pemuda manis itu, kemudian merangkul pinggang rampingnya. Membuat pipi Felix memanas.

Dan Changbin tetap mengabaikan teriakan siswa-siswa yang histeris dengan aksinya itu.





>>tbc

Ini cuma beberapa part doang ntar. Makanya gak dibikin book baru heheh
Semoga suka. 💖

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang