Flower🌷 #7

1K 182 46
                                    

Maaf kalo banyak typo.

☆☆☆☆☆

Felix berjalan ke arah parkiran dengan wajah cerah terpatri di wajahnya. Sang kakak yang melihat hal itu menatap penasaran.

"Ayo kak." Ucapnya lalu masuk ke dalam mobil Changbin. Yang lebih tua pun akhirnya masuk ke dalam mobil meskipun masih dengan tanda tanya di kepalanya melihat sang adik yang tampak berbeda.

"Senang banget lo kayaknya. Dapet nilai bagus?" Tanyanya seraya melajukan mobil ke arah mansion mereka.

Felix menggeleng kecil lalu tersipu sendiri mengingat kejadian di sekolah tadi. Tepatnya di taman belakang.

"Lo kesambet?" Tanya Changbin lagi, ngeri sendiri melihat adiknya yang tiba-tiba aneh.

"Kak, aku mau cerita." Cicitnya kemudian. Changbin akhirnya memasang pose siap mendengarkan.

"Aku jadian sama Jeongin. Heheh."

Ckiittt

Changbin mengerem mendadak mobilnya hingga mendapat klakson dari pengendara lain.

Ia melirik adiknya dengan tatapan masih tak percaya.

"Tadi lo bilang apa?" Tanyanya.

"Adek jadian sama Jeongin." Ulang Felix lalu kembali menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan mungil miliknya.

Changbin melajukan mobilnya demgan kecepatan di atas biasanya. Felix otomatis kaget dan cemas serta takut. Ia memegang seat beltnya dengan kuat.

"Kak, pelanin." Cicitnya dengan wajah sudah memucat.

Changbin tidak mendengarkan.

"Kakak, Felix gak mau mati." Pekiknya. Changbin masih mengabaikan.

"Kak, sesak. Pelanin!" Felix berusaha mengambil botol air mineral di dashbord mobil. Namun tangannya tidak bisa menjangkau.

Changbin akhirnya menoleh kepada  adiknya yang sudah pucat dan sesak nafas. Ia akhirnya memelankan laju mobil lalu menepikannya di jalanan sepi.

Ia dengan cepat membuka seat belt Felix lalu membantu mengambilkan air mineral untuk adiknya tersebut.

Si mungil itu dengan pelan meminum air mineralnya dan berusaha menetralkan nafas.

Ia menoleh kepada Changbin dengan tatapan nyalang.

"Kalo kakak mau bunuh diri, jangan ngajak-ngajak!" Dengusnya.

"Putusin Jeongin!" Sahut Changbin.

"Orang baru jadian masa putus. Kakak gak jelas." Balas yang lebih musa tak kalah sengit.

"Putusin Jeongin, Seo Felix!" Ulang Changbin dengan penekanan. Tubuhnya sudah maju dan mendekat untuk mengukung adiknya tersebut.

Felix menahan dada kakanya tersebut dengan tangan mungilnya.

"Gak mau. Aku sayang sama Jeongin. Jeongin juga sayang dan baik sama aku."

"Ck. Keras kepala." Changbin kembali menjauhkan tubuhnya dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang ke arah mansion keluarga Seo tersebut.

"Kakak kenapa sih gak suka banget sama Jeongin? Padahal Jeongin ganteng dan baik." Ujar lelaki manis itu tapi tidak menghadap Changbin, ia sibuk melihat-lihat keluar jendela mobil.

"Gue gak suka orang-orang yang nyentuh milik gue." Sahut Changbin.

"Kan kita kakak adek doang. Aku gak ngerasa milik kakak, kok." Felix tipikal orang yang paling susah mengalah jika beradu argumen.

Changbin menghela nafas berat dan memilih diam.


☆☆


Felix kini bersiap-siap di kamarnya. Ia sibuk merapikan penampilannya di depan cermin besar.  Lalu ia tersenyum sendiri membayangkan apa yang akan ia lakukan nanti dengan pacar barunya.

Cklek.

Pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan seorang Seo Changbin dengan wajah dinginnya. Fleix sudah terbiasa, jadi tidak sedih atau pun takut kagi.

"Gue gak ijinin lo buat keluar." Changbin buka suara. Ia berdiri dengan melipat tangan di dada dengan bersender di pintu kamar adiknya.

Felix yang masih sibuk dengan rambutnya, menoleh dengan bibir dipoutkan.

"Ih, kan cuma mau jalan sama Jeongin." Rengutnya kesal.

"Kalo gue bilang gal bole, berarti itu gak bole, Seo Felix." Tegas Changbin.

"Aku ijin sama Mama aja." Felix berjalan untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas di seberang sana.

Changbi berlari terlebih dahulu untuk menggapai ponsel tersebut dan mengantonginya. Felix menatapnya kesal.

"Apa-apaan sih? Kakak kayak anak kecil deh." Changbin mendorong kening Felix menjauh dengan dua jarinya.

"Kamu yang anak kecil. Gak bole pacar-pacaran."

Felix duduk di ranjangnya lalu diam. Mode ngambek.

"Sana suruh pacar lo balik. Bilang gak jadi pergi." Titah Changbin. Felix tak bergeming.

"Siniin hapeku!" Teriaknya sudah kehilangan kesabaran.

"Janji gak jadi pergi?" Tanya Changbin. Dengan berat hati Felix mengangguk. Kemudian ia menerima ponselnya kembali.

"Gitu, anak baik." Changbin mencium pucuk kepala adiknya lalu tersenyum.

"Kakak gak tau diri." Pekik Felix ketika Changbin sudah keluar dari kamarnya.







Tbc

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang