Dark and Cold [7]

1.2K 159 30
                                    

Sorry for typo ~

☆☆☆☆☆

Felix fokus ke buku yang ada di depannya yang berisi rumus-rumus dan juga soal latihan.

Sedangkan Changbin fokus menatap wajah manis Felix.

Yang lebih muda mendongak lalu bertemu tatap dengan manik sekelam malam milik Changbin.

Jantung Felix rasanya ingin lepas.

Buru-buru dia kembali menunduk dan fokus ke tugasnya.

Tangan Changbin terangkat lalu menepuk pucuk kepala Felix pelan.

Jantung Felix semakin tidak karuan.

"Semangat." Lalu Changbin tersenyum tampan.

Duh, Felix rasanya ingin menguap saja.

"Hai, Felix." Sapa sebuah suara. Membuyarkan lamunan si manis. Pemuda itu berdiri dengan senyuman tampan di hadapan Felix.

Otomatis yang dipanggil mendongak kembali. Changbin juga menarik tangannya dari kepala Felix.

"Eh, kak Minho?" Yang disebut namanya duduk di kursi kosong di sebelah Felix.

"Kakak gak ke kantin?" Tanya yang lebih muda.

"Udah balik. Lo lagi belajar apa?" Minho membolak balik buku yang ada di meja Felix.

"Heheh. Kan lagi tutor Matematika sama kak Changbin." Felix tersenyum manis.

"Oh. Masih lama gak?" Minho kembali bertanya, memasang wajah sinis saat bertemu tatap dengan adik sepupunya.

"Masih 30 menit lagi kak. Kenapa?" Felix bertanya antusias. Ia sekarang sudah akrab dengan Minho. Sejak kejadian di rooftop waktu itu.

Jemari Minho terangkat, berniat menjawil hidung mungil sang adik tingkat.

Namun ditepis Changbin sebelum sampai ke tujuan.

Felix mengerjapkan matanya lucu saat tahu tangan Changbin menampik tangan Minho dengan kasar.

"Gak usah pegang-pegang!" Geram Changbin. Minho menaikkan satu alisnya. Bibirnya tersenyum miring.

"Lah, Felix aja gak protes. Iya kan, Lix?" Minho menatap wajah si manis yang bingung dengan kedua kakak tingkatnya yang membuatnya berada di posisi canggung.

Ia menggigit bibir bawahnya karena tidak tahu harus menjawab apa. Dia cukup khawatit melihat wajah serius dan datar Changbin yang menatap Minho dengan penuh dendam.

"Sana lo pergi! Ganggu orang belajar." Usir Changbin.

"Ganggu orang belajar apa pedekate?" Goda Minho lalu lari menjauh dari mwja Changbin dan Felix, sebelum sepupunya itu berubah di perpustakaan sekolah.

"Kok kak Minho gak bole nyentuh idung aku kak?" Tanya Felix polos, setelah Minho pergi.

Changbin berusaha berpikir dan mencari jawaban yang tidak membuat Felix semakin curiga.

Curiga dengan perasaannya.

"Gak boleh. Cuma saya yang boleh." Akhirnya Changbin bersuara lalu menjawil pelan pucuk hidung mungil Felix. Membuat yang lebih muda mempoutkan bibirnya.

"Kok gitu? Emang aku punya kak Changbin? Gak boleh disentuh sama yang lain." Protes Felix. Mengusap kecil hidungnya.

"Iya. Kamu punya saya. Makanya gak boleh orang lain megang sembarangan." Udah kepalang tanggung. Akhirnya Changbin ngegas.

Felix membolakan matanya kaget. Karena Changbin tidak memberi aba-aba terlebih dahulu.

"Saya gak bisa romantis. Felix, kamu mau kan jadi milik saya? Kalo kamu gak suka, bilang aja."

Felix menutup bukunya lalu menangkup kedua pipi kakak tingkatnya itu.

Untung saja mereka di meja pojok dimana tidak banyak siswa disana.

Dan penjaga pustaka juga tidak bisa melihat.

"Kan dari awal udah aku bilang, aku suka dan sayang sama kak Changbin. Kak Changbin aja yang gak peka. Aku mau jadi milik kakak. Heheh."

Felix memajukan wajahnya.

Cup ~

Cuma sepersekian detik bibir mereka menempel. Namun memberi efek yang sangat besar untuk Changbin.

Kaget. Tentu saja. Ini perpustakaan.

Jika ada yang melihat, bisa hancur reputasi Changbin sebagai mentor...

Namun bukan itu yang jadi masalah Changbin sekarang.

Dia mau lagi. Bibir Felix manis.

Ia berdiri dan duduk di samping si manis lalu menarik tengkuk yang lebih muda agar kedua bibir mereka kembali menyatu. Lalu saling memagut pelan. Membawanya pada sebuah ciuman manis dan menghangatkan hingga ke relung hati.

Ribuan kupu-kupu Felix rasakan beterbangan di tubuhnya..begitupun Changbin. Ia merasakan getaran aneh yang belum pernah ia rasakan selama 100 tahun hidupnya.

Kewarasan Changbin sudah pergi entah kemana.

Ia tidak peduli lagi dengan reputasinya.

Sekarang hanya ada dia dan Felix.

Tidak ada siapapun. Waktu berhenti di mereka.




"Btw, gue balik kesini, lho." Suara Minho membuat pagutan itu berakhir dan mendapat tonjokan tidak main-main di bahu, dari Changbin.

Felix malu. Mukanya merah hingga ke telinga.

Ia menenggelamkan wajahnya ke buku yang ada di atas meja.







Tbc or End (?)

Serius nanya 😔

Maaf kalo telat banget Up, soalnya beberapa hari lagi ngedrop dan rl lumayan sibuk :(

Semoga suka sama part ini ♥️

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang