Flower🌷 #11

1.1K 176 21
                                    

Sorry for typo ~

☆☆☆☆☆

Jeongin memperhatikan tautan jemarinya dan jemari Felix. Sedangkan pemuda manis itu daritadi hanya diam. Mereka saat ini sedang dalam perjalanan pulang.

Pulang ke mansion Felix.

"Mau mampir ke tempat es krim dulu gak?" Tawar Jeongin.

Felix menoleh lalu tersenyum tipis.

"Boleh."

Jeongin melajukan mobilnya ke arah kedai es krim yang sering mereka kunjungi.

Felix memesan satu cup es krim dengan rasa matcha.

"Jeongin, Felix mau ngomong." Jeongin kemudian menatap lekat ke dalam manik kekasihnya.

Felix tampak ragu. Jeongin mengusap kecil punggung tangan pemuda manis itu.

"Mau ngomong apa, hm? Mau nambah es krim lagi?"

Felix menggeleng pelan lalu membalas genggaman Jeongin terhadap tangan mungilnya yang ada di atas meja.

"Felix mau minta maaf. Felix gak bisa jadi pacar Jeongin lagi." Pemuda manis itu kemudian menunduk. Takut untuk bertemu tatap dengan pemuda tampan di depannya.

Jeongin tersenyum, tetap mengusap punggung tangan milik Felix.

Ia menarik dagu Felix pelan agar wajah pemuda manis itu dapat ia lihat kembali.

"Ok. Kalo kamu gak bisa lagi jadi milik aku. Makasih buat 3 minggu yang sangat berharganya." Jeongin mengusap pelan pipi gembil Felix.

Pemuda manis itu menatapnya dengan berkaca-kaca.

"Jeongin gak marah?" Pemuda bermanik rubah itu menggeleng, lalu tersenyum hangat.

Meskipun hatinya patah.
Namun, ia tidak mungkin kan menggenggam sesuatu yang ingin lepas dan bebas?

Jeongin rela melepaskan, asal Felix bahagia dengan apapun keputusannya.

"Aku gak bakal bisa marah sama kamu. Abis ini kita tetap bisa berteman kan?" Tanya Jeongin.

Felix mengangguk dengan cepat. Ia senang Jeongin tidak marah atau pun membencinya.



☆☆☆




Felix menyuap dengan lahap makan malamnya. Sekarang keluarga Seo sedang makan malam bersama.

"Jeongin kok gak pernah main kesini lagi dek? Udah dua minggu."

Uhuk

Felix tersedak mendengar pertanyaan sang Mama yang tiba-tiba.

Changbin dengan cepat memberikan segelas air putih kepada adiknya itu.

"Adek gak pacaran lagi sama Jeongin, Ma." Jawab si manis itu.

"Lah kok putus? Kan Jeongin baik dan ganteng juga. Kurangnya apa coba? " Mama Seo tampak tak rela anaknya putus.

Changbin mendecak kesal. "Gantengan juga aku, Ma." Mama Seo memutar bola mata malas. "Mama gak ngomong sama kamu."

"Gak cocok, Ma." Sahut Felix akhirnya. Mama Seo mengusap surai pirang putra manisnya. "Yaudah, jangan sedih ya. Nanti adek pasti nemu yang cocok."

Setelah makan malam selesai, Felix langsung masuk ke kamarnya. Ia mulai belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya yang begitu banyak.

Cklek.

Felix menoleh ke pintu kamarnya yang terbuka. Menampilkan sesosok pemuda tampan disana.

Ia mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kalo mau masuk, ketok pintu dulu." Rengutnya lucu.

Changbin - pelaku yang mengganggu waktu belajar Felix - berjalan ke arah adiknya yang tengah duduk di kursi dekat meja belajar, setelah ia mengunci pintu kamar.

Tangannya terulur untuk menarik kedua pipi gembil adiknya itu. "Lucu banget. Punya siapa sih?"

Felix semakin menatap kesal.

"Kalo kakak cuma mau ganggu aja. Keluar aja. Adek mau bikin tugas nih." Amuknya.

Cup ~

Changbin berhasil mencuri satu kecupan dari bibir manis Felix.

"Jangan banyak bacot. Belajar aja. Gue cuma liatin doang." Kemudian Changbin berjalan ke ranjang adiknya dan berbaring disana sembari memperhatikan sang adik belajar.

Pemuda manis itu mendengus kesal namun akhirnya kembali fokus ke tugasnya.

2 jam kemudian Felix sudah menyelesaikan dua tugasnya yang harus dikumpulkan esok hari.

Ia merapikan seluruh buku dan berjalan menuju kamar mandi.

Ia mencuci muka dan gosok gigi. Setelah itu ia memakai krim malamnya lalu berjalan menuju ranjangnya.

Felix baru sadar, Changbin masih disana. Pemuda tampan itu sudah terlelap.

Si manis itu menepuk-nepuk kecil wajah sang kakak. "Bangun, ih. Jangan bobo disini." Felix berusaha membangunkan Changbin.

"Kakak bangun. Gak bole bobo disini. Kamar kakak kan ada." Felix menaikkan nada suaranya dan menarik-narik tangan Changbin hingga terbangun.

Changbin memang sedikit susah dibangunkan.

"Heum..ayo sini bobo? Udah kelar kan tugasnya?" Changbin menarik lengan adiknya hingga jatuh berbaring di sampingnya yang masih kosong.

Felix memukul dada Changbin agar menjauh.

"Kakak bobo di kamar kakak sana. Gak bole disini."

Changbin memeluk erat tubuh mungil yang cerewet itu lalu menarik selimut bergambar koala untuk menyelimuti mereka berdua.

"Tidur. Jangan banyak bacot. Gue ngantuk." Seru Changbin datar.

Felix mendengus kesal. Namun tetap saja membalas pelukan sang kakak. Pelukan Changbin begitu hangat dan nyaman.

Tangan Changbin terulur untuk mengambil remot lalu mengklik agar lampu di kamar itu mati dan menyalakan lampu tidur lalu meletakkan kembaoi remot itu di atas nakas di samping tempat tidur.

Pemuda tampan itu kemudian mengecup kening adiknya lembut.

"Mimpi indah. Jangan sakit lagi. Gue gak suka." Felix mengangguk dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang kakak.

Menghirup aroma citrus dan mint yang menguar dari tubuh sang dominan.

Jadi beberapa hari kemaren Felix demam. Dan baru hari ini ia sembuh.

Changbin mengeratkan pelukan mereka. Keduanya kemudian sama-sama memejamkan mata untuk menjemput mimpi indahnya.







Tbc

Thank you 🥰💝🌷

SHORT STORY (CHANGLIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang