29| He's Fine (?/.)

6K 220 5
                                    

Fighting All my reads
@kim.ha_na8

———————–––
From. Alfiani
✨Happy Reading✨

——————

Taxi yang di naiki Vita dan Shila perlahan pergi dari halte sekolah. Dengan Shila yang mengoceh di pagi hari ini, mereka berdua berjalan bersisian hingga tak jauh di depan ada Nata yang sudah menunggu.

"Good Mor-mor Nataa.."

Nata terkekeh dan membalas pelukan hangat Shila. "Asli makin hari bahasa lo makin aneh."

"I don't care girl. It's me Shila cantik."

"Tuh kan aneh."

Sekarang giliran Vita, dengan terkekeh ia memeluk Nata. "Maaf kita telat."

"Ettz harusnya dia yang minta maaf bukan lo." koreksi Nata dengan menunjuk biang kerok Shila.

"Hehh kok gue?!" manyun Shila. "Harusnya tuh lo Nat, yang nggak ikut nginep di rumah gue."

Nata tertawa dengan menggaruk tengkuknya. "Ah kalo itu gue kan dah minta maaf kemarinn. Masa dibahas lagii."

"Nggakpapa Nat jangan dengerin Shila." ucap Vita. "Kemarin lancar jenguk Om lo Nat?"

"Allhamdullilah lancar kok." jawab Nata dengan mengangguk. "Lo nggak ada sakit atau memar lebam kan?"

"Coba gue liat sini.."

"Lo di apain dia?.."

"Lo semalem ke apotek kan?"

DEG

Seketika pandangan Vita berubah. Ucapan Nata membuat tenggorokannya kering bahkan bibirnya seketika terkunci. Apa dia tau Vita mendapat luka memar dari Daniel?? Tapi kenapa bis–

"Vita! Hei!! Whats wrong?!"

Vita langsung menggeleng berusaha menyadarkan diri. "E-enggak enggak.. kenapa?"

Nata terkekeh, "Lo diapain Shila semalem sampe lo bengong pagi-pagi gini?"

"Asli gue nggak ngapa-ngapain." Shila mengacungkan dua jari nya.

"E-enggak enggak gitu, i'm fine. Fine."

Nata dan Shila menatap Vita lekat sebelum pandangannya teralihkan pada motor yang melintas dan berhenti di depan mereka bertiga.

Nailo dan Ferry.
Mereka berdua turun dari Motor Sportnya itu.

"Ihwww, bagus doang motornya tapi boncengan sesama lontong." ceplos Shila tak berakhlak.

"Heh kutil semut, mulut loo ini masih pagi jaga dikit napa." sahut Ferry tak terima.

"Suka-suka gue dong."

Ferry memasang wajah julidnya, "Bilang aja lo pengen gue boncengin lagiii."

"Enggak."

Ferry menaik turunkan kedua aslis nya dengan wajah jail. "Ah bohong dosa lo bebeb."

"Hiih kintil males gue ngomong sama lo."

Nata dan Nailo meringis mendengar ucapan Shila. Karna itu Nata meraup wajah Shila gemasss.

"Kan bahasa lo makin nggak ngotak."

Nailo menggeleng. "Ck ck inget masih muda lo."

"AH KALIAN SEMUA NYEBELIH eh– lebih nyebelin si Aldan EHH– kemana tuh bocah dahal bentar lagi masuk EH ANJIR ngapa gue peduli monyetttt astagaaaa gue ngomong apaan sii campur aduk kek muka Ferry."

"Derita orang ganteng sebutin tross." Ferry mencoba tabah menerima resiko karna wajah tampannya ini. "Lo nyariin Aldan? Dia nggak akan masuk hari ini karna saki–"

"STOP GUE NGGAK PEDULI, Bye kita mau cabut."

"Semalem dia baik-baik aja kok– Astaga." pekik Vita membuat lamunannya buyar karna Shila menariknya.

"Heh bawel gue belom selesai ngomong." protes Ferry.

"Udahlah ayok." ajak Nailo pada Ferry.

Di lain tempat.
Di kamar yang dominan dengan warna Navey dan Grey itu terdapat manusia yang tertutup selimut rapat. Pintu yang diketuk dan dibuka pun tak membuatnya terusik.

Sindita menghembuskan nafasnya. Selalu seperti ini kala pagi-pagi namun pagi ini Aldan sudah telat 30 menit. Keterlaluan bukan?

"Abang kamu nggak mau bangun berangkat sekolah?"

Hening.

"Aldan. Bangun Bang."

Masih tak ada jawaban membuat Sindita masuk kedalam kamar dan menarik paksa selimut hingga wajah anaknya terlihat.

"Kamu kenapa?"

"Kepala Aldan pusing."

Tangan Sindita terulur menyentuh kening putranya itu. "Enggak panas kok."

Dalam hati Aldan berdecak, mata cowok itu mencoba terbuka. "Bundaaa Aldan pusing bukan panas."

Sindita mengangguk dan percaya, "Jadi?"

"Yaaa Aldan nggak sekolah mau istirahat dulu, boleh?."

Sindita kembali mengangguk. "Oke Bunda temenin."

"Jangan! Ekhm maksudnya nggak usah nanti pelanggan di butiknya gimana? Aldan cuma pengin tidur. Bunda mending ke Butik aja." Sindita diam membuat keringat Aldan tiba-tiba bercucuran.

Sindita kembali mendekat dan berakhir kembali menyelimuti Aldan. Dengan mengangguk "Oke nanti sarapan sama obat Bunda anter."

Aldan tersenyum lemah.
Tapi batinnya bahagia!
Seperti ucapan Sindita, setelah menaruh sarapan dan obat tak selang lama mobil Sindita berderu di halaman rumah dan pergi.

Aldan langsung membuka selimut tebalnya itu dengan sekali tarik. "Anjir gerah banget."

Dengan ocehan itu Aldan bangun menuju kamar mandi. Hingga stelan baju santai melekat rapih di badannya. Sebuah T-shirt putih dan celana pendek hitamnya.

Matanya menoleh ke kanan-kiri melihat kondisi rumah saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya menoleh ke kanan-kiri melihat kondisi rumah saat ini. Sepi.
Cowok itu langsung bergegas dan menuju garasi dimana mobil-mobil berjejer rapi dan hanya satu mobil yang tertutup rapat.

Itu mobil Aldan. Mobil yang tak pernah tersentuh kembali saat kecelakaan, esttt tapi minggu lalu Aldan menggunakannya untuk mengetes nya bukan?

Karna itu hari ini cowok itu kembali membuka penutup mobil dan mengeluarkan nya dari kandang.

"Let's make you a king, baby."

VROM VROMMM VROM

"Bunda Aldan keluar dulu." ujar nya sebelum melesat jauh meninggalkan rumah.

——————
Alfiani
🌹🌹

CHEARAVITA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang