PART - SATU

15.2K 603 1
                                    

Beberapa lampu rumah sudah dimatikan saat Kim melangkah masuk. Tentu saja, pembantu rumah tangga sudah mematikan beberapa lampu utama ketika jam menunjukkan pukul 12 malam. Dan setiap harinya memang begitu. Ia selalu pulang ketika jam menunjukkan pukul 12 dan menemukan putri semata wayangnya sudah tertidur lelap di kamarnya. Kim berjalan pelan menuju tempat tidur putrinya yang sekarang berusia 4 tahun, lalu duduk di sampingnya dan mengecup keningnya. Tangannya mengelus rambutnya lembut. Ada rasa cinta yang sangat dalam ketika ia memandang wajah putrinya yang terlelap.

"Ibu." Sebuah suara mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Di sana ia menemukan pengasuh Nez yang sudah mengenakan piyama dan membawa sebotol susu untuk Nez.

"Bapak sudah pulang?" Kim bertanya sambil beranjak dari tempat tidur.

"Sudah, bu. Sejak pulang, bapak tidak keluar kamar lagi."

Ia mengangguk mendengar jawaban pengasuh Nez, kemudian berjalan keluar dari kamar Nez. Langkah kakinya lambat menuju lantai dua, lebih tepatnya menuju kamarnya dengan Bima, suaminya.

Tangannya menggenggam pegangan pintu namun masih enggan membukanya. Ia menarik nafas panjang lalu membukanya. Di dalam ia menemukan suaminya yang duduk bersandar di tempat tidur sambil membaca buku. Bima menatapnya sekilas lalu kembali membaca buku lagi. Dan Kim sendiri juga memilih untuk mengabaikannya. Ia melepaskan sepatunya dan meletakkan tas yang dibawanya begitu saja di tempat tidur. Setelah melepas bajunya satu persatu, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Air dingin meresap ke dalam pori - pori kulit, namun tidak sedingin hatinya saat ini yang nyaris beku. Dan tentu juga tidak sedingin sikap suaminya. Selesai mandi, ia membalutkan bathsuit pada tubuhnya dan berjalan keluar dari kamar mandi. Tidak ada siapapun di kamar saat ini. Bima tidak lagi ada di kamar dan membaca buku, namun semua barang - barang yang tadi ia tinggal berserakan sudah tertata rapi di tempatnya. Ia lalu memilih untuk merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan mencoba untuk memejamkan matanya dengan bathsuit yang masih menempel di tubuhnya. Setiap malam, memang ini yang selalu terjadi. Ia dan suaminya tidak lagi seranjang sejak empat tahun yang lalu.

-00-

Nez tertawa terbahak - bahak melihat kartun favoritnya di Disney channel dengan ditemani Kim di sampingnya. Kim pun mencoba tertawa meski tidak ada yang bisa ia tertawakan saat ini kecuali hidupnya. Tawa yang menghias bibirnya saat ini hanya untuk membahagiakan putri semata wayangnya. Dia adalah satu - satunya orang yang menjadi alasan Kim bertahan di rumah ini. Jika saja 4 tahun lalu ia tidak lahir dari kandungannya, mungkin ia sudah memilih untuk meninggalkan rumah ini dan juga pemilik rumah ini.

Mata Kim kemudian terpaku pada seseorang yang tengah menuruni tangga dengan setelan kemeja warna biru muda dan celana warna navy. Di tangannya ia membawa jas yang senada dengan celananya. Rambutnya tersisir rapi seperti biasa. Dan ia masih sama menariknya seperti saat Kim pertama bertemu dengannya 10 tahun yang lalu di acara pernikahan sahabatnya, Wynda.

Ia lalu membangunkan dirinya pada lamunannya yang tidak lagi berguna baginya dan beranjak menuju pantry. Mbok Minah sedang berada di situ menyiapkan sarapan untuk Nez dan bekal sekolahnya. Kim mengambil cangkir dan mengisinya dengan kopi yang sudah ia siapkan di coffee maker beberapa menit yang lalu, lantas membawanya ke meja makan dimana suaminya duduk. Ia meletakkan cangkir kopi tanpa mengatakan apapun. Sepiring sandwich juga sudah disiapkannya sedari tadi. Dan juga, baju yang tengah dipakai Bima saat ini adalah baju yang sudah disiapkannya sebelum suaminya masuk ke kamar. Setiap hari ia selalu melakukan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya sejak menikah dengan Bima sepuluh tahun yang lalu, tetapi tidak untuk cintanya.

Setelah melakukan semuanya, Ia pun berjalan menuju lantai dua tanpa menghiraukan Bima yang juga sibuk dengan sarapan dan handphonenya. Pintu kamar ia tutup rapat lalu ia bersandar pada daun pintu. Rasa sesak seperti ini selalu ada setiap kali ia berdekatan dengan Bima, suami yang sudah menjadi orang asing baginya. Tidak ada lagi kehangatan maupun kenyamanan yang dulu pernah ada. Dan tanpa ia sadari, kali ini airmatanya mengalir dari pelupuk mata. Mungkin sesak itu sudah terlalu menyekat dadanya hingga sakitnya semakin terasa bahkan hingga lima tahun lamanya.

Satu jam kemudian, ia turun sudah dengan dress selutut yang ia padukan dengan outer sepanjang pinggang. Rambut panjangnya diikat ke belakang.

"Let's go Nez." Ucapnya pada Nez yang juga siap untuk berangkat ke sekolahnya bersama pengasuhnya.

"We're going to school with Papa?" Nez mendongak menatap Mamanya dan menunggunya menjawab, sementara Kim bingung anak ini sedang bertanya atau memberikan statement.

"Sure Nez." Sebuah suara membuat Kim langsung menoleh ke asal suara. Di depan pintu rumah, Bima sudah menunggu. Seketika ia langsung menghentikan langkahnya dan menatap tajam pada suaminya sendiri. Ia seharusnya tidak melakukan ini sesuai kesepakatan yang telah mereka sepakati.

Nez masih mendongak pada Kim dan menunggunya menjawab.

"Mama.... Mama sakit perut Nez. Kamu bisa berangkat sama Papa, nanti Mama jemput kamu." Sebuah ide tercetus begitu saja yang langsung membuat raut wajah Nez berubah. Ia yang semula ceria karena akan diantar Papa dan Mamanya ke sekolah, sekarang berubah cemberut karena Mamanya terpaksa berbohong demi tidak satu mobil dengan Papanya.

Maafkan Mama Nak. Mama tidak siap semobil dengan Papamu lagi, Kim membatin. Ia lalu mengecup kening putrinya dan melepaskan genggaman tangannya. Walau dengan cemberut Nez akhirnya berjalan keluar bersama Bima. Ia bahkan tidak membalas lambaian tangan Kim. Dan untuk kesekian kalinya, Nez menjadi korban keegoisan kedua orang tuanya.

Terdengar suara mobil meninggalkan pelataran rumah dan Kim langsung terduduk lemah di sofa ruang tamu. Ternyata menyakiti hati anak sendiri rasanya lebih sakit daripada menyakiti hati sendiri. Itu yang ia rasakan sekarang. Ada sesal yang tiba - tiba muncul namun bagaimanapun juga ia tidak ingin semobil dengan Bima dan membuat sesak di dadanya semakin menjadi - jadi.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang