PART - EMPAT PULUH DUA

4.7K 316 0
                                    

Catatan pertama suami Kim Gauri.

Ini adalah kali pertama aku menulis di buku ini, Kim. Aku menuliskannya di sini karena aku ingin menjawab semua pertanyaanmu yang tidak pernah terjawab olehku selama ini.

Aku tahu kalau selama ini kamu merasa tersakiti oleh semua yang aku lakukan padamu, Kim. Tapi, aku tidak pernah berniat untuk menyakitimu.

Pagi itu tanggal  1 Juni 2009 adalah kali pertama aku bertemu lagi dengan Rana setelah bertahun – tahun aku tidak bertemu dengannya. Memang pada awalnya aku terkejut Kim, dan ada sesuatu yang bergerak di hatiku. Namun, semua itu tidak mengalahkan cintaku padamu Kim. Karena sejak awal aku bertemu denganmu, Kim, aku tahu kalau kamu adalah satu – satunya wanita yang aku cintai seumur hidupku.

Di pertemuan – pertemuan selanjutnya dengan Rana, hubunganku dan dia yang membeku sedikit mencair, tetapi tetap saja, Kim, apapun itu tidak akan bisa membuatku menyingkirkanmu dari dalam hatiku. Dan malam itu, ketika kamu melihatku bersama Rana di sebuah rumah makan, aku merasa sama sekali tidak bersalah padamu, Kim. Kamu tahu kenapa? Karena aku tidak ada satu pikiranpun untuk mengkhianatimu hanya karena seseorang dari masa lalu.

Bahkan, saat hubungan kita semakin dingin karena begitu banyak pertengkaran yang sering terjadi, aku masih tidak ingin untuk menyakitimu. Aku tahu kalau sikapku yang semakin dingin padamu dan juga jarangnya aku pulang untuk menemuimu membuatmu merasa tersakiti. Namun, aku melakukannya karena aku takut jika aku menemuimu itu justru akan menambah pertengkaran yang terjadi. Aku sendiri juga merasakan sakit yang amat sangat setiap kali melihatmu terpuruk ketika Tuhan belum juga mempercayakan anak pada kita berdua. Dan melihatmu berjuang untuk pergi dari satu dokter ke dokter yang lain, membuatku semakin merasa pedih.

Dan malam itu di hari ulang tahun pernikahan kita yang kelima, aku merasa seperti dihujani begitu banyak berkah. Kado yang kamu berikan padaku malam itu adalah kado terindah yang aku terima selama ini Kim. Dan senyummu yang kamu perlihatkan padaku malam itu melengkapi kebahagiaan malam itu. Aku bahkan tidak bisa menggambarkan betapa bahagianya aku malam itu, bahkan jika aku membayangkannya sekarang, aku masih bisa untuk tersenyum sendiri.

Setelah itu, aku merasa seperti kebahagiaan pernikahan kita dikembalikan oleh Tuhan. Kita tertawa untuk hal – hal kecil. Dan memperhatikan perkembangan janin di dalam perutmu, membuatku sulit menceritakan betapa bahagianya aku saat itu. Aku bahkan sudah membayangkan beberapa rencana untuk keluarga kecil kita nanti.

Hingga malam itu, sepertinya Tuhan sedang mengujiku sekali lagi. Aku bertemu dengan Rana di hotel tempatku menginap malam itu. Ia menangis sembari memegangi perutnya. Tentu saja, aku bingung saat itu. Ia mengatakan padaku kalau ia baru saja melihat suaminya sedang bersama perempuan lain dan ia mengikutinya ke hotel ini. Melihat Rana yang sedang hamil dan menangis seperti itu, tentu saja aku tidak tega, Kim. Ia bahkan pingsan karena terlalu lama menangis. Dan malam itu aku tidak punya pilihan lain selain membawanya ke kamarku dan merawatnya. Aku benar – benar tidak memiliki niatan apapun untuk mengkhianatimu, Kim.

Dan sejak malam itu, Rana yang sedang hamil 4 bulan terus bergantung padaku. Ia tidak memiliki siapapun di Palembang dan yang ia tahu, suaminya memilih untuk meninggalkannya dan mengajukan gugatan cerai. Dan saat itu, aku memutuskan untuk menolongnya karena aku merasa kasihan padanya. Seharusnya saat itu, aku berterus terang padamu Kim, namun aku memilih untuk memendamnya karena aku tidak ingin membuatmu berpikir macam-macam sehingga akan mempengaruhi kandunganmu. Namun, yang tidak pernah aku duga saat itu adalah kamu justru mengetahuinya dari orang lain dan membuat hubungan pernikahan kita menjadi buruk. Sebenarnya, tanpa kamu mengatakannya padaku, Kim, aku tahu kalau kamu sudah mengetahuinya karena kamu menunjukkannya dengan sikapmu padaku. Dan tentu saja, itu membuatku menyesal telah menyakitimu.

Namun, sepertinya Tuhan tidak pernah berhenti untuk menguji kita. Sore itu tanggal 30 Oktober 2013, aku mendapatkan telepon kalau Rana masuk ke rumah sakit dan aku tidak punya pilihan lain selain mendatanginya. Kamu tahu Kim apa yang dia lakukan? Ia baru saja mencoba untuk bunuh diri di usia kehamilannya yang ke 7. Malam itu, aku yang seharusnya menemanimu justru menemani perempuan lain yang sama – sama berjuang antara hidup dan mati. Seandainya saja saat itu, aku tidak meninggalkan ponselku di kantor, aku mungkin akan langsung terbang ke Jakarta menemuimu Kim. Entah kenapa, seolah semua yang terjadi adalah hukuman yang Tuhan berikan padaku karena selalu menyakitimu. Keesokan paginya, ketika aku tahu kalau kamu telah melahirkan seorang malaikat perempuan kecil, aku merutuki diriku sendiri, Kim. Penyesalanku sangat besar karena telah membiarkanmu melewati malam yang berat itu seorang diri. Dan kalau saja Tuhan memberikanku satu kesempatan lagi untuk mengulang waktu, aku tidak akan pernah sekalipun meninggalkanmu Kim. Biarkan saja aku menjadi manusia yang berdosa karena membiarkan seorang wanita lain yang membutuhkan pertolongan, asalkan aku bisa bersamamu Kim.

Tetapi apalah arti sebuah penyesalan dan berandai – andai. Kenyataannya, kamu menghukumku dengan sikapmu padaku. Kamu menghukumku selama bertahun – tahun, Kim. Dan hukuman yang kamu berikan padaku adalah hukuman terberat yang pernah aku rasakan dalam hidupku. Bagaimana tidak Kim, aku sangat mencintaimu dan merindukanmu namun aku bahkan tidak bisa berdekatan denganmu. Kita adalah suami istri yang tinggal satu rumah, namun kita berdua tidak lebih dari dua orang asing yang tinggal seatap.

Ingin rasanya menjelaskan padamu tentang semua yang terjadi, tetapi untuk apa? Semua sudah terjadi dan aku rasa mungkin apa yang kamu lakukan itu baik untukmu. Maka, aku sanggup menerimanya Kim, asalkan kamu akan memaafkanku suatu saat nanti. Dan aku menunggunya sampai kapanpun.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang