Bima mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sekarang sudah pukul 9 malam dan ia baru saja sampai di rumah setelah seminggu di Makasar. Namun, Mamanya bilang kalau Kim belum pulang sejak pagi. Ia juga tidak membawa mobilnya. Sudah berkali – kali ia menelepon handphone Kim namun tidak diangkat. Ia kemudian teringat dengan Wynda yang mungkin saja tahu dimana istrinya sekarang. Dua kali nada sambung berbunyi dan Wynda mengangkatnya.
“Kenapa Bim?”
“Sorry mengganggu malam – malam Wyn. Kamu tahu dimana Kim?” tanya Bima.
“Loh, belum pulang?”
“Belum Wyn. Ini aku di jalan mencarinya. Dia tidak mengangkat teleponku juga.”
“Tadi setelah dari butik, ia memintaku mengantarnya ke apartemen lama. Katanya ia akan pulang sendiri dari apartemen.”
“Oh, Oke Wyn. Aku coba kesana dulu. Thanks Wyn.” Bima menutup sambungan telepon dan langsung menginjak pedal gas dalam menuju ke apartemen lama Kim.
Sesampainya di apartemen, ia langsung menuju ke lantai 20. Apartemen ini sengaja tidak di jual karena Kim bersikeras untuk mempertahankannya. Beberapa barang Kim juga masih di apartemen. Ia juga masih tahu password masuk ke dalam apartemen. Setelah membuka pintu, ia hanya melihat gelap di ruang tamu. Ia meraba tembok dan menemukan tombol lampu lalu menyalakannya. Sepi. Ia berjalan menuju ke kamar yang sejak tadi memang lampunya menyala. Ia membuka pintu dan menemukan istrinya tertidur di tempat tidur dengan pulas. Ia berjalan masuk ke dalam kamar dan betapa ia tidak percaya dengan apa yang sekarang ia lihat di seluruh ruangan kamar. Hampir seluruh tembok ruangan penuh dengan foto – foto yang ditempel secara acak dengan secarik kertas bertuliskan sesuatu.
Bima berjalan mendekati setiap foto yang tertempel dan tulisan di dalam secarik kertas. Betapa hatinya sangat tercabik – cabik saat ini. Semua tulisan itu adalah cerita di balik foto itu. Sejak kapan Kim mengumpulkan semua foto mereka, sejak awal kedekatan mereka hingga terakhir adalah foto di Jogjakarta kemarin.
“Mas.” Sebuah suara lirih membuat Bima berpaling dari memandangi foto – foto itu. Ia melihat Kim duduk di ranjang dengan mata yang berkaca - kaca. Dan tidak butuh waktu lama bagi Bima untuk langsung merengkuhnya ke dalam pelukannya. Ia sendiri juga tidak bisa menahan airmatanya saat mendengar tangis istrinya. Meski ia belum begitu yakin tentang apa yang terjadi pada Kim, namun sesuatu terbersit di dalam pikirannya.
Bima mengelus rambut istrinya yang tertidur pulas setelah menangis hampir setengah jam. Kim tidak mengatakan apapun pada Bima. Ia hanya menangis lalu tertidur karena lelah menangis. Bima beranjak dari tempat tidur karena sesuatu mengusiknya. Ia berjalan menuju meja di seberang tempat tidur. Ia menemukan sebuah buku dan membawanya keluar kamar. Ia tidak ingin mengganggu tidur Kim. Ia lalu duduk di sofa dan membuka buku bersampul biru polos. Ia membaca tulisan di halaman pertama buku dan terus membacanya hingga pada tulisan terakhir. Ada perasaan bahagia sekaligus sakit dirasakannya. Ia bahkan tidak menyadari ketika airmatanya mulai mengalir. Buku ini menceritakan tentang semua kisah cinta antara dirinya dan Kim sejak pertama mereka bertemu 11 tahun yang lalu. Tulisan ini berhenti tepat saat Nez dilahirkan di dunia ini.
Ia lalu meletakkan buku di meja dan beranjak menuju dapur. Ia mengambil segelas air putih dan duduk di bar stool. Pikirannya terus berputar tentang apa yang harus ia lakukan setelah ini. Meski ia belum tahu persis tentang apa yang sedang dialami Kim saat ini, namun hatinya dan juga otaknya telah meyakini sesuatu. Dan sesuatu itu harus membuatnya menyiapkan dirinya sendiri untuk segala kemungkinan yang bisa terjadi nanti.
Bima menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kepalanya terasa berat saat ini karena ia terlalu lelah juga karena terlalu banyak hal yang sedang ia pikirkan saat ini.
-00-
Kim beranjak dari tempat tidur. Ia melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul 8 pagi. Ia menyeret kakinya keluar kamar dan ia menemukan Bima tertidur di sofa. Bima masih mengenakan kemejanya kemarin dan dari wajahnya sekarang, Kim tahu kalau ia sangat lelah sekali. Kim berjalan pelan mendekati Bima lalu ia berlutut di depannya. Ia menatap lekat wajah suaminya yang tertidur pulas. Ia ingin menyimpan potret wajah suaminya sebanyak mungkin di otaknya, sehingga ia tidak akan pernah melupakan pria yang sangat dicintainya ini. Dan saat Bima membuka matanya, yang Kim lakukan adalah tersenyum. Mungkin sudah sangat lama ia tidak memberikan senyumnya pada suaminya dan mulai hari ini ia ingin memberikan senyum itu sebanyak yang ia bisa sehingga senyum itu yang akan selalu diingat oleh suaminya apapun yang akan terjadi nanti.
“Selamat pagi Mas.” Ucap Kim dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya.
Bima membalas senyum Kim dan ia menarik badannya untuk duduk. Tangannya meraih tangan Kim dan memintanya duduk di sampingnya. Bima lalu melingkarkan tangannya pada pundak Kim.
“Kamu tahu, aku sangat merindukan senyummu itu.” Ucap Bima jujur. Ia memang sangat merindukan senyum itu dan entah sudah berapa kali ia berharap selama lima tahun ini untuk bisa melihat senyum itu lagi.
Kim tersenyum lagi mendengarnya. “Mulai sekarang, aku akan memberikan senyumku untukmu.” Bima mengecup puncak kepala Kim setelah mendengarnya.
“Hari ini kamu ingin kemana Kim? Aku akan mengantarmu.” Tanya Bima.
“Aku ingin bersamamu Mas. Aku merindukanmu.” Kim memeluk Bima dan menyandarkan kepalanya pada dada suaminya itu. Mulai saat ini, Kim memutuskan untuk selalu berkata jujur pada Bima karena ia tidak tahu kapan ia akan bisa mengucapkannya jika suatu saat nanti ingatannya akan benar – benar hilang sehingga ia akan menyesali semua hal yang selama ini tidak ia ucapkan.
Bima tersenyum mendengarnya. Ia tersenyum dan merasa bahagia dengan ucapan Kim, namun ada satu bagian dari hatinya yang tercabik – cabik. Ia mengelus rambut Kim dan berusaha menutupi sakit yang ia rasakan dengan kebahagiaan yang sedang Tuhan berikan saat ini padanya. Jika memang ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan padanya sebelum ia akan menarik semuanya darinya, maka ia akan mengambil kesempatan ini dan tidak akan pernah membiarkan kesempatan ini meleset sedikitpun dari tangannya.
-00-
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]
RomanceSaudade adalah tentang perasaan rindu. Rindu pada cinta yang pernah ada. Rindu pada kenangan yang pernah tercipta. Rindu pada sosok yang pernah menjadi bagian kehidupan. Juga, Rindu pada ingatan yang tercipta dari setiap peristiwa.