Bima mengeluarkan semua barang yang ia bawa di dalam koper. Ia mencari dasi yang seharusnya sudah Kim masukkan ke dalam koper ini, tetapi ia tidak menemukan. Ia juga tidak menemukan pomade dan parfum. Setelah bertahun – tahun bersama Kim, baru kali ini istrinya itu melewatkan barang yang seharusnya dibawa. Biasanya malah Kim membawakan sesuatu yang bahkan tidak terpikirkan oleh Bima untuk dibawa namun sebenarnya dia membutuhkan. Tapi kali ini, beberapa barang penting malah terlewat. Ia menghela nafas kasar. Ada sedikit rasa kesal di dalam hatinya, namun ini juga tidak sepenuhnya salah istrinya karena dia sendiri juga tidak mengecek ulang barang bawaannya.
Ia akhirnya meraih dasi yang ia pakai kemarin dan memakainya lagi. Kemudian membasahi rambutnya dengan sedikit air. Masih ada jalan lain. Nanti ia juga bisa mampir ke supermarket sebelum berangkat ke kantor cabang. Ia lalu meraih handphonenya dan berjalan keluar kamar. Ia menekan tombol lift hendak menuju ke restoran hotel untuk sarapan pagi.
Sesampainya di restoran, ia mengambil sedikit nasi goreng dan segelas air putih. Ia lalu memilih duduk di kursi yang berada di sudut ruangan. Seraya menyendokkan nasi goreng, ia melihat handphonenya mengecek apakah ada pesan yang masuk dan tidak ada satupun dari istrinya. Mungkin Kim masih kecewa padanya karena kemarin saat ia berangkat pun Kim memilih untuk berpura – pura tidur dan ia tahu itu.
“Kopi?” Bima menoleh dan melihat Rana menyodorkan secangkir kopi padanya. Ia juga membawa secangkir untuk dirinya sendiri.
“Thanks.” Jawab Bima. Rana duduk di depannya dan tersenyum padanya. Ia selalu begitu, selalu tersenyum pada Bima, bahkan ketika ia mengalami titik terendah di dalam hidupnya pun, ia masih saja berpura – pura tersenyum pada Bima.
“Bagaimana kabar Jansen?” tanya Bima seraya menyisihkan piring nasi.
“Baik. Dia di Jogjakarta bersama Neneknya.” Jawab Rana. “Tidak ikut kamu di Jakarta?” Bima bertanya lagi.
“Aku takut menitipkannya pada orang yang tidak dikenal Bim. Jadi lebih baik kalau dia bersama Neneknya saja.” Jawab Rana masih dengan senyum yang sama meski Bima tahu ada pahit yang tercipta dari ceritanya. Tentu saja Bima tahu kalau Rana tidak seberuntung wanita lainnya yang bisa membesarkan anaknya bersama pria yang dinikahinya. Ia justru bercerai dengan suaminya ketika ia baru saja melahirkan putra pertama mereka. Dan hingga sekarang, ia memilih untuk menjadi single parent untuk Jansen.
“Bagaimana kabar Kim dan Nez?” Rana balik bertanya. “Mereka baik. Nez semakin lucu saja.” Bima menyeruput kopi yang dibawa Rana. Manis, batinnya. Namun, ia masih saja menyukai kopi buatan Kim yang terasa pahit namun masih terasa manis baginya.
“Seminggu kemarin, aku melihat istrimu di rumah sakit.” Cerita Rana yang langsung membuat Bima menghentikan aktifitasnya. Ia menatap Rana dengan terkejut. “Aku sedang ada janji dengan kakakku yang bekerja di rumah sakit trus aku lihat istrimu keluar dari ruangan dokter neurology.” Lanjut Rana yang membuat Bima semakin tertarik dengan ceritanya. Ia bahkan tidak pernah tahu kalau istrinya mengunjungi rumah sakit.
“Sakit apa Bim?” tanya Rana kemudian. Seolah ingin menutupi ketidak tahuannya, ia memilih untuk mengabaikan pertanyaan Rana dan justru mengajak Rana untuk berangkat ke kantor cabang. Cerita Rana membuat Bima ingin segera menyelesaikan masalah disini dan menemui Kim. Kali ini, tidak ada hal yang akan menghalanginya untuk bertanya pada Kim tentang apa yang sebenarnya ia sembunyikan selama ini.
-00-
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]
RomanceSaudade adalah tentang perasaan rindu. Rindu pada cinta yang pernah ada. Rindu pada kenangan yang pernah tercipta. Rindu pada sosok yang pernah menjadi bagian kehidupan. Juga, Rindu pada ingatan yang tercipta dari setiap peristiwa.