PART - TIGA PULUH DUA

4.1K 278 0
                                    

Kim berjalan keluar dari Terminal Kedatangan Bandara Adi Sucipto seraya menggendong Nez. Bima berjalan di sampingnya sembari menarik koper. Semalam, Mama menelepon kalau Papa masuk rumah sakit dan sampai sekarang belum siuman. Menurut Mama, Papa mengalami sakit pada dadanya dan kesusahan bernafas, setelah itu Papa sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya dibawa ke Rumah sakit.

Sesampainya di depan terminal kedatangan, driver rumah sudah menunggu. Ia lalu membantu membawakan koper. Matahari pagi bersinar begitu terik di Jogja pagi ini. Sekarang masih pukul 7 pagi dan memang Bima memilih penerbangan paling pagi karena ia ingin segera menemui Mamanya yang menangis saat menelepon. Sebagai anak tunggal, tentu saja kehadirannya sangat ditunggu oleh orangtuanya. Nez masih tertidur di gendongan Kim karena masih terlalu pagi baginya untuk bangun. Tidak ada satupun yang berbicara di dalam mobil. Bima lebih banyak diam dan menatap keluar kaca jendela mobil, sementara Kim juga tidak ingin bicara apapun.

“Pak, kita kok ke rumah?” tanya Bima saat ia menyadari kalau mobil melaju menuju rumah bukan ke rumah sakit.

“Iya Mas. Tadi sama Ibu diminta nganter mas ke rumah saja.” Jawab Pak Anto, driver kepercayaan keluarga Bima.

“Tapi aku mau ke rumah sakit.” Bima masih memaksa.

“Ibu menunggu Mas di rumah. Jadi saya diminta mengantar Mas ke rumah.” Pak Anto masih juga tidak mau kalah, hingga akhirnya Bima diam. Ia menghembuskan nafas dengan kasar menunjukkan kalau saat ini ia sedang kesal. Kim hanya bisa melihat mereka berdua tanpa berkomentar apapun. Ia hadir di sini tidak lebih karena kewajibannya sebagai anak menantu yang mengunjungi mertuanya.

Mobil melaju cukup kencang karena jalanan di Jogja belum terlalu macet. Namun, ketika mendekati rumah, kondisi rumah sudah ramai. Seolah menyadari apa yang sebenarnya terjadi, Bima langsung turun dari mobil ketika mobil berhenti. Ia berlari memasuki rumah meninggalkan Kim dan Nez di dalam mobil. Nez sudah bangun saat mobil berhenti.

“Mama kita dimana?” tanyanya seraya mengucek matanya.

“Kita dirumah Eyang nak.” Kim menggendong Nez masuk ke dalam rumah yang sudah ramai pengunjung. Bendera kuning tertancap di pagar rumah dan tentu saja Kim tahu apa yang tengah terjadi sekarang. Ia masuk ke dalam rumah dan melihat Mama duduk bersandar pada anak semata wayangnya. Matanya bengkak mungkin karena terlalu banyak menangis, bahkan sekarang airmata terus mengalir dari pelupuk matanya. Kim juga melihat Bima meneteskan airmatanya. Ia lalu berjalan mendekati Mama dan mencium tangannya lalu memeluknya yang menangis. Nez sedang berdiri di samping. Wajahnya tampak bingung dengan orang – orang di sekitarnya yang menangis.

“Aku bawa Nez ke belakang dulu Ma.” Ucap Kim setelah melepaskan pelukan. Mama mengangguk seraya menghapus airmatanya. Kim berdiri dan menggendong Nez lagi lalu membawanya ke bagian belakang rumah.

Rumah mertuanya memang sangat besar dan terdiri dari 3 bangunan rumah yang terpisah. Di bagian depan terdapat joglo dimana biasanya Papa sering mengadakan pertemuan dengan rekan – rekan kerjanya. Di bangunan kedua adalah ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur dan kamar utama. Di bangunan ketiga lebih terlihat seperti tempat bersantai karena bangunan ini banyak sekali kaca jendela besar dan langsung menghadap ke kolam renang dan taman yang asri. Di bangunan ketiga inilah kamar Bima berada. Meski tidak lagi ditempati, namun kamar ini tetap bersih dan tidak berubah sedikitpun.

Bima adalah orang yang tidak terlalu banyak keinginan sehingga kamarnya pun tidak memiliki banyak barang. Hanya ada sebuah tempat tidur, lemari baju yang besar dan juga rak – rak buku. Kamarnya juga hanya di cat warna putih dengan semua barang – barang berwarna hitam. Kim menidurkan Nez di tempat tidur.

“Ini kamar siapa Ma?” tanya Nez seraya memeluk guling.

“Ini kamarnya Papa nak. Dulu Papa tidurnya disini.” Jawab Kim seraya melepas coat yang dipakainya. “Mama mandi sebentar ya nak. Nez main disini dulu ya.” Lanjut Kim. Ia menyodorkan boneka kuda poni kesayangan Nez yang selalu dibawanya kemana – mana.

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang