PART - DUA PULUH EMPAT

4.7K 331 3
                                    

Terdengar alunan suara John Mayer yang tengah menyanyikan lagu Edge of desire dari dalam ruangan kerja Bima. Ia tampak membaca semua laporan yang diletakkan di mejanya. Sejak pindah ke kantor pusat di Jakarta, pekerjaannya semakin banyak. Namun, tetap saja ia sangat bersyukur karena bisa pindah ke Jakarta dengan jabatan yang setara jika ia menjabat sebagai kepala cabang di daerah. Kehadiran putri semata wayangnya memaksanya untuk pindah ke Jakarta, apalagi setelah sikap Kim berubah padanya.

Ia tahu betul semua perubahan sikap Kim bukannya tanpa alasan. Semua itu adalah kesalahannya yang hingga lima tahun ini berusaha ia perbaiki namun tidak pernah berhasil. Mereka berdua memang masih tinggal serumah namun sebenarnya hanya sebuah sandiwara yang terjadi. Dan sandiwara ini adalah permintaan Kim yang terpaksa diiyakan olehnya demi menebus kesalahan yang telah dilakukannya.

Bima menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Rasanya lelah sekali setelah seharian ini membaca laporan – laporan yang diserahkan pegawainya. Pandangannya kemudian tertuju pada bingkai foto yang ada di mejanya. Ada 2 foto di mejanya. Yang pertama adalah fotonya berdua dengan Kim saat pernikahan mereka dan yang kedua adalah foto pasca kelahiran Nez. Foto kedua itu bisa terjadi karena Mama yang memaksa, jika tidak mana mungkin Kim mau berada sedekat itu darinya. Ingatannya kemudian menyeretnya pada peristiwa semalam saat ia memeluk istrinya dengan semua keberanian yang ia kumpulkan. Ada sebuah perasaan yang tertumpah saat ia melakukannya. Mungkin saja rindu yang selama ini ia pendam pada istrinya yang hanya bisa ia lihat namun tidak bisa ia ajak bicara ataupun ia sentuh.

Suara john mayer tiba – tiba terinterupsi oleh suara deringan handphone di meja. Bima terjaga dari lamunannya dan melihat di layar tertera nama Rana. Ia meletakkan kembali handphonenya dan membiarkannya berdering hingga mati dengan sendirinya. Kirana Arundaya adalah masa lalunya yang indah namun sekaligus kesalahan terbesar yang ia lakukan pada istrinya. Dan sekarang, ia tidak ingin mengulang kesalahan yang berusaha ia hapus dengan berbagai cara. Karena pada akhirnya, ia tahu bahwa tidak ada wanita lain di dunia ini yang bisa menggantikan Kim di dalam hidupnya.

Bima lalu melirik jam tangannya dan ternyata sudah jam 7 malam. Ia merapikan berkas – berkas yang berserakan di mejanya dan bersiap untuk pulang. Setelah semua berkas rapi, ia meraih tas dan handphonenya lalu berjalan keluar ruangan. Di luar ruangannya, sudah agak sepi meski masih ada beberapa orang yang tengah menghadap layar komputer. Memang menjelang akhir bulan seperti ini, divisinya akan mengumpulkan beberapa data dari kantor cabang untuk menjadi bahan yang akan dilaporkan pada direktur di rapat akhir bulan.

“Pulang dulu ya guys.” Seru Bima pada para pegawainya yang membuat mereka langsung menoleh.

“Iya Pak.” Sahut mereka hampir bersamaan. Sebagai seorang kepala divisi, Ia memiliki lebih dari dua puluh pegawai.

Bima menekan tombol lift untuk turun ke basement. Meski perusahaan menawarinya seorang driver, ia memilih untuk menyetir sendiri karena menurutnya lebih fleksibel jika ia ingin pergi kemana saja. Pintu lift terbuka dan ia berjalan masuk. Tidak ada seorang pun di dalam. Mungkin karena ini sudah cukup malam dari jam pulang kantor. Ia menekan tombol basement dan pintu lift tertutup. Ia mengecek lagi handphonenya dan menemukan 5 missed call dari Rana. Entah apa yang ingin dilakukan perempuan itu hingga ia ingin sekali menelepon. Pintu lift tiba – tiba terbuka di lantai 20 dan membuat Bima berpaling dari handphone dan melihat siapa yang masuk. Matanya membuka lebar saat ia melihat seorang perempuan dengan balutan dress selutut warna maroon dan blazer hitam. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai dan ia tersenyum pada Bima.

“Hai.” Sapanya seraya masuk ke dalam lift dan menjajari Bima.

“Hai.” Balas Bima. Pintu lift tertutup dan sekarang hanya mereka berdua di dalam lift.

“Aku kira handphonemu tertinggal.” Ucap Rana setelah melirik Bima yang tengah menggenggam handphonenya.

“Ah, iya. Tadi masih meeting.” Jawab Bima berbohong. Ia berharap lift ini segera sampai di basement.

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang