Catatan Kim Gauri
16 September 2007
Mataku mengeriyip saat pantulan sinar matahari menerpa wajahku melalui celah – celah tirai. Tanganku meraba – raba meja kecil di samping tempat tidur dan mencari handphone. Saat menemukannya, aku meraihnya dan melihat layarnya. Sudah jam 11 siang. Aku mengulat di tempat tidurku sebelum beranjak dari tempat tidur. Kakiku berjalan menyeret keluar dari kamar menuju dapur. Dan aku langsung tersentak kaget melihat penampakan seorang perempuan di meja dapur. Entah apa yang sedang ia lakukan. Perempuan itu juga terkejut saat aku menjerit karena kaget tadi.
“Kim! Apaan sih pake teriak – teriak?.” Wynda meneriakiku.
“Kamu sendiri apaan sih pagi – pagi udah nongol di apartemen orang? Enggak pake permisi juga.” Omelku sambil berjalan menuju kulkas dan mengambil segelas air putih dan meminumnya.
“Ya karena aku tahu kamu pasti masih ngorok .” Sahabatku satu ini memang sudah tahu password apartemenku sehingga ia bisa masuk sesuka hatinya.
“Lagi ngapain?” aku melongok melihat apa yang sedang Wynda lakukan.
“Ini aku bawain makan siang. Si Mbak tadi lagi masak udang lemon kesukaanmu. Makanya aku bawain.”
“Makasih ya Wyn.” Aku mencomot satu udang lemon yang Wynda bawakan.
“Jorok amat sih. Mandi dulu sana.” Wynda protes yang membuatku tertawa. Aku berjalan kembali ke kamar hendak mandi.
Aku membawa blackberryku sembari berjalan keluar dari kamar. Wynda sudah berada di depan televisi dengan sekaleng cemilan di depannya. Ibu hamil satu ini memang memiliki nafsu makan yang besar sejak ia dinyatakan hamil oleh dokter.
“Enggak makan sekalian Wyn?” tanyaku sambil menyendok udang saus lemon yang dibawa Wynda.
“Makan aja Kim. Aku sudah makan di rumah.” Jawab Wynda tanpa bergeming sedikitpun dari televisi.
Aku menyendokkan udang ke mulut sembari melihat acara televisi yang Wynda tonton. Ia sedang menonton acara gosip selebriti – selebriti yang hobi mengumbar kehidupan pribadinya di media massa.
“Sebenarnya kamu itu artis apa bukan sih Kim? Kenapa enggak pernah muncul sekalipun di televisi?” Pertanyaan konyol Wynda yang langsung membuatku tertawa.
“Sorry ya Wyn. I’m not those kind of public figure who’s very willingly to exposed their personal life.”
“Ya, at least, muncul di iklan tv lah.” Wynda masih tidak mau kalah. “Please deh Wyn, temenmu ini masih sekelas model majalah aja.” Dan Wynda kemudian tertawa terbahak – bahak. Entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Instingku, ia menertawakanku yang sibuk bolak balik ke luar negeri tetapi tidak pernah terkenal di negeri sendiri.
“Kim.” Wynda tiba – tiba sudah berdiri di belakangku saat aku mencuci piring yang tadi aku pakai makan.
“Apa?”
“Menurutmu, si Bima itu gimana?” suara Wynda terdengar ragu – ragu.
“Who’s Bima?” tanyaku seraya membersihkan sisa – sisa sabun di tangan.
“Kim! Please, serius nih.” Seru Wynda yang membuatku langsung menoleh padanya. Alisku mengernyit saat melihatnya manyun. Ingatanku mencoba mengorek – ngorek nama Bima di dalam memoriku. Pekerjaanku yang membuatku harus bertemu banyak orang dan berbeda setiap saat membuatku cukup sulit mengingat nama orang. Lalu, ingatanku menemukan wajah seorang pria dan membuatku mengerti siapakah orang yang dibicarakan Wynda.
“Dia baik. Karena dia sudah menolongku kemarin. Enough.” Jawabku. Tanganku bersedekap dengan mata masih menatap Wynda yang mulai terlihat tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]
RomanceSaudade adalah tentang perasaan rindu. Rindu pada cinta yang pernah ada. Rindu pada kenangan yang pernah tercipta. Rindu pada sosok yang pernah menjadi bagian kehidupan. Juga, Rindu pada ingatan yang tercipta dari setiap peristiwa.