PART - DUA

9.3K 529 2
                                    

Kim mengusap lembut rambut Nez yang ikal. Putrinya memang memiliki kemiripan yang lebih banyak pada Papanya. Rambutnya yang bergelombang dan juga wajahnya yang seolah adalah versi perempuan dari Bima. Ia hanya mewarisi kulit putih Mamanya. Dan setiap kali Kim menatap anaknya yang sedang tertidur seperti ini, sama saja ia sedang menatap Bima yang sedang tidur. Hal yang dulu sering ia lakukan saat terbangun dari tidur dan menemukan Bima di sampingnya. 

Kim masih menatap putrinya dan merasakan kebahagiaan yang luar biasa saat melihat putrinya tumbuh dengan sangat sehat dan pintar. Meski ia harus selalu berurai airmata dan menahan sakit setiap harinya, namun demi putrinya, ia yakin ia akan sanggup melakukannya. Nez adalah satu – satunya yang ia miliki sekarang dan ia memiliki wajah Papanya yang sangat ia benci namun juga satu – satunya pria yang ia cintai di dunia ini.

“Kim, ada tamu.” Ucap Wynda. Ia adalah orang kedua yang Kim punya setelah Nez. Wynda telah menjadi sahabat terbaiknya yang mungkin tanpa Wynda ia tidak akan bisa bertahan hingga sekarang. Kim membalas Wynda dengan anggukan lalu beranjak meninggalkan Nez tidur di sofa.

Ia lalu melangkah keluar menuju bagian depan galeri butik dan ia menemukan suaminya yang sedang berdiri di dekat meja kasir. Ia masih memakai kemeja yang ia pakai tadi pagi namun sudah ia lipat lengannya hingga siku dan dasinya juga sudah tidak dipakai lagi.

Kim mencoba memahami maksud kedatangan suaminya di butiknya sekarang. Apalagi saat ia melihat suaminya tersenyum padanya. Senyum yang bahkan ia tidak pernah lihat selama lima tahun ini sehingga ia sangat merindukan senyum itu. Dan ketika matanya merekam senyum itu dalam ingatannya, ia merasakan sebuah sengatan listrik langsung menyetrum ke jantungnya.

“Nez di dalam.” Kim tidak mau berbasa – basi pada Bima. Ia tentu saja ingin suaminya ini segera pergi dari pandangannya. Dan Bima sendiri juga tampak tidak mau berbasa basi dengan Kim, ia langsung masuk ke bagian dalam butik sesaat setelah Kim mengatakan itu. Dan pada saat yang sama, Kim tahu bahwa senyum yang tadi ia tunjukkan hanyalah kepalsuan yang ia tunjukkan pada semua orang yang sedang berada di butik ini. She should know it before.

Hanya selang beberapa menit, Nez sudah berada dalam gendongan Bima dan ia tidak lagi tertidur. Wajahnya ceria, seperti keceria-ceriaannya sebelumnya setiap kali ia bersama Papanya. Kim masih berdiri di tempatnya tadi dan ia sedang memperhatikan kemiripan sepasang Ayah dan Anak di depannya.

“Mama. Kita ke Mall. Mama ikut?” seru Nez yang tentu saja langsung ditolak oleh Kim. “Mama kerja sayang.” Kim mengelus rambut putrinya karena rasa bersalahnya yang begitu besar. Sekali lagi ia harus menyakiti hati Nez.

“Aku bisa mem-back up nya Kim.” Wynda yang sedari tadi diam di meja kasir tiba – tiba ikut bicara. Kenapa ia harus berbicara dan mengacaukan kebohongan ini, rutuk Kim dalam hati.

“Ayolah Kim, demi Nez.” Kali ini Bima ikut berbicara meski setengah berbisik. Dan setelah merasa terpojok apalagi melihat wajah putrinya yang memelas, ia akhirnya mengalah dan mengambil tasnya dari ruang belakang galeri. Ia lalu menyusul Bima dan Nez yang sudah duluan menuju mobil.

Setelah di dalam mobil, Kim tidak berbicara apapun pada pria di sampingnya kecuali sedang menanggapi celotehan Nez yang entah kenapa tidak bisa berhenti bicara bahkan hingga mobil sudah berhenti di Mall.

“Dia mirip kamu ya Kim cerewetnya.” Ucap Bima tiba – tiba yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Kim.

Bima mengajak Nez bermain – main di area bermain, sementara Kim memilih untuk duduk mengawasi dari jauh. Nez memang memiliki Papa dan Mama, tapi tidak pada waktu yang bersamaan. Dan hal seperti ini sudah sering terjadi.

Kim melambaikan tangan saat Nez berlari – lari kecil ke arahnya. Ia tertawa lebar saat berada di pelukan Mamanya.

“Mama… lapar.” Nez mengelus perutnya yang sesungguhnya cukup buncit karena ia memiliki selera makan yang besar sejak kecil.

“Nez mau makan apa?” tanya Kim sembari berjongkok di depan putrinya.

“Pasta.” Kim langsung tertawa kecil mendengarnya. Meskipun kecil, Nez tahu makanan yang ia suka maupun tidak ia suka. Dan pasta adalah salah satu makanan favoritnya, selain nasi goreng buatan Mamanya.

“Ayo sayang kita makan pasta.” Bima tiba – tiba sudah berada di belakang Kim.  Posisi yang dekat antara dirinya dan Bima membuat Kim gugup dan memilih untuk melangkah menjauh. Ia tidak lagi merasa nyaman berada di dekat suaminya sendiri.
Nez langsung menggandeng Bima dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menggenggam tangan Kim. Mereka berjalan layaknya keluarga bahagia, meski di dalamnya, ada sebuah gunung yang begitu tinggi, jika saja tidak ada Nez diantara Kim dan Bima.

-00-

Bima menggendong Nez yang tertidur sejak dari perjalanan pulang ke rumah. Ia kelelahan setelah bermain – main di Mall dan perutnya kenyang dengan seporsi pasta. Kim hanya mengikutinya saja di belakang saat Bima berjalan menuju kamar Nez dan menidurkannya di tempat tidur. Ia mengecup kening putri kecilnya sebelum meninggalkannya di kamar.

Sementara Kim masih berdiri di ujung kamar Nez dan mencoba mencerna pemandangan tadi. Otaknya sedang berandai – andai jika saja hubungannya dengan Bima tidak seburuk sekarang mungkin Nez akan lebih bahagia dari sekarang.

Kim menoleh saat ia merasakan kehadiran seseorang di kamar Nez. Pengasuh Nez membawakan sebotol susu dan tersenyum padanya. Setelah memintanya untuk menjaga Nez, Kim berjalan menaiki tangga menuju kamarnya sendiri.

Tangan kanannya membuka pintu kamar sementara tangan kirinya masih membawa jas Bima sejak turun dari mobil tadi. Dan di dalam kamar ia melihat sebuah pemandangan yang membuat jantungnya berdegup dengan kencang. Bima baru saja selesei mandi dan ia masih bertelanjang dada sementara bagian bawah tubuhnya hanya ditutupi handuk. Bima pun tampak kaget saat melihat Kim sudah berdiri di depan pintu dan tidak mengatakan apapun.

“Kim.” Ucapnya lirih.  Matanya menatap Kim dengan sebuah tatapan yang tidak bisa  dipahami. Kim sendiri juga masih tidak bergerak sama sekali dari tempat ia berdiri tadi. Matanya menjelajahi setiap jengkal bagian tubuh yang sekarang terlihat olehnya. Entah sudah berapa lama ia tidak melihat suaminya bertelanjang dada seperti ini. Karena sejak pernikahan mereka membeku, Kim selalu memilih untuk keluar kamar apabila ia tahu Bima hendak mandi atau berganti baju.

Hingga saat sesuatu menyadarkannya, ia lalu berbalik badan dan hendak keluar kamar saat ia merasakan sesuatu melingkar di pinggangnya. Tidak ada suara apapun, hanya hembusan nafas yang terasa di telinganya. Kali ini Kim benar – benar tidak bisa bergerak. Ia membiarkan suaminya memeluknya meski yang ia rasakan sekarang adalah sakit yang menyesakkan.

“Aku merindukanmu Kim.” Ucap Bima di telinga Kim. Ucapan itu seolah sebuah tusukan di dadanya sekarang. Setelah lima tahun berlalu, malam ini, Bima mengatakan rindunya. Apakah ia telah lupa semua yang telah ia lakukan pada istrinya sendiri?

“Maafkan aku. Aku capek.” Kim melepaskan pelukan Bima dan memilih untuk keluar kamar. Ia memilih untuk tidur di kamar tamu malam ini, karena ada sesuatu yang sangat mengigit perasaannya saat ini hingga ia tidak akan sanggup lagi melihat suaminya.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang