PART - DUA PULUH DELAPAN

4.3K 310 1
                                    

Kim melirik jam tangannya saat ia masuk ke pelataran rumahnya. Masih jam 5 sore dan ia melihat SUV hitam milik Bima sudah terparkir di garasi. Apa dia demam lagi sehingga ia sudah pulang di sore hari begini?

Ia membuka pintu depan dan mendengar suara Nez yang tengah tertawa terbahak – bahak. Entah apa yang sedang dilakukannya hingga ia bisa tertawa sekencang itu. Dan saat ia sudah sampai di ruang televisi, ia melihat Nez yang tengah berjoget baby shark bersama Papanya. Kim menghentikan langkahnya dan memilih berdiam di sudut ruangan memperhatikan kebahagiaan yang tergambar dari pemandangan di depannya. Kemudian ia teringat pada ucapan Wynda beberapa hari yang lalu, bahwa ada Nez yang harus ia pikirkan. Ia membutuhkan sosok Papa sama dengan ia membutuhkan sosok Mama di hidupnya. Jadi apakah keputusan yang bijak untuk memisahkan anak dari Papanya hanya demi sebuah ego?

“Mamaaa.” Nez berlari – lari kecil menghampiri Mamanya. Dan Kim otomatis berjongkok supaya bisa memeluk putri kecilnya.

“Mama sudah pulang?” tanyanya.

“Sudah sayang. Mama mau main sama Nez.” Jawab Kim.

“Ayo kita main baby shark.” Ucapnya sembari menarik tangan Kim ke depan televisi yang sedang menampilkan video baby shark. Kemudian yang terjadi adalah mereka bertiga memperagakan gerakan video baby shark bersama – sama dan tertawa bersama pula. Nez tertawa senang hingga wajahnya memerah. Bima juga bahagia karena ia terus tertawa. Lalu, kenapa terpikir olehnya untuk memisahkan mereka berdua?

-00-

“Kim.” Ucap Bima saat mereka berdua tengah berada di tempat tidur. Sejak malam ini, atau lebih tepatnya sejak kemarin malam, Bima tidur lagi di tempat tidur ini. Kim sendiri tidak bisa menolaknya karena ia sudah mengiyakan permintaan Bima untuk membiarkannya melakukan apapun yang ingin ia lakukan padanya. Ia hanya berharap Bima tidak akan melakukan sesuatu seperti ciuman tadi pagi.

“Hmm.” Kim tetap tidak memalingkan pandangannya dari tablet yang ia pegang. Ia sedang mencari inspirasi desain baju yang sedang tren saat ini.

“Bagaimana kalau kita liburan ke Jogja minggu depan?” tanya Bima. Ia sudah menutup bukunya dan meletakkannya di nakas. Saat ini, ia sedang menatap Kim yang masih sibuk dengan aktifitasnya.

“Bukannya minggu depan acara pentas seni di sekolah Nez?”

“Setelah itu Kim. Aku akan mengambil cuti satu minggu. Kebetulan tahun ini aku bisa mengambil cuti besar.” Jawab Bima. Cuti besar adalah hak cuti yang diberikan perusahaannya kepada pegawai setiap 5 tahun sekali, sehingga pegawai diberikan hak cuti satu minggu penuh dengan tunjangan cuti sebanyak lima kali dari tunjangan cuti tahunan.

“Kenapa kita tidak ke Bali saja?” tanya Kim. “ Aku pikir Jogja lebih baik karena Nez bisa bertemu Eyangnya.” Bima masih bersikeras.

“Terserah kamu saja.” Kim akhirnya mengalah. Bima lalu tersenyum karena keinginannya diiyakan oleh Kim.

“Kamu tidak tidur Kim?” tanyanya lagi. “Nanti. Kamu tidur dulu saja mas.” Kim tampak tidak menghiraukan Bima. Akhirnya, Bima memilih untuk memejamkan matanya terlebih dulu setelah mematikan lampu meja di sampingnya. Ia tidur dengan menghadap ke arah Kim dan dua guling diantara mereka. Saat Bima sudah tertidur, Kim akhirnya meletakkan tablet di nakas dan menatap suaminya yang tertidur lelap di sampingnya. Setelah lima tahun ia tidur sendiri di sini, tiba – tiba sekarang, Bima kembali tidur di sini menemaninya seperti dulu.

Sebenarnya, ia sedang berusaha menetralkan perasaannya yang terus bergemuruh sejak Bima duduk di sampingnya tadi. Itulah kenapa ia memilih menyibukkan diri pada tabletnya karena ia tidak ingin Bima tahu apa yang sedang ia rasakan. Ia tidak ingin jika suaminya tahu betapa rentannya dia saat ini dan akan begitu mudah bagi suaminya untuk memenangkan hatinya lagi. Ia lalu merebahkan dirinya dan tidur menghadap suaminya. Meski dua guling membatasi mereka, namun ia masih bisa dengan jelas menatap wajah suaminya. Tanpa ia sadari raut wajah suaminya sudah mulai menua karena ia sudah menemukan satu kerutan di sekitar matanya. Lalu, dengan sebuah gerakan kilat, Bima menyisihkan guling itu dan mendekatkan dirinya pada Kim hingga sekarang mereka sedang dalam posisi berpelukan. Kim bersandar pada dada Bima dan merasakan detak jantungnya yang begitu cepat. Pria yang tengah memeluknya sekarang ternyata juga tengah berusaha mengendalikan detak jantungnya yang tidak karuan karena memeluknya.

“Aku mencintaimu Kim dan akan selalu mencintaimu.” Bisiknya lalu mencium ubun – ubunku. Dan malam ini mereka berpelukan hingga masing – masing terlelap dalam mimpi.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang