PART - ENAM

5.4K 349 0
                                    

Catatan Kim Gauri

12 Januari 2008

Aku duduk di pesawat dengan earphone menempel di telinga sementara pria di sampingku masih asyik membaca buku yang ia bawa. Ia memang sangat suka membaca kebalikan denganku yang lebih suka mendengarkan sesuatu daripada membaca. Tetapi toh perbedaan diantara aku dan dia justru membuat kita berdua saling melengkapi satu sama lain.

Sebentar lagi pesawat akan landing di Surabaya. Ya, hari ini, aku akan mengenalkan Bima pada keluargaku. Mama sudah menunggu di rumah bersama kakakku. Dan Papa, aku akan mengunjungi makamnya dengan Bima nanti. Papa sudah meninggalkanku dan Mama sejak aku berusia 10 tahun, sehingga Mama adalah orang yang telah berjuang hingga aku bisa seperti ini sekarang. Dan ketika mendengar aku akan membawa seorang pria untuk dikenalkan padanya, Mama sangat bahagia. Ia benar – benar tidak sabar untuk bertemu dengannya. Dan setelah melihat Bima, aku yakin Mama pasti akan menyukainya.

Bima terus menggandengku saat kami berjalan di sepanjang selasar Bandara. Kami berdua memang tidak membawa banyak barang, karena besok sore kami harus kembali ke Jakarta. Mataku mengelilingi pelataran bandara untuk mencari kakakku yang mengatakan ia akan menjemputku.

“Kim!” aku menoleh ke arah suara yang memanggil namaku. Aku melihat Danny, kakakku berlari kecil ke arahku dan Bima. Ia langsung memelukku saat melihatku. Ia mungkin sangat merindukan adiknya yang sudah berbulan – bulan tidak pulang. Dan aku juga sangat merindukan satu – satunya kakak laki – lakiku.

“Dan, ini Bima.” Aku mengenalkan Bima pada Danny. Bima mengulurkan tangan dan tersenyum yang disambut oleh Danny.

“Yuk, Mama sudah menunggu di rumah.” Danny mengajakku dan Bima menuju parkiran mobil yang berada di seberang.

Di dalam mobil, Danny banyak bercerita tentang putri kecilnya yang sudah mulai banyak bicara. Ya kakakku ini sudah menikah sejak 5 tahun yang lalu. Dan ia sekarang tinggal dengan Mama dan juga keluarga kecilnya di Surabaya. Sementara Bima tampak akrab dengan Danny meski ia baru saja mengenalnya. Dan ketika ia tahu kalau Danny bekerja di perusahaan Asuransi, mereka seperti seorang teman akrab dan meninggalkanku sendirian di kursi belakang mobil.

Good luck with lamaran.

Sebuah bbm masuk dari Wynda. Dan membuatku langsung tersenyum lebar. Sahabatku ini adalah orang yang paling bahagia ketika mendengar aku dan Bima bisa sedekat ini. Katanya, ini adalah salah satu cita – citanya. Menjadi comblang sukses.

Bukan lamaran kali. Cuma kenalan.

Aku membalasnya.

Apapun itu, very happy for both of you. Si bayi juga ikutan bahagia sampe nendang – nendang terus.

Ia membalas lagi.

Itu sih bayinya pengen cepetan dilahirin.;)

Aku memasukkan blackberryku ke dalam tas saat kami sampai di depan rumah. Rumahku berada di dalam perumahan. Bukan sebuah rumah mewah, hanya rumah kecil dengan taman di depan rumah. Ini adalah rumah peninggalan Papa sehingga Mama tidak pernah mau pindah dari rumah ini. Menurut Mama, di rumah ini semua kenangan tentang Papa tertinggal.

Mama menyambut di depan pintu saat aku berjalan memasuki pagar rumah. Wajahnya sudah mulai tampak berkeriput, namun ia masih terlihat cantik di usianya yang sudah mencapai 60 tahun. Aku langsung memeluk Mama saat sudah berada di depannya karena aku sangat merindukan perempuan yang telah melahirkanku dan membesarkanku ini.

“Ma, ini Bima yang Kim ceritakan.” Aku memperkenalkan Bima kepada Mama. Bima membungkuk dan mencium tangan Mama. Dan Mama tersenyum melihatnya.

“Ayo masuk. Kita sarapan dulu.” Mama mengajak Bima masuk. Dan melihat pemandangan itu aku sangat bahagia. Sebenarnya aku sudah bisa membayangkan kalau Mama akan menerima Bima, tetapi melihatnya sendiri seperti ini, rasanya benar – benar berbeda.

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang