PART - TIGA PULUH

4.2K 284 0
                                    

Kim membuka matanya dan ia menemukan dirinya tidur di tempat tidur. Ia memijat kepalanya yang masih terasa pusing tetapi ia memaksakan diri untuk bangun. Tidak ada siapapun di kamar, entah dimana Bima sekarang. Ia hanya melihat Bima keluar dari kamar semalam dan tidak pernah kembali ke kamar lagi. Perlahan – lahan, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia melihat dirinya di cermin lalu membasuh wajahnya beberapa kali dan menggosok gigi. Setelah itu, ia berjalan turun untuk menemui Nez. Tidak ada orang di ruang tengah. Nez mungkin belum bangun pikirnya. Ia masuk ke dalam kamar Nez dan menemukan Nez sedang duduk di tempat tidur bersama Bima. Kim berjalan menghampiri mereka.

“Anak Mama sedang main apa?” tanya Kim yang hanya dibalas dengan tatapan tajam dari putrinya. Ia berhenti bermain lalu memeluk Bima. Kim yang melihatnya merasa aneh. Tidak biasanya Nez bersikap begitu padanya.

“Nez.” Panggil Kim lagi. Ia mengulurkan kedua tangannya supaya bisa memeluk Nez, namun Nez masih tidak mau lepas dari pelukan Bima.

“Mama jahat.” Ucap Nez. Bibirnya mencebik. Kim mengerutkan keningnya bingung. Ada apa dengan putrinya?

“Sudahlah Kim. Kamu mandi dulu saja. Nez biar sama aku.” Ucap Bima tanpa memandang Kim sedikitpun.

Kim akhirnya keluar dari kamar dengan pertanyaan – pertanyaan yang berputar di pikirannya. Ia menuju ke dapur dan bertemu dengan Mbok Minah.

“Mbok, apa yang terjadi kemarin?” tanya Kim sembari mengambil segelas air putih.

Mbok Minah malah menatap Kim dengan bingung. “Maksud ibu bagaimana?”

“Ya, tadi Nez bilang kalau aku jahat Mbok.” Jawab Kim setelah meminum habis segelas air putih.

“Ibu lupa kalau kemarin Ibu tidak datang ke acara pentas seninya adek?” Mbok minah memang biasa memanggil Nez dengan sebutan adek.

Kim mengerutkan kening dan mencoba mengingat-ingat. Lalu semuanya berkelebat di dalam pikirannya. Dan Kim langsung menyadari apa yang telah ia lewatkan kemarin. Ia tidak datang di acara yang penting bagi Putrinya dan berakhir di kamar Sakha. Pada jeda waktu itu, ia masih tidak bisa mengingatnya.

Kim langsung berlari kecil ke kamar Nez dan meminta maaf padanya. Ia tahu sekarang kenapa Nez tampak begitu marah padanya. Saat hendak masuk ke kamar, ia melihat Nez sedang bermain bersama Papanya dan mereka tampak sangat bahagia. Haruskah ia merusak kebahagiaan mereka dengan kedatangannya dan membuat Nez cemberut lagi seperti tadi? Ia lalu mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar, Kim mengambil handphonenya dan melihat kalau saja ada telepon atau pesan masuk. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat catatan panggilannya yang menunjukkan kalau ia menelepon Sakha kemarin siang. Ia menelepon Sakha? tapi kenapa? Kim terus memaksakan otaknya untuk mengingat namun ia benar – benar tidak ingat kalau dia menelepon Sakha kemarin siang. Dengan frustasi, ia mengacak – acak rambutnya dan berjalan ke kamar mandi.

Kim keluar kamar mandi dan menemukan Bima sedang duduk di tempat tidur. Pria itu sedang menatap tajam padanya. Kim mencoba menebak apa yang sedang ada di pikiran suaminya. Sebagian besar otaknya mengisyaratkan kemarahan yang sedang dipendam suaminya itu.

“Kenapa Mas?” tanya Kim seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Seharusnya aku yang bertanya Kim, kenapa denganmu hingga kamu harus memilih pria itu dibanding Nez?” ucapannya tegas menunjukkan ia benar – benar menahan amarah.

Kim berjalan mendekati Bima. “Aku juga tidak ingat Mas kenapa aku bisa berakhir disana.”

“Jangan membuatku semakin marah Kim. Kamu adalah orang yang menghubunginya dan kamu bilang kamu tidak ingat. Kebohongan macam apa ini?”  Bima tampak frustasi. Ia tidak ingin menunjukkan marahnya pada istrinya sementara mereka sedang berusaha berbaikan.

“Tetapi aku benar – benar tidak ingat Mas. Aku bahkan baru tahu kalau aku meneleponnya kemarin siang.”

“Kim!!” Bima membentak marah pada Kim. Matanya menunjukkan kemarahan yang luar biasa. Ia bahkan hampir menampar istrinya yang menatapnya tidak berdaya.

“Kamu mau menamparku Mas? Tampar saja. Mungkin setelah itu aku akan ingat apa yang terjadi kemarin.” Kim menantangnya dan membuat Bima semakin murka. Namun ia berusaha keras untuk menahannya. Ia lalu memilih untuk meninggalkan Kim karena jika diteruskan pertengkaran ini malah akan memperburuk hubungan mereka. Saat sudah di balik pintu kamar, ia mendengar Kim menjerit dan menangis. Setelah itu, suara barang – barang dibanting ke lantai. Dan karena sudah mengantisipasinya, ia sudah meminta pengasuh untuk mengajak Nez berjalan – jalan di sekitar kompleks perumahan.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang