Catatan Kim Gauri.
01 Maret 2007.
Pesta pernikahan yang sangat meriah di sebuah hall hotel yang sangat mewah. Aku datang dengan gaun cocktail warna hitam. Rambutku yang panjang aku ikat separuhnya dan bagian bawahnya sengaja aku buat curly. Pump heels hitam menambah beberapa senti tinggi badanku. Dan dengan dandanan yang nyaris sempurna ini, aku datang sendiri ke pesta pernikahan sahabatku. Kenapa? Karena aku memang tidak memiliki siapapun untuk diajak ke pesta pernikahan di usiaku yang menginjak 24 tahun.
Tetapi, aku sama sekali tidak merasa canggung dengan kondisiku yang seorang diri ini. Pekerjaanku sebagai model membuatku terbiasa untuk kesana kemari sendirian. Bukan karena aku menjadi sombong dengan profesiku, tetapi kesibukanku hampir menyita waktu 24 jam ku dan aku nyaris tidak sempat untuk membingkai sebuah persahabatan dengan siapapun. Satu – satunya sahabatku adalah Wynda. Ia sahabatku sejak aku masih kuliah dan saat itu aku belum sesibuk sekarang jadi aku masih sempat untuk berteman kesana kemari, hingga akhirnya Wynda adalah satu –satunya yang bertahan hingga detik ini.
Langkah kakiku menjejaki karpet mewah yang ditaburi mawar menuju ke pelaminan. Wynda sudah melihatku dari jauh dan ia sudah melambai – lambai dari atas pelaminan sehingga mau tidak mau aku harus naik kesana. Dan disana nanti beberapa orang akan berbisik – bisik bahwa Kim Gauri, si model terkenal itu ternyata tidak populer di kalangan pria, terbukti ia tidak menggandeng siapapun di pesta pernikahan sahabatnya. Dan akhirnya, aku sudah berdiri di pelaminan. Menyalami dan memeluk Wynda yang akhirnya melepas masa lajangnya di usianya yang sama denganku. Wynda memelukku erat seperti sangat lama sekali tidak bertemu denganku, padahal satu minggu yang lalu aku dan dia bertemu di apartemenku.
“Selamat yaa sayang. Kamu cantik banget malam ini.” Bisikku di telinganya.
“Thanks Kim. Semoga kamu juga segera nyusul biar enggak kelamaan sendirian.” Aku tertawa kecil mendengarnya. Masih jauh mungkin Wyn jodohku, karena sampai sekarang tidak ada tanda – tanda apapun tentang kedatangannya. Hatiku masih saja beku pada setiap laki – laki yang berseliweran di sekitarku.
“Yuk, foto bentar.” Aku berdiri di samping Wynda dan tersenyum menatap kamera. Dan seperti pekerjaan yang selalu aku lakukan setiap harinya, begitulah caraku tersenyum. Fake smile. Because I’m not really smiling.
“Silakan dinikmati makanannya, cantik. Aku sengaja pesan nachos dari tempat biasa kita makan karena aku tahu kalau makanan nikahan biasa, enggak bakal kamu makan.” Bisik Wynda sebelum aku melangkah pergi. Spontan, aku tertawa mendengarnya. Ia memang sahabat terbaikku karena dia tahu makanan yang aku makan dan yang tidak akan aku makan.
Aku menuruni pelaminan menuju deretan meja yang penuh dengan makanan dan ada begitu banyak deretan meja juga sekumpulan orang yang berada disitu.
Sebenarnya melihat begitu banyak orang membuatku malas untuk ikut berkerumun, namun demi Wynda yang sudah memesankan nachos dari restoran favorit kita berdua, aku memutuskan untuk berjalan mengelingi deretan meja, mencari counter nachos. Pandanganku mengelilingi sekeliling deretan meja dan menemukan nachos di ujung sana. Aku menyelinap diantara kerumunan orang yang saling berbicara atau tertawa. Aku sendirian disini dan karena itulah aku ingin segera menyelesaikan ini. Tidak terlalu banyak orang di counter nachos karena memang ini adalah nachos low carb. Aku mendapatkan satu porsi low carb nachos lalu menyingkir dari kerumunan orang – orang. Sudut ruangan adalah tempat paling strategis pikirku. Tidak banyak orang dan juga dari sini aku bisa mengamati beberapa tamu undangan Wynda. Siapa tahu diantara mereka adalah teman SMA dulu dan aku bisa mendapatkan teman untuk sekedar berbasa basi.
Aku menggigit nachos pelan supaya tidak belepotan di bibirku yang telah aku poles dengan lipstick warna nude. Lalu mataku beredar diantara para tamu yang tengah bergerombol. Tidak ada satupun wajah yang aku kenali. Bisa saja salah satu dari mereka adalah teman semasa kuliah dulu namun aku tidak mengenalinya karena memang sudah lama sekali tidak bertemu. Bisa saja mereka melakukan face surgery sehingga wajah mereka berubah, seperti trend sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]
RomanceSaudade adalah tentang perasaan rindu. Rindu pada cinta yang pernah ada. Rindu pada kenangan yang pernah tercipta. Rindu pada sosok yang pernah menjadi bagian kehidupan. Juga, Rindu pada ingatan yang tercipta dari setiap peristiwa.