PART - TIGA PULUH EMPAT

4K 290 1
                                    

Kim menatap keluar jendela taksi yang ia naiki menuju ke sebuah rumah sakit di Surabaya. Sejak kemarin siang, ia sudah sampai di rumah masa kecilnya. Dan seperti yang sudah ia rencanakan hari ini, ia akan menemui dokter yang menangani Papanya dulu. Dokter yang sekarang mungkin sudah menginjak usia 50-an. Ia bahkan sudah menjadi kepala rumah sakit saat ini. Namun, karena pertemanan yang terjalin antara Papanya dan Dokter itu, Kim pun akhirnya punya kesempatan untuk menemuinya siang ini.

Ia sampai di rumah sakit sekitar pukul 11 siang. Dan ia langsung menuju ke ruangan kepala rumah sakit dimana Dokter Andreanus sudah menunggunya. Kim menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu. Seseorang membukakan pintu dan tersenyum padanya.

“Kamu sudah dewasa sekali Kim. Berapa lama kita tidak bertemu?” tanya Dokter Andreanus saat pertama kali melihat Kim.

“Sudah sepuluh tahun lebih dokter.” Jawab Kim seraya berjalan memasuki ruangan luas yang memiliki begitu banyak buku yang berjajar rapi di rak – rak buku.

“Aah, iya. Setelah kecelakaan itu ya.” Tambah dokter Andreanus. Ia mempersilakan Kim duduk di sofa yang berada di depan meja kerjanya.

Kim hanya tersenyum tipis mendengar dokter Andreanus membahas tentang kecelakaan yang terjadi sekitar 13 tahun yang lalu. Sungguh, ia sama sekali tidak ingin mengingat hal paling menyakitkan di dalam hidupnya itu.

“Ada apa Kim? Apa ada yang bisa aku bantu?” tanya dokter Andreanus saat mereka sudah duduk berhadapan. Kim akhirnya menceritakan semua peristiwa aneh yang ia alami belakangan ini. Mulai dari ia yang sering melupakan sesuatu, sulit berkonsentrasi, kehilangan kemampuan mendesainnya, hingga ia mengalami semacam kehilangan moment tertentu.

Dokter Andreanus mengerutkan kening mendengar cerita Kim. Ia mengurut keningnya setelah Kim selesai menceritakan semuanya.

“Kita coba MRI saja ya Kim.” Hanya itu yang diucapkan Dokter Andreanus.

“Kenapa harus MRI lagi dokter?” Kim bingung mendengar perkataan dokter Andreanus. Perasaannya semakin tidak tenang. Sementara pikirannya semakin memunculkan prasangka – prasangka buruk yang mungkin terjadi.

“Kita coba saja dulu. Aku akan meminta pegawaiku menyiapkannya.” Ia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja kerjanya. Ia menelepon seseorang untuk menyiapkan ruangan MRI. Sementara Kim merasa lebih gugup dari saat ia menginjakkan kaki di rumah sakit ini. Tangannya menggenggam erat tali tas yang ia bawa. Ia benar – benar takut sekarang. Ia takut jika sesuatu yang ia takutkan selama ini menjadi kenyataan setelah tes MRI nanti.

-00-

Kim duduk termenung di meja kerjanya. Entah berapa banyak kertas yang terbuang di sekitar meja. Berkali – kali ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dan sekarang ia hanya menyangga kepalanya dengan kedua tangannya. Pikirannya carut marut. Dan ia tidak tahu dengan apa yang harus dilakukannya saat ini.

“AD.” Hal pertama yang diucapkan Dokter Andreanus setelah membaca hasil MRI.

Kim terduduk lemas mendengarnya. Rasanya seluruh dunia runtuh sekarang. Dari semua kemungkinan, hal paling menakutkanlah yang terjadi. Ia menangis karena semua yang ia simpan selama ini terjawab sudah. Dan jawabannya adalah hal yang paling tidak ia inginkan.

Dokter Andreanus menunjukkan hasil MRI kepada Kim. Dan ia tidak perlu mendengar lebih jauh lagi tentang penyakit ini karena ia tahu persis seperti apa penyakit ini dan bagaimana Papanya dulu menjalani hidupnya dengan penyakit AD.

AD  atau Alzheimer’s Disease adalah penyakit otak yang secara perlahan akan menghilangkan ingatan dan kemampuan berpikir. Meski pada umumnya AD adalah salah satu jenis dementia yang menyerang orang yang lanjut usia, namun tidak menutup kemungkinan bahwa orang dengan usia 30 tahunan bisa mengidapnya. Salah satu sebabnya adalah keturunan.

Orang pada umumnya memiliki 100 milyar sel saraf di otaknya yang terbagi pada otak, spinal cord dan saraf peripheral. Sel saraf itulah yang mengirimkan sinyal pada sel saraf lainnya untuk mengirimkan pesan pada seluruh bagian tubuh, salah satunya mengirimkan pesan pada otot tubuh untuk melakukan gerakan – gerakan tubuh. Pada bagian sistem saraf, sel saraf membangun jaringan saraf untuk memproses informasi yang diterima otak seperti bahasa, kemampuan berpikir dan kreativitas. Dan seiring berjalannya waktu, sel saraf akan mati dengan sendirinya dan berkurang. Pada orang dewasa yang sehat, mereka memiliki 22 milyar sel saraf dimana 85 ribu sel saraf akan mati per hari atau sekitar 31 juta per tahun. Namun pada penderita AD,  sel saraf mati lebih banyak dari yang seharusnya. Dan area pertama pada otak yang mengalami penurunan adalah hippocampus dimana di tempat itulah memori terproses. Itulah kenapa penderita AD perlahan – lahan kehilangan memorinya.

“Kim.” Suara Wynda menggugah Kim dari lamunannya. Ia menatap sahabatnya yang sudah berdiri di depannya dan mencoba tersenyum padanya.

Wynda duduk tepat di depan Kim. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan menatap sahabatnya yang balik menatapnya juga.

“Kenapa Wyn?” tanya Kim saat melihat ekpresi Wynda yang tidak biasa.

“Ada apa denganmu Kim?” Wynda menjawab pertanyaan Kim dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan itu sebenarnya sudah disimpan Wynda sejak peristiwa Bima mencari Kim yang ternyata di apartemen Sakha.

“Tidak ada apa – apa Wyn. Kenapa?” Kim berusaha berbohong. Ia mengalihkan pandangannya dari tatapan Wynda.

“Kita sudah mengenal dalam waktu yang lama Kim. Dan aku tahu betul kalau saat ini kamu sedang menyimpan sesuatu.” Wynda masih mendesak. Kim menoleh pada Wynda dan berkata “Kalaupun kamu sahabatku Wyn, tidak semua masalahku harus aku ceritakan padamu kan?” ucapan Kim kali ini terdengar ketus. Wynda bahkan tampak terkejut mendengarnya. Selama bersahabat lebih dari 10 tahun, Kim tidak penah seperti ini. Dan perubahan sikap Kim ini, membuat Wynda semakin yakin kalau kali ini masalah yang dipendamnya sangatlah besar.

“Baiklah kalau begitu, kamu pulanglah sekarang. Sudah sore.” Wynda beranjak dari duduknya.

“Kenapa aku harus pulang sekarang?” tanya Kim.

Wynda menoleh dan menatap sahabatnya dengan tatapan penuh tanya. “Bukankah kamu sendiri yang bilang tadi pagi kalau hari ini kamu akan merayakan ulang tahun Bima di rumah?”

“Ah iya, aku lupa.” Kim beranjak dari duduknya dan langsung membereskan barang – barangnya lalu dengan setengah berlari keluar dari butik. Sementara Wynda hanya bisa menatap sahabatnya itu tidak percaya. Apa yang sebenarnya yang sedang ia hadapi hingga dia menjadi seperti sekarang? Orang yang paling mudah mengingat seperti Kim, bahkan melupakan kado ulang tahun untuk suaminya yang sudah ia siapkan di meja tadi. Bahkan kado itu berada di samping tas yang ia bawa tadi.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang