PART - DUA PULUH

4.5K 297 0
                                    

Catatan Kim Gauri

08 Maret 2013

Sudah lima tahun berlalu sejak aku menikah dengan Bima. Dan dalam rentang waktu itu, tidak juga ada tangis bayi dalam kehidupan rumah tangga kami. Bahkan kami berdua juga masih terpisah jarak satu sama lain. Setelah di Lombok, Bima sudah di pindah ke tiga tempat lainnya Banyuwangi, Banjarmasin dan sekarang Palembang. Aku juga masih bekerja di agency meski tidak lagi sebagai model. Pekerjaanku lebih banyak ke presenter acara – acara talkshow di televisi ataupun membintangi iklan. Butik yang aku besarkan dengan Wynda juga semakin berkembang. Sudah ada tiga cabang di Bandung dan Surabaya. Dan di sela – sela waktuku, aku selalu terbang ke Palembang dan tinggal di sana.

Aku dan Bima juga tidak lagi mempermasalahkan tentang kehadiran anak diantara kami, begitupula dengan mertuaku. Kami berdua sudah berkali – kali memeriksakan diri ke dokter obgyn dan tidak ada masalah dalam reproduksi kami berdua. Berbagai macam program kehamilan juga telah dilakukan, namun pada kenyataannya, Tuhan memang belum mempercayakannya pada kami berdua. Jadi, aku dan Bima pada akhirnya memilih untuk mengikhlaskannya saja sejak dua tahun yang lalu.

Aku bersandar di sofa sembari melihat tayangan televisi. Bima masih bekerja dan seperti biasa aku menunggunya pulang. Sudah seminggu ini aku berada di Palembang untuk menemaninya. Aku menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam. Sebentar lagi, ia akan pulang. Aku sudah menyiapkan makan malam istimewa dan tentu saja aku sudah berdandan cantik untuk merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke-5.

Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Aku langsung beranjak dari duduk dan berjalan menuju pintu depan. Tanganku membuka pintu depan dan melihat Bima turun dari mobil. Ia tampak masih rapi seperti saat ia berangkat kerja tadi pagi, hanya lengan kemejanya yang digulung hingga siku. Ia tersenyum saat melihatku berdiri di daun pintu. Ia lalu merangkulku dan mengajakku masuk.

Bima menuju ke kamar mandi setelah sebelumnya meminum teh hangat yang memang sudah aku siapkan untuknya. Rutinitas seperti ini selalu aku lakukan sejak saat itu aku tinggal di Lombok. Dan seperti sudah hafal dengan segala rutinitasnya pula, aku pun terbiasa melakukannya. Jika aku berada di Jakarta, aku selalu meminta pembantu rumah tangga untuk menyiapkannya. Tetapi jika aku sedang di sini, aku yang menyiapkan semua kebutuhannya.

Happy aniversary Kim.” Bima menyodorkan sekotak kado berwarna biru muda. Aku tersenyum dan menerimanya. Perlahan aku membukanya dan menemukan sebuah anting cantik di dalamnya.

“Terimakasih.” Jawabku seraya meletakkannya di meja. Lalu aku meraih kotak kado yang sudah aku siapkan untuk Bima.

Happy aniversary Mas.” Aku menyodorkan kotak itu pada Bima dan memintanya untuk membukanya. Bima tersenyum dan membukanya. Ia mengerutkan kening saat melihat isinya. Kemudian, ekpresi wajahnya berubah. Senyumnya lebar sekali saat ia menatapku dan aku juga tersenyum padanya. Ia langsung menghambur padaku dan menciumiku berkali – kali. Tanpa terasa airmataku menetes melihatnya.

“Ya Tuhan, terimakasih Tuhan.” Ia berkali – kali mengucapkan terimakasih pada Tuhan dan masih merangkulku. Kebahagiaan yang ada di wajahnya sekarang adalah kebahagiaan yang selalu aku tunggu selama lima tahun ini.

-00-

11 Maret 2013

Pagi sekali Bima sudah bangun dan menyiapkan segelas susu untukku. Hari ini sebelum kerja, ia akan mengantarku ke dokter obgyn untuk melakukan pemeriksaan kandungan. Ia sangat bersemangat sekali sejak ia melihat kado testpack dengan dua strip merah pada saat ulang tahun pernikahan kemarin. Dan ia tentu saja menjadi cerewet sekali padaku. Aku tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat dan juga tidak boleh terlalu capek. Ia bahkan meminta pembantu rumah tangga untuk membersihkan rumah supaya tidak ada lantai yang licin dan bisa membuatku terpleset. Terkadang, aku hanya bisa tertawa sendiri. Tentu saja ia akan se antusias itu karena bayi ini sudah kami berdua nantikan selama lima tahun. Tuhan memang luar biasa. Ia akan memberikan kebahagiaan yang luar biasa di waktu yang tepat.

Bima duduk di sampingku saat dokter melakukan USG. Dan saat melihat layar, aku melihat sebuah titik kecil di dalam perutku. Ada sesuatu di dalam dada ini yang seolah akan meledak karena sangat bahagia. Bima bahkan berkaca – kaca saat melihatnya.

“Usia kandungannya sudah 6 minggu. Dan janinnya sehat Bu.” Jelas dokter.

“Apa saya boleh naik pesawat dokter?” tanyaku.

“Boleh saja bu, asalkan hati – hati. Saya sarankan naik pesawatnya setelah minggu ke 14 saja, karena di trimester kedua kondisi janin lebih stabil.” Aku menoleh pada Bima saat mendengarnya. Minggu depan aku ada acara talkshow dan mengingat Bima yang sangat khawatir padaku, ia pasti tidak akan mengijinkanku untuk kembali ke Jakarta.

“Kamu ada talkshow minggu depan?” tanya Bima saat kami berdua sudah berada di dalam mobil.

Aku mengangguk. Aku masih menunggu apa yang akan ia lakukan setelah ini.

“Kalau memang mendesak, aku akan mengambil cuti dan menemanimu kembali ke Jakarta. Sekalian, aku akan mengatakan pada bosmu kalau talkshow itu adalah acara terakhirmu. Setelah itu, kamu harus istirahat di rumah.” Aku melihat ia sangat serius dengan ucapannya. Tetapi, apakah semudah itu berhenti?

“Aku pikir kamu lebih baik di Jakarta. Setiap Jumat malam aku akan ke Jakarta dan kembali minggu malam. Nanti kita cari orang yang bisa menemanimu di rumah selama aku di Palembang.” Dan melihat keseriusannya, aku hanya bisa mengiyakannya saja. Toh, semua yang dipikirkannya itu adalah untuk kebaikan bayi di dalam perut ini.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang