PART - SEPULUH

5.1K 318 0
                                    

Catatan Kim Gauri

6 Juli 2008

Hari pertama di Bitung. Meski sudah beberapa bulan Bima tinggal disini, ini adalah hari pertama aku menghirup udara Bitung. Suasananya tentu saja tidak seramai di Jakarta. Bitung adalah sebuah kota kecil yang diapit oleh gunung dan juga Laut. Karena sudah malam saat sampai di Bandara Sam Ratulangi, aku tidak bisa melihat apa - apa sepanjang perjalanan Manado dan Bitung. Hingga akhirnya, aku dan Bima sampai di rumah kontrakan yang Bima tinggali selama di Bitung.

Rumahnya tidak terlalu besar, namun cukup untuk Bima tinggali sendiri di sini. Saat aku masuk ke dalam rumah, pandanganku mengitari ruangan yang ternyata cukup luas. Mungkin karena tidak banyak perabot yang ada di dalam ruangan. Hanya sofa di ruang tamu dan meja makan di ujung. Satu televisi tabung di ruang tamu.

"Rumahnya kecil Kim." Ucap Bima seolah tahu yang ada di dalam benakku. Namun aku hanya menjawab dengan senyum.

"Ada 2 kamar disini. Nanti kamu tidur di kamar ini." Bima menunjukkan sebuah kamar ukuran 3x4 dengan satu tempat tidur dan satu lemari didalamnya. Aku berjalan masuk ke dalam kamar itu dan meletakkan tas ku di atas tempat tidur.

"Kamar mandi dan dapur ada di belakang." Lanjutnya lagi.

"Ini fasilitas kantor?" tanyaku. "Kantor Cuma ngasih jatah uang sih. Aku yang milih sewa disini. Manajer sebelumnya juga tinggal di sini." Jawabnya.

Aku mengangguk - angguk. Dan sesuatu terlintas di pikiranku. Jika nanti aku menikah dengannya dan memutuskan untuk mengikutinya, maka aku harus membiasakan diri untuk tinggal di tempat seperti ini dan dimanapun tempatnya.

"Aku ke kamar dulu Kim. Kamu istirahat saja." Bima lalu menutup pintu kamar. Setelahnya, aku masih termangu di tempat tidur hingga saat handphoneku berbunyi. Ada pesan masuk.

Gimana Bitung?

Wynda yang sudah penasaran sekali sejak aku bercerita padanya kalau aku akan ke Bitung, sudah mengirim pesan tepat saat aku baru sampai di rumah.

Shocking.

Aku membalasnya dan mengirim foto kamarku padanya. Dan tidak butuh lama saat teleponku berdering dan Wynda lah yang meneleponku.

"Yakin mau tinggal disitu seminggu Kim?" pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Wynda saat aku mengangkat teleponnya.

"Harus belajar Wyn. Nanti juga bakal begini."

Wynda malah tertawa terbahak - bahak mendengar jawabanku. "Udah ya Wyn, udah malam. Ceritanya bersambung besok."

"Oke Kim. Semoga kamu bisa tidur." Ucapnya sebelum menutup telepon.

Semoga, batinku. Aku kemudian meletakkan handphone dan mengganti bajuku dengan kaos dan celana pendek selutut. Lalu aku keluar kamar menuju kamar mandi. Dan aku menemukan kamar mandi yang cukup besar namun tidak ada shower di dalamnya. Hanya sebuah bak mandi dengan keramik putih.

Oke, aku harus membiasakan diri, batinku. Aku masuk dan mulai membersihkan tangan dan kaki. Airnya dingin dan langsung menusuk kulit rasanya. Sehingga aku pun bergegas keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamar. Tidak ada suara apapun dari kamar Bima. Mungkin dia sudah tidur, batinku saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku membersihkan wajah lalu meminum segelas air putih sebelum merebahkan tubuhku di tempat tidur.

Aku mencoba memejamkan mata namun aku tidak juga bisa tidur. Bunyi dengungan nyamuk di telingaku mengganggu sekali. Bahkan saat aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut suara dengungan itu masih saja terdengar dan rasanya semakin banyak saja. Lalu aku membuka selimut dan memilih untuk memiringkan badan. Kemudian aku mulai merasa gatal - gatal karena mungkin nyamuk - nyamuk itu berhasil menggigitiku. Dan hingga 2 jam kemudian aku masih juga tidak bisa tidur.

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang