PART - DUA PULUH TUJUH

4.3K 302 4
                                    

Suara teriakan Nez samar – samar membangunkan Kim dari tidurnya. Ia perlahan membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah suaminya tepat di depan matanya. Kim mengerjap – ngerjapkan matanya untuk memastikan apakah ia masih bermimpi. Ia masih tidak bergerak sedikitpun dan menatap wajah suaminya yang tengah tersenyum padanya. Matanya indah, alisnya tebal dan hidungnya yang mancung menggambarkan betapa menariknya suaminya ini. Kim juga masih tidak bergerak meskipun sekarang ia hanya berjarak satu telapak tangan dari Bima. Ia seperti mengalami dejavu dengan pagi seperti ini.

Tiba – tiba Bima menyentuh rambut Kim yang membuat Kim langsung tercekat. Ia diam dan merasakan tangan suaminya membelai rambutnya. Sesuatu yang entah sudah berapa lama tidak ia rasakan.

“Selamat pagi istriku.” Ucap Bima lirih nyaris berbisik namun Kim bisa mendengarnya dengan jelas. Kim tidak membalasnya seperti dulu. Ia hanya tersenyum tipis. Bima lalu merubah posisinya hingga ia sekarang berada satu telapak tangan di atasku. Lalu, semuanya terjadi begitu cepat saat ia merasakan bibir suaminya sudah menyentuh bibirnya. Ada sesuatu yang menyengatnya hingga ia merasakan jantungnya berdetak begitu cepat. Hingga saat ia merasakan sentuhan bibir itu berubah menjadi lumatan yang penuh gairah, Kim memilih untuk mundur. Ia masih belum sanggup untuk semua ini.

“Aku mandi dulu.” Ucapnya setelah ia beranjak dari tempat tidur. Ia kemudian berlalu dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Bima hanya bisa menatapnya seraya menyentuh bibirnya sendiri. Ada senyum yang tersungging di bibirnya.

-00-

Bima menatap layar yang ditampilkan untuk presentasi namun pikirannya tidak sedang berada di situ. Ia masih ingat kejadian tadi pagi yang membuatnya seperti seorang pria yang baru saja mendapatkan ciuman pertamanya. Namun, yang tadi ia rasakan lebih dari sekedar ciuman pertama karena bahkan hingga sekarang ia masih bisa merasakan bibir istrinya yang menempel di bibirnya. Dan rapat kali ini bahkan tidak sanggup untuk membuatnya lupa pada peristiwa itu. Tanpa ia sadari, ia sering tersenyum sendiri selama rapat.

“Lagi bahagia?” tanya Rana saat mereka berdua sudah selesai rapat. Sekarang mereka berdua berada di kantor yang sama meski berbeda divisi. Dan jika sedang rapat antar divisi seperti ini, mereka akan bertemu.

Bima tersenyum dan mengangguk.

“Istrimu?” tebak Rana. Bima mengangguk lagi. Mereka berdua masih berjalan menuju lift untuk kembali ke lantainya masing – masing.

“Aku ikut bahagia kalau salah paham kemarin sudah bisa terselesaikan.” Ucap Rana sebelum masuk ke dalam lift. Ia tersenyum pada Bima sebelum pintu lift tertutup dan Bima menatap bingung pada perempuan itu. Bagaimana dia bisa tahu kalau telah terjadi salah paham diantara ia dan istrinya karena dia?

Bima lalu masuk ke dalam lift yang berada di sebelah menuju ke lantai 25. Setelah lift sampai di lantai 25, ia keluar dan berjalan masuk ke dalam ruangannya, menyelesaikan semua pekerjaannya dan segera pulang supaya bisa bertemu lagi dengan Kim.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang