PART - LIMA

5.5K 356 0
                                    

Catatan Kim Gauri

31 Desember 2007

Secangkir coklat panas di genggamanku. Di luar sana, kembang api bertebaran di langit untuk merayakan malam pergantian tahun. Aku menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sebentar lagi langit Jakarta akan benar - benar terang benderang dengan kembang api yang bertebaran dari berbagai arah. Ketika di luar sana begitu semarak, aku seorang diri di apartemenku. Televisi menampilkan berbagai acara perayaan malam pergantian tahun di beberapa tempat. Dan aku tidak begitu tertarik untuk melihatnya.

Aku menoleh ke arah pintu saat mendengar seseorang menekan bel. Ku letakkan cangkir di kitchen island dan berjalan menuju pintu depan dan membukanya. Sebuah senyuman adalah hal pertama yang aku lihat. Orang yang tengah berdiri di depanku, masih dengan baju kerjanya, tersenyum padaku.

"Maaf ya telat Kim." Ucapnya. Ia tampak menyesal namun aku tahu kenapa ia terlambat. Tentu saja karena hari ini di kantornya akan sangat sibuk karena pembukuan akhir tahun. Ia bisa datang kesini saja aku sudah bersyukur karena aku tidak sendirian lagi.

"I know. Masuklah." Aku berjalan masuk yang diikuti olehnya. Ia melepas sepatunya lalu berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan. Ini adalah kali ketiganya ia datang ke apartemenku jadi ia sudah tahu keseluruhan ruangan ini.

"Dari tadi ngapain aja Kim?" tanyanya.

"Nungguin kamu." Jawabku sembari mengambil cangkir hendak membuatkan ia secangkir kopi panas. Aku bisa mendengar ia tersenyum meski aku tidak melihatnya. Aku dan Bima memang sudah pada hubungan dimana kami berdua bisa bebas berbicara.

"Sudah makan?" tanyaku saat menyodorkan cangkir kopi padanya.

"Sudah tadi di kantor." Ia duduk di sofa menyandarkan kepalanya, mungkin ia lelah.
Aku menatap wajahnya yang lelah namun ia selalu berusaha tersenyum di depanku.

"Mau nonton film Kim?" tanyanya.

"Kamu mau nonton apa?" aku balik bertanya.

"Apa ya? Film favoritmu apa?"

"Pride and prejudice." Jawabku

"Pasti penggila Mr. darcy." Serunya sambil tertawa kecil.

"Not Mr. Darcy, but the way he love Elizabeth." Aku membela diri.

"Kalau the way I love you Kim?" Mata Bima menatapku seakan ia serius dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Dan itu membuatku gelagapan. Aku hendak beranjak dari sofa saat ia menggenggam tanganku.

"Kim." Ucapnya lirih.

Aku menatapnya, menunggu ia melanjutkan ucapannya.

Ia merubah duduknya hingga aku dan dia berhadapan satu sama lain. Matanya masih menatap mataku. Ia menarik nafas panjang sebelum berkata, "Aku ingin serius denganmu Kim. Bisa aku bertemu dengan orang tuamu?"

Jantungku seperti berhenti berdetak ketika mendengarnya mengatakan ingin bertemu dengan kedua orang tuaku. Ia tidak mengucapkan aku mencintaimu atau sesuatu yang lain yang biasa laki - laki ucapkan saat ingin mengutarakan cinta pada perempuan. Ia justru berkata ingin bertemu dengan orang tuaku.

Tangannya menggenggam tanganku, "Boleh?" tanyanya lagi saat setelah beberapa detik aku hanya diam saja.

Aku mengangguk dan tersenyum. Aku akan mengajakmu ke Surabaya dan bertemu kedua orangtuaku. Lantas ia menggenggam tanganku lebih erat. Ini adalah sentuhan fisik terlama yang ia lakukan sejak aku dan dia kenal.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang