.Rae Jin dan ibunya sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk keluarga Cho.
"Rae Jin, kau ambilkan puding cokelat di kulkas untuk mereka. Laura pasti menyukainya," ucap ibunya sambil menuangkan orange juice yang sudah dia buat.
Rae Jin membuka kulkasnya dan melongokan kepalanya ke dalam kulkas. Gadis itu segera meraih seloyang puding cokelat dari dalam sana. Lalu memotongnya menjadi beberapa bagian dan meletakkan potongan puding itu pada piring kecil. Gadis itu juga mengambil buah chery dan daun mint dari dalam kulkas untuk mempermanis tampilan pudingnya.
"Oke, minumannya sudah selesai. Apa pudingnya sudah kau siapkan?" tanya ibunya sambil menoleh ke arah Rae Jin.
"Sudah, Eomma."
"Baiklah, ayo kita bawa ke ruang tamu." Nyonya Park meraih nampan yang berisi minuman sambil berjalan meninggalkan dapur diikuti oleh Rae Jin di belakangnya.
Nyonya Cho segera menoleh ke arah mereka berdua ketika mereka telah sampai di ruang tamu. Nyonya Cho menatap ibunya Rae Jin dengan gelisah, namun seulas senyum masih terpatri di wajah cantiknya.
"Silahkan diminum, Nyonya Cho," ucap ibunya Rae Jin sambil meletakkan minuman dan juga mendekatkan puding ke arah mereka.
"Terima kasih, Nyonya Park. Maaf karena sudah merepotkan anda."
Ibunya Rae Jin menolehkan wajahnya ke arah Nyonya Cho setelah dia dan Rae Jin mendaratkan bokongnya di sofa. Wanita paruh baya itu tersenyum mendengar ucapan Nyonya Cho.
"Sama sekali tidak merepotkan kok, Nyonya Cho."
Nyonya Cho mengangguk mengerti, lalu menatap kembali dengan serius kedua orang tua Rae Jin.
"Lalu ... bagaimana keputusan Tuan dan Nyonya mengenai lamaran kami ini?" tanya Nyonya Cho serius.
Tuan Park memandang putrinya sejenak, lalu menoleh kembali ke arah Nyonya Cho. "Kalau aku ... terserah apa kata Rae Jin saja. Karena dialah yang akan menjalani pernikahan ini."
Nyonya Cho mengela napasnya lega, lalu menoleh ke pelan ke arah ibunya Rae Jin. Ibunya Rae Jin yang ditatap seperti itu jadi salah tingkah. Tadi dia mengatakan sudah setuju tentang lamaran ini, tapi setelah ditanya langsung, dia mendadak jadi lupa apa yang ingin dia katakan.
"Apa yang harus Eomma katakan?" bisik ibunya pada Rae Jin.
Rae Jin mendelik terkejut, ada apa dengan ibunya ini? Bukankah tadi sudah setuju?
"Katakan apa yang sudah Eomma katakan padaku tadi," bisik Rae Jin balik.
"Memangnya apa yang sudah Eomma katakan?" tanya ibunya dengan tatapan polos.
Rae Jin mendesah pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin, tapi kemudian memaklumi apa yang dialami ibunya, mungkin faktor usia, jadi wajar jika ibunya melupakan apa yang dia katakan di dapur tadi. Sedangkan ayahnya berdehem untuk menghentikan acara bisik- berbisik mereka.
"Anda tenang saja nyonya. Istriku juga sudah setuju," ucap Tuan Park pada Nyonya Cho. Ibunya Rae Jin langsung menoleh ke arah suaminya sambil mengernyitkan dahinya. Apa-apaan itu? Dia kan belum mengatakan apa-apa.
Mendengar pernyataan Tuan Park, Nyonya Cho tersenyum lega. Kemudian menatap Rae Jin sambil berkata, "Jadi ... kau sudah siap untuk menikah dengan Kyu Hyun, kan?"
Mendengar pertanyaan dari calon mertuanya, Rae Jin mengangguk dan tersenyum malu. Ibunya berdecak, untuk apa tersenyum malu-malu seperti itu? Biasanya juga malu-maluin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Agreement [COMPLETE]
FanfictionPark Rae Jin seorang gadis berusia 27 tahun, dan tidak memiliki pekerjaan. Selalu dimarahi oleh ibunya karena belum juga menikah sampai sekarang, sedangkan teman-teman seusianya sudah memiliki anak. karena umurnya yang sudah cukup matang itu, Rae Ji...