18. Memories

1.7K 77 11
                                        

Medianya jangan lupa di play ya~













      Malam ini tampak tak beda jauh dari malam-malam sebelumnya. Bintang masih tetap bersinar diantara langit yang gelap. Bulan masih tetap benderang diantara sinarnya bintang-bintang. Angin masih tetap berhembus diantara rasa rindu yang menggebu.

Seorang pria dengan memakai sweater orange tampak sedang berdiri di balkon kamarnya sambil memandangi langit yang cerah namun gelap. Rambut hitamnya terbang menyapu wajahnya karna terkena silir angin yang berhembus. Sesekali ia menyeka helaian rambutnya yang jatuh menutupi matanya. 

Leeteuk, nama pria itu.

Pandangan matanya jauh menerawang menembus langit malam. Sesekali ia menghentakkan lembut telapak kakinya mengisi kekosongan ruang dan waktu. Bibirnya tak henti-hentinya membentuk sebuah simpul tak kala ia mengingat wajah seseorang yang sangat dirindukannya. 

Heechul nama seseorang itu.

Heechul, pria itu harus merenggang nyawa karna kecelakaan yang dialaminya bersama Leeteuk.

2 tahun lalu. Masih sangat jelas terbayang di ingatan Leeteuk betapa mengerikannya kecelakaan malam itu yang mengakibatkan ia harus kehilangan dongsaeng sekaligus kekasihnya hanya dalam satu malam. Mobil yang ia kendarai bersama Heechul terpental karna menabrak pembatas jalan, bahkan Leeteuk masih bisa merasakan betapa kerasnya hantaman itu saat mobilnya berguling 3 sampai 4 kali dijalanan hingga akhirnya kembali menghantam bahu jalan.

Saat itu Leeteuk berusaha merangkak keluar dari dalam mobil yang sudah tidak berbentuk, ia melihat Heechul sudah terlentang ditepi jalanan dengan darah yang sudah memenuhi pakaiannya.

"Heechul!"

Leeteuk berteriak dan dengan segenap tenaga yang ia punya, ia merangkak, menyeret kakinya agar bisa sampai dimana Heechul tergeletak.

"Heechul! Yah! Ayo bangun! Yah pabo!"

Leeteuk terus menepuk nepuk pipi Heechul agar pria itu tetap terjaga. Air matanya mengalir deras. Heechul tersenyum getir, tangannya yang gemetar mencoba meraih wajah Leeteuk yang basah oleh air mata. Kelopak matanya setengah terbuka dan nafasnya yang terasa berat.

"J-jungso-ah.. j-jangan menangis"

Heechul mencoba menghapus air mata Leeteuk yang terus keluar.

"Andwae! Andwae Heechul!"

Leeteuk menggegam tangan Heechul yang berada di pipinya, sesekali diciumnya lalu kembali menggegamnya.

"J-Jungso.. S-sarangha-e.. uhuk.. uhuk.."

Tiba-tiba Heechul batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Mata Leeteuk membulat terkejut. Dia trus menepuk nepuk pipi Heechul agar pria itu tidak hilang kesadaran, namun perlahan-lahan kelopak matanya mulai menutup,

"Andwae!!! Andwaeee!!!!"

Leeteuk tersentak dari lamunannya. Dengan cepat ia menggeleng gelengkan kepalanya, mencoba menghancurkan bayang-bayang kejadian yang sangat ia benci untuk diingat kembali.

Lagi. Ntah ini sudah malam keberapa Leeteuk teringat Heechul. Ntah sudah malam keberapa lagi-lagi ia harus memendam rindunya sendiri. Ntah sudah malam keberapa lagi-lagi ia harus menguatkan dirinya sendiri.

Kalau saja malam itu Leeteuk tau akan menjadi malam terakhir dia bersama Heechul, tentu dia tidak akan meng-iyakan ajakan Heechul untuk pergi makan malam merayakan 1st fanmeetingnya. Tentu dia akan lebih memilih untuk dirumah, mendekap Heechul dalam pelukannya sepanjang malam.

"Chullie-ah.. kau sedang apa? Maaf.. lagi-lagi aku merindukanmu,"

Leeteuk menundukkan kepalanya, bibirnya tersenyum tipis. Sampai sekarangpun dia masih bisa mendengar bagaimana khas nya Heechul ketika memanggil dirinya.

"Eeteuk! Eeteuk!"

Atau

"Aish! Yah Jungsoo-ah!"

Pria itu kembali menatap langit malam, bintangnya sudah tidak sebanyak tadi. Bulannya pun sudah tak benderang seperti tadi. Mungkin mereka tau bagaimana suasana hatinya sekarang.

"Chullie-ah.. aku sekarang masih menjadi Leader di Super Junior. Dan selamanya akan begitu.."

"Ah, Chulie-ah.. Mereka, para dongsaengmu semakin tumbuh menjadi orang yang hebat, kau pasti bangga jika melihatnya. Mereka juga merindukanmu, sama seperti aku,"

Leeteuk kembali menundukkan kepalanya. Tidak tidak, dia menunduk bukan untuk tersenyum, tapi untuk menahan tangisnya agar tidak pecah. Tapi sepertinya ia gagal. Bahu kokohnya, tempat ia menaruh segala beban yang ada, bergetar hebat. Ia menangis. Lagi-lagi ia gagal untuk membendung air matanya sendiri. Padahal ia sudah janji pada Heechul agar tetap menjadi kuat dimanapun dan dalam keadaan apapun. Masih sangat jelas teringat dikepalanya, bagaimana Heechul memberinya kekuatan.

"Jungso-ah.. terimakasih sudah lahir 9 hari lebih tua dariku. Terimakasih sudah jadi Leader terkuat yang pernah aku kenal. Terimakasih  juga sudah menjadi Park Jungso yang sangat mencintaiku,"

"Jungsoo-ah.. aku tau kau kuat sebagai Leeteuk, tapi kau rapuh sebagai Park Jungso. Terus lah menjadi kuat, Jungso. Aku akan selalu berada di sampingmu, jika kau lelah, jangan sungkan untuk bersandar padaku kapanpun itu. Jangan pernah lupa kalau aku akan slalu ada disisimu, dan tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri,"

Leeteuk menghapus air matanya dengan cepat. Dia tidak ingin Heechul menjadi sedih jika melihatnya cengeng seperti sekarang.

"Chulie-ah.. maaf.. aku menangis lagi. Aku menangis bukan karna aku tidak menerima takdir. Tapi rasanya kehidupanku sudah tidak seperti dulu lagi,"

Leeteuk kembali mengadahkan wajahnya menatap langit malam dengan matanya yang sembab.

"Chulie-ah.. diantara semua kehilangan-kehilangan yang ada, bagian merindukanmu adalah bagian yang paling menyakitkan untukku,"

"Chulie-ah.. terimakasih slalu menjadi kekuatan terbesarku hingga aku masih bertahan disini hingga sekarang. Jangan pernah bosan untuk slalu menjadi penyemangatku dikala aku lelah,"

"Chulie-ah.. orang bilang, jika kita kehilangan seseorang yang kita cintai, maka ia akan menjadi salah satu bintang yang indah diantara banyaknya bintang yang ada dilangit malam. Aku percaya kalau kau ada diantara bintang-bintang yang sedang aku lihat sekarang. Trus lah bersinar dengan indah, bintangku. Jangan biarkan apapun meredupkan cahayamu. Trus lah datang dimalam-malamku. Aku akan slalu menunggumu. Disini, ditempat yang sama dan dengan perasaan yang sama. Walaupun kau sudah tak lagi bersamaku, aku tau kau pasti mendengarku kan?"

Leeteuk menghentikan ucapannya, menarik nafasnya dengan sedikit berat lalu tersenyum pada bintang-bintang malam yang sedang ia lihat.

"Saranghae, Kim Heechul.."

Gumamnya pelan.

Oneshoot TeukchulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang